Right For Me (13)

219 41 19
                                    

"Kau sudah menunggu lama?"

Hyuk mendongak, menatap seseorang yang sekarang melepaskan jas hitam miliknya dan memberikannya pada salah satu pelayan yang berdiri di belakangnya, meninggalkan kemeja putih yang mencetak jelas dada bidangnya. Dengan dua kancing teratas yang dilepas.

Setelah mengucapkan terimakasih dengan tersenyum, pelayan itu pergi setelah menaruh dua buku menu dengan cover hitam di atas meja, dan mengambil tempat di hadapannya.

Hangyeom menatap Hyuk, saat pria yang lebih tinggi darinya itu tak juga menimpali. Untuk beberapa saat, mereka saling menatap. Dan Hangyeom orang pertama yang memalingkan wajah, saat merasa bahwa seluruh wajahnya memanas. Ia berdehem, dan membuka buku menu di depannya.

"Kau ingin minum apa, Hyuk-ssi?"

"Bisakah kita membahas hal-hal yang penting saja?" Hyuk bersandar. Jas hitam dengan kemeja putih lengan panjangnya ia gulung sampai siku, memperlihatkan otot-ototnya yang menyembul. Matanya menatap Hangyeom dengan jengah, dan itu tak ia sembunyikan. "Kau bahkan datang terlambat dari jam perjanjian."

Hangyeom meringis. Jalanan di jam pulang kerja memang sempat membuat Hangyeom frustasi. Ia bahkan melewatkan hampir setengah jam waktu yang ia janjikan pada Hyuk. Dan itu memang kesalahannya.

Mengangguk, Hangyeom mengangkat tangan untuk memanggil salah satu pelayan. Menyebutkan dua minuman tanpa bertanya lebih dulu pada Hyuk, ia tersenyum saat salah satu pelayan itu menyapanya dengan ramah.

"Tuan Muda yakin tidak ingin tempat yang lebih private?" sebelum benar-benar pergi, pelayan itu kembali bertanya. Binar di kedua matanya tampak pudar, seiring dengan suaranya yang semakin pelan. "Tadi Tuan Song sudah menghubungi kami jika Tuan Muda akan melakukan meeting disini, dan kami sudah menyiapkan tempat seperti biasanya."

Hangyeom melirik Hyuk yang juga sedang menatapnya. Menyamankan duduknya, ia kembali menoleh pada pelayan itu dan tersenyum. "Tidak perlu. Kami tidak akan lama. Ayah sudah pulang?"

Pelayan itu mengangguk. "Sudah, Tuan. Setengah jam lalu saat Tuan Muda Yang Hyuk datang."

Hyuk menoleh, mengerjap saat pelayan itu tak juga mengalihkan pandangan dari Hangyeom, padahal Hyuk jelas mendengar bahwa namanya di sebut.

Mengangguk, Hangyeom mengiyakan saat pelayan itu undur diri dengan buku menu di kedua tangannya.

Hening.

Sampai Hangyeom mengetuk ponselnya dan mendekatkan pada Hyuk. "Ku pikir Sekretaris ku sudah mengatakan hal ini padamu." Hangyeom melihat satu alis Hyuk terangkat. "Bagaimana nasib Perusahaan Kim jika Perusahaan Yang mengalami kebangkrutan."

Hening.

Satu menit, dua menit, lima menit kemudian. Sampai dua minum mereka tiba dan di letakkan di hadapan masing-masing.

Kedua mata elang itu menatapnya. Memerangkap Hangyeom untuk beberapa saat yang lama. Mengukungnya.

"Satu hal yang tidak aku mengerti adalah," Hyuk menaruh kedua tangannya di meja, saling menggenggam. Kedua matanya yang menatap tepat di mata Hangyeom, ia bawa turun. Pada kedua kancing kemeja Hangyeom yang terbuka lebar. Menampakan betapa putih dan mulusnya leher seseorang di hadapannya ini. Otaknya mencari kata-kata yang aman, dan benar. Biar bagaimanapun, nyawa Perusahaan Yang sekarang ada pada dirinya. Dan Hyuk tidak ingin gegabah untuk hal ini. Terlebih, ia harus mengetahui lebih dulu, seberbahaya apa seseorang di depannya ini untuk Perusahaan dan juga hidupnya. Fakta bahwa Jaehan melarang keras Keluarga Kim mendekati Keluarga Song sudah lebih dari cukup untuk Hyuk mewaspadainya. Leher di depannya meneguk ludah, dan Hyuk tidak bisa berpaling. Sekuat apapun ia mencoba membawa matanya naik untuk menatap mata Hangyeom. "Apa yang membuatmu menyukai ku, Hangyeom-ssi?"







Right For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang