Bab 3 : Pesona Dalam Kemeja Merah
Belum pernah pacaran sama sekali, aku bingung mau mulai pendekatan dari mana. Akhirnya, aku punya ide untuk melakukan pendekatan dengan melukis wajah Azizah. Aku memang punya bakat melukis yang bagus. Biasanya, yang menjadi model lukisanku adalah hantu-hantu yang sering bermain di kamarku. Tapi kali ini, aku akan melukis wajah manusia sungguhan.
Aku membuka laptop dan login ke Facebook. Kulihat beberapa foto Azizah di sana, dan kupilih satu yang paling menarik: Azizah dengan kerudung putih. Aku mempersiapkan alat-alat lukisku di meja: kertas gambar, pensil, penghapus, dan beberapa pensil warna untuk detail nanti.
Aku mulai melukis dari garis-garis dasar wajahnya, membuat bentuk oval sebagai kerangka wajah. Mataku terus berpindah antara layar laptop dan kertas gambar, memastikan proporsi wajahnya tepat. Aku mulai dengan garis halus, kemudian mempertegas detailnya. Garis wajah, alis, mata, hidung, dan bibir mulai terbentuk. Ketika melukis matanya, aku berhenti sejenak, memandangi foto Azizah untuk menangkap kilauan di matanya yang membuatnya terlihat hidup.
Setelah setengah hari bekerja dengan penuh ketelitian, lukisanku selesai. Aku mengambil smartphone, membuka kamera, dan memfoto hasil lukisanku. Dengan gugup, kukirimkan pesan ke Azizah bersama fotonya.
"Ini hasil lukisanku. Bagaimana menurutmu?" tulisku.
Tak lama kemudian, pesan dari Azizah masuk. "Itu siapa?"
"Kamu," balasku mengirim pesan.
"Hah? Gak mirip haha..."
Aku terdiam membaca balasan pesan dari Azizah. Setelah itu aku tidak membalas messengernya lagi. Mungkin memang gambaranku tidak sebagus yang kubayangkan.
~☆☆☆~
Keesokan harinya, sebelum berangkat sekolah, aku izin pada Ibu kalau pulang sekolah akan langsung mengikuti ekskul teater.
"Ummi, nanti Ali langsung ikut ekskul teater ya," kataku sambil memasang sepatu.
"Baiklah, hati-hati di jalan," jawab Ibu dengan senyuman.
~☆☆☆~
Setelah bel pulang berbunyi, aku langsung masuk ke ruangan ekskul teater. Pertemuan pertama ini diisi dengan sesi perkenalan.
"Selamat sore semuanya. Saya adalah Budi, di sini saya sebagai pelatih teater kalian. Saya lebih suka dipanggil Bang Budi dibanding Pak Budi karena biar terlihat mudah hehe... Hari ini kita akan memulai dengan perkenalan. Ini penting agar kita bisa saling mengenal dan bekerja sama dengan baik," kata Bang Budi.
Aku mengangguk, merasa sedikit gugup.
Kulihat Yovie, sahabatku, juga ikut ekskul teater. Ketika tiba giliran seorang perempuan memperkenalkan dirinya, aku terpana. Namanya Yolanda, memakai hijab warna senada dengan seragam pramuka, kulitnya putih susu, wajahnya cantik dengan hidung mancung. Dia yang paling cantik di sini.
"Dari semua murid kelas 10, Yola ini paling cantik," bisik salah satu senior teater di belakangku.
Ketika giliran ku tiba, aku sedikit malu dan gugup. Namun, kututupi dengan senyuman.
"Ali, silakan mulai perkenalanmu," kata Bang Budi sambil tersenyum melihat daftar nama anggota baru teater.
Aku berdiri, berjalan maju ke depan ruangan dan berkata, "Halo semuanya, nama saya Ali. Saya suka melukis dan baru pertama kali ikut teater. Mohon bantuannya ya."
Semua orang tersenyum dan memberi tepuk tangan. Aku merasa sedikit lega.
Ternyata, para anggota teater ramah dan baik. Mereka menerima semua karakter orang tanpa membully. Setelah memperkenalkan diri, aku duduk di samping Yolanda, dia memberikan dua jempol padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
LET ME FALL IN LOVE
Teen FictionSyarif Ali Alkadrie, seorang remaja keturunan Arab dengan keunikan mata batin yang terbuka, tumbuh dalam kesepian dan penolakan. Hidupnya berubah ketika ia bertemu Alisa Natalia, seorang gadis Sunda yang mem-pesona, di pementasan teater. Mereka sali...