10 Buah Persik

171 48 2
                                    

Enjoy reading

***

Yueyin berbalik lalu melihat ke arah uangnya dan terkikik senang. Memejamkan mata, membuka mata lagi dan terkikik lagi dengan uang di pelukannya. Seperti itu terus hingga tengah malah sebelum akhirnya dia tertidur, itupun masih dengan bibir menyunggingkan senyuman karena bahagia. Bahkan sampai terbawa mimpi, di mana dia tidur  di atas tumpukan uang.

Baru saat ada yang memanggil namanya, Yueyin membuka mata dan bangun dari tidur dengan linglung.

"Nona Ou ...." Suara Kuan terdengar jelas.

Baru saat itulah Yueyin ingat dia harus mengikuti Jiangfeng ke hutan. Ternyata memiliki uang benar-benar membuat malas. Lihatlah dia yang biasa bangun sebelum fajar dan sekarang matahari hampir terbit, namun baru bisa bangun gara-gara punya uang.

Yueyin segera mengumpulkan uangnya, lalu memasukkan ke dalam baju. Mencuci muka dan berlari ke depan. "Maaf-maaf aku terlambat bangun." Yueyin segera meminta maaf.

"Tidak apa-apa, ayo berangkat." Jiangfeng kali ini menggunakan pakaian berwarna hitam. Dengan ikat pinggang lebar yang membuat pinggangnya terlihat ramping dengan dada kuat yang menonjol. Membuat Yueyin kembali menunduk karena takut membayangkan yang tidak-tidak.

"Apakah kamu sudah sarapan?" tanya Jiangfeng sambil memimpin jalan. Meski mereka pergi bersama. Namun, Jiangfeng dan Kuan berjalan jauh di depannya dan dia memiliki jarak sekitar 1 meter di belakang.

"Tidak." Dia sudah biasa tidak sarapan, jadi tidak masalah.

Jiangfeng melirik Kuan dan dia segera mengerti. "Makanlah, Jangan sampai pingsan karena kelaparan dan merepotkan kami." Kuan memberikan 4 roti kukus pada Yueyin.

Yueyin menatap roti yang sama seperti 2 hari lalu, hendak mengatakan bahwa 2 sudah cukup. Tapi Jiangfeng dan Kuan sudah berjalan tanpa melihat ke belakang.

"Terima kasih." Yueyin segera  memakan satu. Masih hangat dan rasanya masih selezat seperti yang dia bayangkan. Meski isiannya sayur, tapi masih lebih enak dari roti yang pernah dia beli di kota saat bersama orangtuanya dulu. Mungkin karena teksturnya yang lebih lembut dan bumbu yang memadai sehingga rasanya lebih nikmat.

"Kuan kamu tetap di sini, aku akan masuk sendiri." Ketika sampai di kaki gunung, Jiangfeng berhenti.

"Tapi ...."

"Kalau kamu ikut, akan merepotkan. Aku tidak akan lama, hanya mengecek medan." Balas Jiangfeng sebelum Kuan bisa membantah.

"Baiklah." Kuan segera memberikan tas yang berisi makanan serta minuman sebagai bekal.

Jiangfeng menggantungnya di pinggang, dan menenteng busur panah, lalu berjalan dengan cepat. Sehingga dalam sekejap baik Yueyin maupun Kuan tidak melihatnya lagi.

"Luar biasa. Apakah tuanmu bisa bela diri?" tanya Yueyin. Karena baru kali ini melihat orang bisa berlari secepat itu, namun tidak menimbulkan banyak suara.

"Tentu saja, jika tidak, saat wajib militer  dia tidak mungkin bisa menjadi je ... eh ... kenapa kamu banyak tanya." Kuan hampir keceplosan.

"Oh ... maaf." Yuyin juga tidak bermaksud terlalu ingin tahu urusan orang lain.

"Apa yang ingin kamu lakukan? Tidak mungkin kan kita hanya duduk-duduk menunggu tuanku kembali." Kuan melihat sekitar yang terasa sepi, hanya suara binatang kecil yang sepertinya akan kembali ke sarang karena matahari pagi mulai bersinar.

"Gunung ini memiliki banyak hal. Sayangnya ini bukan musim hujan, jadi tidak ada jamur yang bisa dipetik." Yueyin sangat suka sup jamur.

"Tapi, ada rebung di sebelah sana. Terkadang ada buah juga yang bisa dimakan." Yueyin segera mengajak Kuan berkeliling. Meski sepertinya berjalan dengan asal. Namun, sebenarnya Yueyin yang sudah sering ke sana segera menuju tempat di mana pohon buah liar ditemukan.

"Lihat ... ada buah persik yang matang." Ini musim panas, jadi memang waktunya persik berbuah. Meski buah liar tidak sebesar yang dijual di kota. Namun, tetap manis dan bisa mengurangi kerakusan Yueyin akan makanan.

"Apa yang kamu lakukan?" Kuan sangat terkejut saat melihat Yueyin mulai memanjat. Yueyin adalah seorang gadis, bagaimana mungkin dia bisa memanjat sembarangan. Sangat tidak anggunly.

"Mengambil buah persik. Tangkap." Yueyin melemparkan buah matang ke arah Kuan dan reflek Kuan menangkapnya.

"Cobalah, ini sangat manis." Yueyin sendiri memetik satu, mengusap ke bajunya lalu menggigit dengan puas ketika rasa manis dan segar memenuhi mulutnya.

Kuan hendak memprotes. Namun melihat Yueyin yang makan dengan nikmat. Dia juga segera menggigit nya. Benar saja, rasanya memang manis dan lezat. Meski saat tinggal di kota Kuan juga sudah mencicipi berbagai buah yang lezat. Namun, persik yang saat ini dia makan rasanya juga enak. Meski lebih kecil, tapi juga manis dan berair.

"Aku akan memetik, kamu kupulkan." Setelah makan 1 buah. Yueyin segera memanjat lagi, memilih buah-buahan yang matang dan melemparkannya ke bawah. Di mana Kuan bekerjasama untuk mengumpulkan.

Yueyin tidak mengambil banyak karena tidak semua yang di pohon sudah matang. Jadi hanya ada 23 buah yang berhasil dia dapatkan.

"Ini untukmu." Yueyin mengambil 10 dan memberikan 13 pada Kuan.

"Terima kasih." Kuan tidak menyangka dia akan diberi lebih banyak. Karena bagaimanapun Yueyin yang memanjat.

Yueyin membungkus buah dengan daun dan mengikatnya. Lalu mereka berkeliling ke sekitar sembari memetik beberapa sayuran liar yang bisa dimasak Yueyin untuk nanti siang.

Saat waktu menunjukkan jam Si, Jiangfeng sudah kembali. Tadi dia pergi pada waktu jam Mao, jadi sekitar 4 jam an sampai kembali. Hebatnya lagi, dia membawa 3 ekor kelinci dan 2 burung pegar di tangannya.

"Kamu sangat hebat." Hanya 4 jam dan pertama kali masuk gunung ini, Jiangfeng sudah berhasil membawa binatang buruan.

"Kebetulan aku menemukan sarang kelinci, namun yang 2 kabur. Ini hanya anak-anak mereka." Jiangfeng memberikan 1 kelinci abu-abu pada Yueyin.

"Untukmu." Ucapnya.

"Ap-apa? Ini terlalu mahal." Meski kelinci ini masih muda dan tidak sebesar kelinci dewasa. Tapi jika dijual bisa mendapatkan sekitar 50 sampai 70 Wen jika termasuk bulunya.

"Kamu memberikan Kuan buah persik dan aku memberikan kelinci. Jadi aku rasa ini adil." Buah juga termasuk barang mahal. 1 persik liar bisa dijual seharga 5 Wen.

"Baiklah, terima kasih."

"Apa ada lagi yang ingin kamu dapatkan?" tanya Jiangfeng.

"Tidak, aku harus kembali untuk memasak." Bagaimanapun ada pekerja yang harus diberi makan.

"Ayo kembali bersama." Mereka harus memerankan penemuan ginseng. Jadi harus kembali bersama agar lebih realistis.

"Um." Yueyin mengangguk, namun karena banyak sayur yang dia petik dia harus mengikat jadi satu dan hendak memukulnya di punggung. Namun, tiba-tiba sebuah tangan mengambil dan membawanya dengan santai. Seolah-olah tidak membawa beban sama sekali.

"Terima kasih." Yueyin akhirnya hanya membawa buah di pelukannya. Sedang Kuan selain membawa buah, dia membawa burung yang sudah mati dan Jiangfeng membawa kelinci serta sayuran.

Mereka bertiga berjalan beriringan dan tidak satu atau 2 penduduk desa yang melihatnya. Sehingga segera menimbulkan gosip.

Tapi, gosip buruk tentang Yueyin yang pergi dengan pria ke hutan baru dibicarakan sebentar. Ketika kabar bahwa Yueyin menemukan ginseng dan dijual seharga 10 tael  pada penjagal Jiangfeng menyebar luas. Segera, kabar itu menenggelamkan berita buruk karena jumlah uang yang membuat banyak orang iri.

Kenapa bukan mereka yang menemukan ginseng di hutan.

***

TBC

Gadis Desa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang