Right For Me (5)

181 34 16
                                    

"Tapi... Kim Jaehan itu manis dan cantik, kan?"

Yechan mengusir bayang-bayang Ayahnya yang tersenyum meledek setelah mengucapkan kata itu padanya, semalam, untuk kesekian kalinya dalam pagi ini.

"Yechan-ah?" panggilan Hwichan padanya, yang sudah akan memasuki mobil di belakang kursi kemudi itu menyapa telinga Yechan.

Yechan bergegas, turun dari tangga yang ada di depan pintu utama nya. Mengangguk saat Hwichan menyuruhnya cepat karena ini sudah sangat siang.

Rutinitas Hwichan setiap harinya, hal-hal yang hampir ia lakukan 24 jam bersama Yechan. Dari berangkat bekerja sampai pulang. Menjemput dan mengantar pulang Yechan.

Pagi ini, Yechan bangun satu jam lebih lama dari biasanya! Sesuatu yang tidak pernah ia lakukan seumur hidupnya.

Yang lebih membuatnya tak karuan saat bangun adalah... di alam bawah sadarnya sekalipun, suara Ayah yang mengatakan jika Kim Jaehan itu manis dan cantik bahkan terdengar dengan keras.

Lantang, dan menggoda.

Oh, tidak. Yechan hampir merona memikirkan itu.

Yechan itu... pria yang kaku.

Seluruh hidupnya sudah di atur dan di rencakan bahkan saat ia baru terlahir di dunia ini.

Disiplin adalah hal yang wajib dimiliki oleh keturunan Shin.

Maka dari itu, Yechan tidak pernah melewati hal-hal sepele yang telah ia lakukan selama bertahun-tahun.

Bangun tidur tepat waktu, contohnya.

Jadi saat seseorang, yang bahkan belum pernah ia lihat sekalipun di dalam hidupnya, memasuki alam mimpi nya secara sadar, membuat ia terlambat bangun... Yechan menjadi bingung... dan bertanya-tanya.

Apa maksud mimpi nya itu?

"Yechan-ah?" Hwichan menyenggol lengan besar milik Yechan, menusuk-nusuknya dengan jari telunjuknya yang mungil. Sebelum pandangannya kembali pada jalanan yang padat di depan sana. "Ada apa? Kenapa kau terus melamun?"

"Oh?" Yechan menatap Hwichan yang ada di sampingnya, dan agak meringis. "Maaf, Hyung, untuk keterlambatan ku."

"Apa kau dan Paman Shin bertengkar?"

Yechan yang mendengar itu terbatuk. Tidak menyangka. "Apa maksudnya?"

"Um, tidak." Hwichan menampakkan giginya yang rapih. "Hanya menebak. Karena kau tidak pernah seperti ini sebelumnya."

Benar, Yechan tidak pernah memikirkan satu kalimat sampai lebih dari semalaman.

Dan ia tidak pernah terlambat bekerja, walaupun ia pewaris tunggal Perusahaan Shin.

Setelah melewati hampir satu jam lantaran jalanan yang sangat padat, Yechan bahkan merasa bokongnya panas, akhirnya mereka sampai di gedung dengan tinggi 22 lantai Perusahaan Shin.

Yechan dan Hwichan di turunkan di lobi utama, dengan mobil yang kemudian melesat lagi menuju parkiran.

"Yechan-ah, berkas yang kemarin sudah ada di meja ku." Hwichan memulai kembali pembicaraan selagi mereka menuju lift. "Maaf karena terlambat, membuat meeting kita yang harusnya dilakukan kemarin jadi hari ini."

Yechan yang berjalan di depan, mengangguk. Mereka berdua terbiasa meminta maaf dan meminta tolong. Dan jawaban mereka hanya sebatas mengangguk, dengan yang lainnya mengangguk mengerti. Mereka berdua jarang bercanda. Meski Hwichan termasuk seseorang dengan humor yang receh, tapi jika lawannya Shin Yechan yang kaku, itu akan sulit.  "Jam berapa kita meeting, Hyung?"

Right For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang