Right For Me (15)

169 39 18
                                    

sebelum baca, wajib vote.

playlist 🎧 Right For Me - Kim Jaehan




"Tuan Song?"

Hangyeom yang tadinya sedang berkutat dengan banyaknya tumpukan kertas yang perlu di tanda tangani di atas mejanya, mendongak. Ia bersandar, lalu melepaskan kacamata bacanya. Sudah satu jam ia berkutat dengan kertas, dan pangkal hidungnya merasa sakit akibat di jepit oleh kacamata. Ia memijatnya. "Ada apa, Kevinie?"

Kevin, sektretaris nya yang baru dua bulan bekerja di Perusahaan Song itu mengambil tempat di sisi kiri Hangyeom. Tangannya menyilang di depan.

"Ada Tuan Yang di depan." saat pupil mata Hangyeom melebar, Kevin melanjutkan. "Memaksa ingin bertemu, atau dia akan mengobrak-abrik Perusahaan. Begitu, katanya."

Cara Kevin menirukan suara Hyuk dan dua kata tetakhirnya membuat Hangyeom melengkungkan bibirnya ke atas. Tersenyum. Selain pintar dan cekatan, Kevin juga memiliki humor yang tinggi, dengan wajah datar polos yang di milikinya. Walau baru dua bulan, tapi Kevin sudah menjadi pegawai kesayangan Hangyeom. Telaten, dan mudah mengerti apa yang Hangyeom katakan.

"Bawa dia masuk-"

"Aku sudah disini, Song Hangyeom."

Suara berat itu membuat Hangyeom dan Kevin menoleh ke belakang. Sementara Kevin terkejut, Hangyeom justru mengangguk menanggapi Hyuk yang menatapnya.

Mengalihkan pandangan, ia bertatapan dengan Kevin untuk beberapa saat, sebelum ia mengangguk dan menyuruh Kevin untuk keluar.

"Sekretaris mu itu agak menyebalkan, Tuan Song." suara itu di ikuti dengan langkah kaki yang mendekat. Memundurkan satu kursi didepan Hangyeom, Hyuk duduk disana, bahkan tanpa Hangyeom persilahkan. "Dia menghalangiku untuk bertemu denganmu. Aku bahkan sudah menunggu lebih dari dua puluh menit."

Hangyeom mengangguk, menatap Hyuk. "Aku akan menegurnya."

Hyuk ikut mengangguk. Kemeja putih tanpa jas hitam yang ia tinggalkan di dalam mobil karena merasa panas, ia gulung. Tangannya ia letakkan di atas meja, mengetuk-ngetuk, sementara matanya melihat sekeliling ruangan Hangyeom. Pandangannya jatuh pada meja Hangyeom yang terlihat penuh. Pada sebuah frame kecil yang ada di sudut. Menghadap ke atas karena tergeletak. Agak tertegun untuk beberapa saat.

Disana, jelas ada foto punggung seseorang yang ia sangat kenal, walau di ambil dari jarak jauh sekalipun.

"Kau memata-mataiku?"

"Oh?" mata Hangyeom mengarah pada apa yang juga sedang di tatap Hyuk. Refleks, tangan kirinya menyambar frame kecil disana. Yang membuat Hangyeom terkejut adalah, bersamaan dengan itu, lengan kekar Hyuk juga ikut terulur. Memegangi lengannya yang memegar frame.

Tak peduli sekuat apa tenaga Hangyeom, Hyuk justru lebih kuat.  Lengannya bahkan tak bergerak sedikitpun padahal Hangyeom sudah menarik tangannya. Wajah yang tadinya sudah memerah, menjadi lebih merah. Bibir Hangyeom juga bergetar. Dengan mata yang menunduk. "Tolong lepaskan, Hyuk-ssi."

"Apa Song Hangyeom yang dermawan ini seorang penguntit?" suara itu rendah, dengan dada yang menempel erat pada meja kerja Hangyeom. Matanya menelusuri wajah Hangyeom. Berhenti pada bibirnya yang masih bergetar.

"Tidak." jawabnya cepat. Matanya menatap sekeliling yang ternyata sia-sia. Hangyeom merasa dirinya terjebak. Frame yang baru beberapa minggu ini ia taruh di atas meja kerjanya, menggantikan foto ia dan Jaehan yang telah hampir empat tahun bersarang disana, jelas bukan ide yang bagus. Hangyeom sendiri tidak ingat. "Aku bisa jelaskan."

Menghela napas, Hyuk melepaskan Hangyeom. Yang langsung menarik tangannya. "Baik, tolong jelaskan. Juga, pertanyaan ku di restaurant kemarin."

Percakapan yang di ajukan Hyuk di restaurant kemarin, hancur sudah. Ia tidak pernah mendapatkan jawaban karena setelah itu ada seseorang yang menjadi salah satu klient Perusahaan Song yang secara tidak sengaja bertemu disana. Seseorang yang, Hyuk ingat betul, pernah menolak bekerjasama dengan Perusahaannya dengan alasan bahwa Perusahaannya tidak akan berkembang jika bekerjasama dengan Perusahaan Kim atau Yang.

Right For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang