BAB 2 Tunangan

254 55 1
                                    

Enjoy reading

***

Suara air mengalir dengan kejernihan dan kesejukan khas mata air pegunungan benar-benar memanjakan mata bagi orang yang menyukai pemandangan alami.

Namun, Yueyin yang sudah terbiasa melihat sungai itu hanya berjalan dan mencari batu di belokan paling tersembunyi untuk mulai mencuci baju tanpa memperhatikan sekitar.

Bahkan saat ada suara-suara berdatangan dan mengambil tempat di depannya, Yueyin tidak menyapa. Karena sungai itu berbelok-belok dan dia ada di balik belokan sehingga pendatang baru tidak mengetahui keberadaannya. Bahkan suara tumbukan kayu saat mencuci terendam oleh suara gemericik air yang deras.

"Apa kamu tahu, mahar yang diberikan untuk keluarga Ou ternyata 10 tael." Suara wanita memulai percakapan.

"Keluarga Xiucai memang benar-benar kaya."

"Aku dengar mereka bahkan membuat gaun pernikahan yang sangat mewah."

"Andai aku juga bisa menegangkan gaun pengantin saat menikah nanti."

"Kecuali kamu menikah dengan orang kota. Jangan berharap bisa menikah dengan menggunakan gaun pengantin."

"Benar, bahkan aku yang mendapatkan mahar 3 tael saja sudah merasa senang, meski tidak menggunakan baju pengantin."

Di pedesaan seperti tempat mereka. 1 tael saja sudah merupakan angka yang sangat besar dan bisa menghidupi 1 rumah tangga selama 3 bulan. Apalagi ini 10 tael perak yang merupakan angka astronomi untuk mereka. Karena 1 tael emas sama dengan 100 tael perak dan 1 tael perak sama dengan 1000 Wen.

"Aku juga melihat kain yang dibawa. Itu sangat mahal, pasti tidak kurang dari 1 tael perak."

"Pantas saja keluarga Ou terburu-buru menikahkan mereka. Mereka pasti takut Xiucai akan diambil orang."

"Ya, bagaimana dia sekarang sarjana dan bukan hanya gadis desa, bahkan anak-anak pengusaha di kota juga mulai mendekatinya."

"Beruntung keluarga Ou sudah punya perjanjian pernikahan sebelumnya. Jadi, mereka bisa menikah segera setelah Jierui menjadi sarjana."

"Tapi, bukankah Jierui sebelumnya bertunangan dengan Yueyin? Kenapa sekarang dengan Wei-wei?"

"Jangan bahas dia. Dia itu binatang sial. Bagaimana mungkin keluarga sarjana mau memiliki menantu seperti dia."

"Benar! Lihat saja sekarang penampilannya yang lusuh dan kurus. Tidak seperti Wei-wei yang lembut dan cantik. Laki-laki manapun pasti akan memilih Wei-wei dari pada binatang sial itu."

"Kalian jangan bicara sembarang. Yueyin bukan binatang sial. Itu hanya kecelakaan saat orangtuanya meninggal. Kalian pikir dia mau orangtuanya meninggal."

"Tapi kenyataannya seperti itu. Setelah orang tua nya meninggal. Neneknya yang sehat-sehat saja 2 tahun lalu juga meninggal tanpa sebab. Bukankah itu mencurigakan."

"Itu karena neneknya makan sembarangan dan tidak sengaja makan-makanan yang membuat alerginya kambuh saat makan di restoran di kota. Itu kata dokter yang merawatnya sebelum meninggal."

"Oh ... benarkah? Lalu kenapa kakeknya bilang itu pasti pengaruh dari Yueyin yang pembawa sial."

"Jangan mengatakan itu. Yueyin bukan anak sial. Justru dia anak yang harus dikasihani. Aku selama ini diam karena tidak mau ikut campur urusan rumah tangga orang lain. Tapi menurut ku ini sudah keterlaluan. Setelah orangtuanya meninggal, rumah dan semua tanah diambil alih oleh kakeknya. Dia menjadi kurus karena semua pekerjaan jatuh padanya."

"Bukankah itu normal  bagi wanita untuk mengerjakan pekerjaan rumah."

"Ya, itu normal makanya aku diam saja. Tapi sejak pamannya juga tinggal di sana. Anak itu sungguh menderita. Aku sering mendengar mereka mengumpat dan memukulinya. Tapi, siapa aku. Aku hanya tetangga bahkan jika Yueyin dipukuli sampai mati, aku tidak bisa berbuat apa-apa." Dulu dia pernah berusaha menolong tapi malah terjadi pertengkaran antar tetangga. Bahkan suaminya ikut memarahinya karena menganggap dirinya mencampuri urusan orang lain. Maka sejak itu dia tidak berani membela Yueyin secara terang-terangan. Hanya bisa diam-diam memberi makanan saat tidak ada yang melihat.

"Mungkin Yueyin malas makanya dipukuli. Aku juga akan dipukul jika malas bekerja."

"Aku melihat sendiri. Yueyin bekerja siang dan malam tapi sering tidak mendapatkan makanan yang layak. Apanya yang malas. Justru bibinya yang pemalas dan hanya tau memerintah."

"Dan sekarang, tunangannya bahkan direbut. Aku merasa keluarga Ou keterlaluan sekali. Menindas anak yatim piatu seperti Yuenyi."

Yueyin mengenali suara itu.

Itu adalah bibi Xue yang tinggal di sebelah rumahnya. Meski jarak antar rumah di desa sangat lebar. Tapi, suara paman dan bibinya jika marah dan memukulinya sangat keras. Wajar jika sampai terdengar oleh tetangganya.

Awalnya Yueyin berpikir tidak ada yang peduli dengan hidup matinya. Bahkan jika dia dianiaya di rumahnya sendiri. Namun, karena percakapan ini. Dia akhirnya tau siapa orang yang suka tiba-tiba mengirim makanan ke gudang kayu miliknya.

Dulu, dia pikir itu dilakukan Jierui. Menganggap, meski jarang bertemu dia masih perhatian. Ternyata, itu hanya angan-angan dirinya saja. Selama ini ternyata, dia memuja orang yang salah.

Yueyin diam di tempat, tidak pergi dari sungai sampai semua orang pergi karena tidak mau mengejutkan orang-orang yang sedang membicarakan dirinya.

Dia mengangkat keranjang yang berisi baju seluruh keluarga. Mengendong di punggung hingga membuat seluruh bagian belakang tubuh nya basah. Biasanya orang-orang di kampung menggunakan tong kayu untuk membawa baju yang sudah dicuci, namun jumlah baju yang dia cuci selalu sangat banyak sehingga membawa dengan tong kayu akan menambah berat karena basah. Sedang dengan keranjang air akan menetes dan menjadi lebih ringan di sepanjang jalan.

Yueyin berjalan dengan langkah mantap karena sudah terbiasa membawa beban berat. Begitu sampai di belakang rumah. Yueyin menjemur semuanya dan meletakkan kembali keranjang di gudang kayu. Lalu dia mengambil sabit untuk mengambil rumput sebagai makanan babi.

Yueyin mendengar suara tawa kebahagiaan. Dia melihat dari jauh. Di mana banyak hidangan pasca pertunangan masih tersisa. Meninggalkan aroma lezat masih  menguar. Membuat perutnya yang kosong dari pagi keroncongan. Namun, dia hanya berbalik pergi karena yakin tidak mungkin bagi paman dan bibinya untuk memberinya makan sebelum siang.

Yueyin berjalan menuju kaki gunung dan tanpa sengaja bertemu dengan Jierui yang sepertinya akan pergi ke rumahnya.

Dulu, ketika dia berharap bertemu. Jierui tidak pernah terlihat. Tapi, sekarang saat dia berharap tidak akan pernah bertemu. Mereka malah dipertemukan dengan mudah.

Apakah dia benar-benar orang yang sial hingga semua keinginannya akan diwujudkan secara terbalik.

"Yueyin? Apakah kamu akan mengambil rumput?" tanya Jierui dengan sopan. Tidak terlihat ada penyesalan dan rasa bersalah di dalam dirinya karena mengganti tunangan.

Yueyin terdiam dan hanya mengangguk lalu melewati Jierui. Tidak ingin bicara dengannya sama sekali.

"Yueyin? Apakah kamu marah padaku karena memilih Wei-wei?"

Langkah kaki Yueyin terhenti.

"Yueyin kamu juga harus tahu. Anak perempuan di keluarga Ou bukan hanya kamu tapi juga Wei-wei. Sejak dulu aku hanya suka Wei-wei. Aku tidak tahu apa yang membuatmu berpikir aku menyukaimu."

"Aku baik padamu karena kamu adalah adik iparku. Tidak lebih. Tolong jangan menyebarkan desas-desus yang tidak benar."

Yueyin memandang Jierui dengan wajah pucat. "Aku tidak pernah menyebarkan desas-desus apa pun."

"Lalu, kenapa orang-orang memojokkan Wei-wei. Mengatakan dia merebut aku darimu. Tolong jangan membuat ini sulit. Aku dan Wei-wei saling menyukai. Jangan menjadi penghalang yang menyebalkan." Tambah Jierui. Membuat Yueyin menatap semakin heran.

Setelah bertahun-tahun. Apakah dia akhirnya melihat wajah Jierui yang sebenarnya.

"Tidak perlu khawatir. Aku tidak menyukaimu dan tidak pernah menyebarkan desas-desus apa pun. Kamu menuduh orang yang salah." Setelah itu Yueyin bergegas pergi. Tidak mau mendengar perkataan apa pun lagi dari Jierui.

Air matanya berlinang disepanjang jalan. Tapi ... siapa yang peduli.

Tidak ada.

***

TBC

Gadis Desa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang