.one

355 39 0
                                    

━━━━━━─━━━━━━⊱✿⊰━━━━━━─━━━━━

━━━━━━─━━━━━━⊱✿⊰━━━━━━─━━━━━

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

chapter one. born of the baby but not her soul
( house of spance, 1980 )

Jeritan kesakitan terus bergema di kastil megah itu disusul dengan suara petir yang menggelegar disertai hujan yang sangat lebat bahkan seperti mampu untuk menenggelamkan seluruh wilayah dunia sihir jika terus berlanjut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jeritan kesakitan terus bergema di kastil megah itu disusul dengan suara petir yang menggelegar disertai hujan yang sangat lebat bahkan seperti mampu untuk menenggelamkan seluruh wilayah dunia sihir jika terus berlanjut.

"Bayiku! Bayiku! Selamatkan bayiku!" Pinta pemimpin keluarga Spancer, Pandora Spancer.

"Bayi ini tidak bisa diselamatkan, bahkan sebelum dia lahir dia telah meninggal di dalam kandungan mu." Jelas ibu Pandora, Ravena Spancer, Penyihir terdahulu keluarga Spancer yang masih hidup.

"Kumohon ibu, selamatkan bayi ku.." isak tangis Pandora dapat terdengar di kamar yang penuh ribut petir menggelegar, "Gu-gunakan relik itu, batu es itu-itu bisa menyelamatkan putriku.." lanjut Pandora terbata-bata

"Kumohon ibu, lakukan..ana-anak ini adalah penerus selanjutnya keluarga Spancer, lakukan untuk keluarga ini.." Pandora tak berhenti memohon untuk menyelamatkan bayinya

Ravena terdiam sejenak, dia bimbang harus melakukan ritual ini atau tidak. Dia tau batu es itu bukan batu biasa, batu itu berisikan sesuatu...sesuatu yang besar dan sangat kuat.

Ravena menghela nafasnya pelan, "Baiklah, akan kulakukan."

Ravena memerintahkan para rumah peri untuk mempersiapkan ritual itu sementara Ravena berjalan keruangan suci milik keluarga Spancer yang berisi relik-relik yang sangat sakti dan kuat yang sudah dikumpulkan para pendahulu penyihir keluarga Spancer.

Ravena menatap batu es yang di segel mantra perlindungan. Dia mengambil sebilah pisau lalu menggores jari telunjuk nya hingga meneteskan darah pekat, saat darah itu tertumpah diatas segel seketika segel pelindung itu terbuka.

Bertepatan hal itu terjadi, gemuruh hujan kian hebat bersaut-sautan seperti pertanda akan terjadinya hal hebat, Ravena membawa batu es itu dengan hati-hati keruangan putrinya.

Para peri rumah sudah mempersiapkan semua yang diperlukan untuk ritual ini, dengan segelas air, satu obor api yang berkobar, dan papan relik konstelasi yang terletak diatas meja bundar kecil di depan ranjang Pandora.

"Lakukan ibu-kumohon cepat.." Pinta Pandora dengan nafas yang sudah tersengal-sengal

Ravena mengangguk lalu meletakkan batu es diatas papan relik konstelasi, dia mulai menutup mata dan bibirnya bergerak mengucapkan mantra-mantra untuk membangkitkan batu es itu, dengan sekali ayunan tangan batu es itu melayang beberapa centi di udara.

Sementara Ravena tetap merapalkan mantra untuk beberapa saat sampai tangannya membentuk segel mekar dan seketika saja batu es itu melaju cepat masuk kedalam rahim Pandora diikuti dengan teriakan kesakitan Pandora.

Ravena mulai berdiri dengan tetap merapalkan mantra dan tangan nya yang terus membentuk segel yang berbeda, dia perlahan berjalan mendekati Pandora yang terus meraung kesakitan, satu segel tangan terakhir Ravena menyentuh letak rahim Pandora bersamaan dengan suara petir yang besar.

Ravena mengayunkan tangannya kearah obor api dan segelas air itu yang langsung membentuk sebuah naga dengan wujud dari api dan air, yin dan yang. Tangannya dengan anggun namun penuh dengan kekuatan mengarahkan nya masuk kedalam rahim Pandora untuk membantu kelahirannya.

"Cepat! Sekarang dorong bayi mu keluar." Pintah Ravena yang membantu kelahiran putrinya

Pandora mengangguk patuh dan mulai mendorong agar bayinya keluar, tarikan nafas, hembusan nafas lalu mendorong. Hal itu terus Pandora lakukan berulang-ulang hingga dorongan kesakitan terakhir berhasil mengeluarkan bayi yang dia kandung selama sembilan bulan.

Tangisan bayi sekita menghentikan gemuruh petir dan hujan yang seperti tak ada ujungnya itu sendari tadi, tangisan bayi mungil itu memecah kesunyian kastil keluarga Spancer lalu disusul rintik-rintik hujan yang menenangkan seperti menyambut pemilik mereka.

"Ibu, bagaimana bayi ku?" Tanya Pandora dengan lirih

"Bayi mu baik-baik saja, dia perempuan." Kata Ravena lalu mengelus rambut pirang putrinya yang sudah basah oleh keringat.

"Sofia..bayiku Sofia.." Lirih Pandora dengan suara yang letih setelah berjuang untuk melahirkan bayinya.

"Istirahat saja, aku akan membersihkan putrimu." Kata Ravena lalu membawa cucu perempuan nya keluar kamar.

Sementara itu disisi dunia magis yang lain, seekor singa jantan yang gagah mengamati semua yang terjadi, bulu emasnya yang halus berkibar dengan penuh wibawa.

"Sepertinya sudah saatnya.." Kata Singa itu, Aslan dengan penuh wibawa

"Saatnya apa tuan ku?" Tanya seekor tikus setia yang bisa berbicara, Reepicheep.

"Waktu akan menjawab semuanya." Kata Aslan lalu meraung dengan suara yang besar dan penuh akan kekuatan magis.

Setelah raungan singa itu tak terdengar, kecelakaan kereta api beruntun terjadi pada tahun 1949, yang memakan banyak korban. Salah satunya Peter Pevensie, Edmund Pevensie, dan Lucy Pevensie yang ingin berlibur kembali kerumah Professor Digory Kirke, tempat dimana mereka menghabiskan masa kecil mereka selama perang dunia kedua di tempat tinggal mereka, London, Inggris.

Namun naas, mereka tak dapat sampai pada tujuan mereka karna kecelakaan itu terjadi.

𝐒𝐎𝐔𝐋 𝐏𝐀𝐑𝐀𝐃𝐎𝐗Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang