2. Menemukan Petunjuk

9 1 0
                                    

"Setiap peristiwa di dunia ini terjadi dengan kehendak semesta, terkadang menggores luka ataupun menggelar bahagia. Namun, hal itu harus membuatmu yakin bahwa semesta ini sudah punya takdirnya masing-masing."

-Demon Sword of Immortality

***

Karl diam saja menatap sang paman saat berusaha turun dari atas lemari kayu dengan ukiran lumayan rumit. Pria tua dengan tubuh terlihat segar bugar itu nyatanya sudah tak mampu untuk sekedar meleset turun dari tinggi lemari tersebut.

"Aduh, pinggangku," ringis sang paman berjalan mendekat dengan tangan kanannya memijat pinggang. Ia sedikit menepuk-nepuk bahu Karl sebelum mengambil duduk di kursi meja tepat di samping remaja berwajah dingin itu.

"Jadi bagaimana, anak muda? Apa kau puas dengan hadiah dariku?" Fedrin, pria tua itu sedikit melirik pada lengan Karl. Ia membuka laci meja kerjanya kemudian mengambil beberapa lembar perban putih dan memberikannya pada Karl.

Karl tidak menjawab. Pemuda itu lebih memilih melakukan perban pada lengannya untuk menghentikan pendarahan hebat.

Fedrin menghela napas pelan. "Inilah mengapa aku tidak mau berbicara denganmu, kau seperti Monica saja Karl." cibirnya. Monica merupakan patung wanita menjatuhkan kendi di halaman mansion mewah miliknya.

Setelah selesai dengan perbannya, Karl kembali mendongak menatap sang paman. "Aku membuatmu kecewa."

"Tentu saja. Kau benar-benar membuatku kecewa, Karl." Perkataan Fedrin membuat Karl menundukkan kepalanya merasa bersalah.

"Setelah semua ini terjadi, kau tetap tidak berniat memelukku? Kau selalu membuatku menahan rindu," lanjut Fedrin seraya tersenyum tipis. Karl menatap Fedrin kemudian membalas senyumnya.

Fedrin benar-benar merindukan remaja berwajah dingin itu. Sudah dua tahun lamanya tidak bertemu bahkan memberi kabar satu sama lain pun tidak, tentu saja hati pria tua itu gundah menahan rindu.

"Sini peluk aku!" Fedrin berdiri kemudian merentangkan kedua tangannya menyambut pelukan Karl. Remaja itu memang tidak memiliki hubungan darah dengannya, namun kasih sayangnya begitu besar untuk Karl.

"Aku yakin nak, ayahmu pasti bangga denganmu di dunia sana. Buktikan pada seluruh dunia bahwa kau akan kembali menjadi penguasa," lirih Fedrin sembari mengusap lembut rambut legam remaja itu.

Fedrin melepaskan pelukannya kemudian menatap tepat pada netra Karl. "Penguasa Charleston."

***

Hari ini merupakan hari kedua Karl kembali pulang setelah menempuh pendidikan berpedang di Kerajaan Elduora, Kerajaan dengan ksatria berpedang terbaik di dunia. Segala teknik dan sihir pedang Karl peroleh dengan nilai terbaik mengalahkan ribuan kastria pedang lainnya.

Kini Karl tengah mengasah kemampuan berpedangnya di belakang mansion mewah sang paman. Dengan hanya mengenakan celana hitam dan seikat kain merah melilit kepalanya, Karl terlihat sangat tampan dan juga menawan.

Setelah merasa cukup melatih gerakan pedangnya, Karl mulai memfokuskan diri pada sihir pedang miliknya. Cahaya kuning keemasan terlihat berpendar dari ukiran Phoenix pedang tersebut, perlahan-lahan cahaya itu merambat pada ujung besi pedang dan menciptakan sebuah kilatan cahaya laksana petir.

Karl mengayunkan pedangnya kemudian perlahan terbang menuju hutan belakang mansion. Netra sehijau zamrud miliknya mengintai dengan tajam seakan-akan tengah mencari mangsa untuk menuntaskan rasa haus pedangnya. Setelah berada jauh dari mansion, Karl tak menemukan satu ekor pun hewan di hutan itu.

DEMON SWORD OF IMMORTALITY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang