Bab 5. Kemarahan Rajkana

85 0 0
                                    

.
.
.
Happy Reading:)✨
.
.
.

"Ya."

"Bukan ya-ya, harusnya Lo jawab!"

"Gua udah sampe, gak usah bacot lagi!"

"Oy, Susanto! Gue khawatir sama Lo, bangke! Bokap Lo udah empat kali nelpon gue, nanyain Lo mulu."

"Bodo."

"Hiiih! Dah lah, serah Lo!"

Tut—.

Rajas menjauhkan handphonenya dari dekat telinga, melempar benda mati itu keatas tempat duduk disampingnya.

Bak!

"Bangsat!"

Rajas memukul keras kemudi mobil, melampiaskan rasa kesalnya yang kapan saja akan meledak. Menatap tajam jalanan sepi yang akan dilaluinya nanti.

Entah makian apa lagi yang akan dikatakan oleh Papanya ketika ia sampai ke rumah nanti, saat ini jam sudah menunjuk pukul dua dini hari. Sudah dipastikan Papanya akan mengamuk marah.

"Bangsat! Semua ini gara-gara cewek cupu sialan itu!"makinya merasa kesal.

Pikiran Rajas tertuju pada bayangan seorang perempuan yang memaki dress bercorak tulip tadi malam, ia bisa mengingat jelas bagaimana tatapan dingin sepasang mata perempuan itu ketika menatapnya.

Kenapa?

Kenapa harus Rajas yang bertunangan dengan cewek cupu sialan itu?

Kenapa tidak kakaknya saja yang bertunangan dengan si sialan itu?

Kenapa harus dirinya yang bertunangan?

"Bangsattt!"umpatnya kencang.

Rajas meremas rambutnya merasa kesal, sialan sekali nasibnya.

Drrrt.

Kali ini siapa lagi yang menelpon?! Rajas meraih kasar handphone yang dilemparnya tadi. Melihat malas nama kontak 'Papa' yang sudah menelpon untuk ke sembilan kalinya.

Papanya ini hobi sekali mengganggu ketenangan Rajas ketika berada diluar rumah. Selalu menanyakan sedang dimana, melakukan apa, atau pertanyaan tak penting lainnya.

Drrrt.

Drr

"RAJASKA PULANG!"

Baru saja Rajas menghubungkan telepon, suara teriakan langsung memekkan telinganya. Rajas menjauhkan handphone dari daun telinga.

"MAU SAMPAI KAPAN KAU BERKELIARAN DIJALANAN, HAH?!"

"CEPAT PULANG SEBELUM SAYA—"

Tut—

Rajas segar mematikan handphonenya, tidak tahan dengan suara marah Papanya yang berteriak kencang.

Teriakan itu.

Teriakan itulah yang paling Rajas benci!

"Gua gak perduli, Bangsat!"

Bak!

Kembali, Rajas memukul lebih kuat kemudi mobil. Membuat kepalan tangannya memerah akibat pukulan yang terlalu kencang.

Menginjak pedal gas sekuat mungkin, Rajas mengemudikan mobilnya hingga melesat jauh kedepan. Menyalip mobil yang baginya menghalangi, secepat mungkin mobil itu ia kendalikan.

Membelah jalanan raya sekencang mungkin, Rajas berteriak kesetanan didalam mobilnya, melupakan emosinya yang meledak-ledak setiap pedal gas diinjak.

Rajas mencoba meneriakkan semua emosinya. Ia mencoba melupakan semua ingatan yang baginya terasa begitu menyakitkan.

OBSESSED RAJASKA (ONGOING-BELUM REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang