Bab 6. Memikirkan si Brengsek Rajaska

56 1 0
                                    

.
.
.
Happy Reading:)✨
.
.
.

"Ughhh ... Arghhh!"

Suara teriakan tiba-tiba itu terdengar kencang memenuhi ruangan inap rumah sakit yang berasal dari salah satu kamar pasien perempuan.

"Hekh .... Erghhh! Arghh!!!"jerit Anala merasa takut.

Perempuan itu meremat rambutnya yang terjuntai berantakan, memejamkan matanya merasa pusing dan takut. Entah perasaan takut itu datang darimana asalnya, tetapi ia merasa takut luar biasa.

Sebuah bayangan tiga pria mencoba merobek paksa bajunya disebuah tempat yang gelap, salah satu dari mereka menggores tangan kanannya menggunakan belati tajam.

Walaupun dirinya berjerit takut dan menangis histeris, tiga pria itu tetap memaksanya.

Ingatan dua hari yang lalu terus saja menghampiri, Anala dibuat gila. Ia merasa takut, sangat takut!

Bayangan tiga pria yang ingin membuka bajunya paksa terus muncul, Anala menggelengkan kepalanya ribut, ia menolaknya, ia tidak mau, ia ketakutan!

"Herghhh ... Argh ... Eng—GAK! LEPASIN ANJING!!!"

Anala menjerit sekencang-kencangnya, menghiraukan berbagi kemungkinan yang menjadi bahan pembicaraan pasien kamar lain.

Bahkan ia menghiraukan suster dan dokter yang masuk,  menghampirinya dan berusaha menenangkan dirinya yang saat ini tak bisa mengontrol diri.

"Pasien harap tenang! Lupakan bayangan tersebut!"ujar Dokter Lio yang berusaha menenangkan pasiennya.

Dokter Lio mengerti keadaan Anala saat ini, sikap dan perilaku Anala dipicu oleh intan bayangan yang menakutkan baginya, ia mengerti bahwa Anala mengalami trauma.

Entah penderitaan apa saja yang dialami oleh Anala, tetapi ia yakin pasien ini akan sembuh dan bisa keluar dari traumanya.

"ARGHHH! ENGGAK! JAUH-JAUH DARI GUE ANJING!!!"jerit Anala. Ia memukul bahkan menendang Dokter Lio disampingnya.

Tak ada pilihan lain, Dokter Lio segera memberitahukan sinyal darurat lewat tatapan matanya kepada dua suster wanita yang berada didekatnya.

Mengerti maksud sinyal darurat yang diberikan Dokter Lio, kedua suster perempuan itu menahan kedua tangan Anala secara bersamaan, mengikat menggunakan tali dikedua sisi ranjang.

Anala memberontak tak waras, pikirannya terus tertuju kearah ingatannya kelamnya. Ia ketakutan, ia marah, ia geram!

"LEPASIN! LEPASIN ANJING!"

"KALIAN BUDEG, HAH?! LEPASIN GUE ANJING!!!"

"LEPASIN!!!"

Segala upayanya untuk bebas dari ikatan itu, Anala tak bisa lepas, apalagi ia tak bisa berbuat apapun ketika Dokter Lio telah menyuntikkan obat penenang padanya.

Kepalanya terasa berat, matanya perlahan-lahan mulai memejam tenang, Anala telah tidur.

"Suster, tolong hubungi pihak keluarganya,"ucap Dokter Lio kepada salah satu suster itu.

Disanggupi oleh salah satunya, suster itu melangkah keluar dari dalam kamar pasien kearah luar menuju meja resepsionis dilantai dasar.

.
.
.

"... An!"

"... Uan!"

"Tuan Muda!"

Seketika, kedua mata itu terbuka, netra birunya melihat langit-langit ruangan, cahaya lampu membuatnya silau. Mengerjakan mata beberapakali, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk.

OBSESSED RAJASKA (ONGOING-BELUM REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang