15 : sebuah hukuman

1.1K 124 7
                                    

FIKSII WOYYY

HAPPY READING !

.........................,.................

Saat itu, keluarga besar Anatharl berkumpul lagi untuk yang kedua kalinya karena masalah zee yang sudah membuat rekan bisnis Sean dan juga dewa merasa kecewa atas perbuatan putri bungsu mereka, Zee.

Saat ini, dewa, Sean, Aran, Gracia, dan fiony sedang duduk menunggu sang anak pulang kerumah. Kali ini mereka benar-benar akan menghukum zee walaupun dia seorang perempuan. Bagaimana tidak, secara tidak langsung Zee telah mencemarkan nama baik Anatharl yang cukup dikenal sebagai marga terkenal di jakarta.

Setelah menunggu cukup lama, zee datang dengan diantar oleh Leo, pembuat onar disekolah yang melibatkan Eza, sang ketua osis kebanggaan sekolah.

Dewa mengetahui hal itu, menyuruh bodyguard nya untuk menangkap Leo dan akan dimasukkan kedalam rumah guna mencari informasi yang sebenarnya.

"Zee, masuk."

Ini pertama kalinya Sean berbicara ketus terhadap anak gadisnya. Sebelumnya, Sean benar-benar sangat menyayangi nya.

Akhirnya Zee masuk. Sebelum ia duduk, dia sudah mendapat tamparan tak keras dari ayahnya, Sean.

"APA-APAAN KAMU ZEE! PAPI MALU SAMA SEMUA ORANG. PAPI KECEWA SAMA KAMU! MAU DITARUH MANA WAJAH KITA SEMUA, ZEE?! KAMU KIRA INI SEMUA TIDAK ADA HUBUNGANNYA SAMA KELUARGA REENAND? KAMU KIRA INI HAL SEPELE? COBA KAMU PIKIR, KENAPA KAMU LEBIH MEMBELA PRIA BRENGSEK INI DIBANDING EZA YANG SUDAH BANYAK MEMBANTU KAMU?! MANA HATI NURANI KAMU?!" ucap Sean dengan nada tinggi, sangat tinggi saking emosinya.

"Mas, sabar mas. Kita tunggu sampai zee speak up" tenang Gracia mengelus dada Sean

"Opa memang suruh kamu jaga jarak sama Eza, tapi bukan seperti ini caranya. Opa mau , kamu hanya jaga jarak sama dia, bukan sampai dia masuk ICU seperti sekarang ini, Zee. Opa malu, mau ditaruh mana wajah opa ketika sedang bekerja sama dengan kakek Eza? Apakah masih pantas kita berada didepan wajah mereka? Seharusnya kamu mikir Zee, kamu mikir. Kamu sudah dewasa, jangan semua masalah kamu selesaikan dengan kepala panas. Baru kali ini opa kecewa sama kamu, karena ini memang benar-benar sudah kelewat batas. Kamu jangan lupa, keluarga Eza sudah banyak membantu kita. Mereka sudah membantu perusahaan papi kamu bangkit lagi. Kita seharusnya berterimakasih kepada mereka, bukan malah seperti ini." jelas dewa

"M-maaf." Ucap Zee gemetaran

"Sekarang kamu masuk kamar, jangan keluar kalau papi belum suruh. Ngerti?" perintah Sean.

Zee mengangguk. Ia menaiki tangga dan masuk kedalam kamarnya.

Sekarang tiba ajal seorang Leo. Dia diseret dan dimasukkan kedalam mobil dan mobil itu menuju kekantor polisi.























"Nak, bertahan ya? Kak Chika, bang Chris kangen main sama kamu. Ibun minta kamu cepet sadar ya nak, ibun sama ayah janji, kalau kamu mau bangun, semua keinginan kamu kita turutin hari itu juga. Tapi ibun mohon, kamu kasih respon ya nak, ibun kangen sama Eza" ucap Cindy mengelus tangan anaknya yang terkulai lemas diatas kasur rumah sakit itu.

"Memangnya Eza betah tidur disini terus? Kata kamu, kamu gak suka bau rumah sakit, tapi kenapa kamu malah mau tidur disini? Ayo pulang nak, ayo tidur dikamar kamu sendiri."

Ucapan Cindy itu direspon oleh Eza dengan menggerakkan jari telunjuknya selama dua kali. Cindy menyadari hal itu. Ia menangis.

"Makasih sudah mau respon ibun, sayang. Ibun terimakasih banyak sama Eza. Terimakasih sudah jadi anak yang penurut, nak. Maafin bunda sama ayah jika kasih sayang kita kurang ke Eza, tapi ibun yakin, Eza anak kuat. Buktikan kalau kamu kuat, nak."

Eza kembali merespon kata-kata sang ibu. Dia memanggil nama Cindy dengan suara lirih namun tidak membuka matanya.

"ibun.."

Cindy menjawab sang anak "iya, ada apa sayangnya ibun?"

Namun Eza tidak merespon lagi. Cindy tak kuat melihat anak bungsunya itu. Ia pun keluar dari ruangan icu.

Reenand yang berada disana kaget ketika melihat istrinya keluar dengan Isak tangis yang sungguh menyakitkan.

"Ada apa, sayang?"

"Eza beberapa kali respon ucapan aku, mas. Tadi dia sempat manggil aku, tapi sekarang dia sudah gak mau lagi respon aku. Tolong anakku mas, aku mohon" ucap Cindy yang bersender di dada Reenand.

"Sabar, sayang. Semua ada waktunya. Ini memang takdir tuhan untuk menjadikan kita sebagai orang tua yang lebih kuat lagi. Saat ini memang sedang diuji oleh tuhan. Kita sabar saja, semoga Eza koma enggak lama, ya?" Ucap Reenand menenangkan istrinya.

"Iya mas"

Tak lama dari percakapan mereka berdua, dewa dan Sean datang ditempat mereka berada sekarang.

"Eh, pak dewa, Sean. Darimana? Tumben datang kemari, barusan tadi siang loh kesininya hahaha" Tanya Reenand

"Hahaha, kami dari kantor polisi, nand. Anak itu sudah boleh dipenjara, karena sudah 17 tahun. Sekarang kami datang kemari untuk menebus segala kesalahan keluarga kami" ucap dewa

"Memangnya dengan cara bagaimana, pak?" Tanya Reenand

"Seluruh biaya pengobatan, rawat inap, terapi, biar kami yang menanggung. Karena kesalahan cucu saya sudah sangat fatal" kata dewa

"Hahaha, sebenarnya tidak usah repot-repot, pak. Kami hanya minta doa nya saja untuk kesembuhan putra kami" jawab Reenand

"Sudahlah nand, tidak apa. Tidak usah menolak. Kami hanya ingin menebus kesalahan zee yang sudah membuat Eza jadi seperti ini. Oh iya, bagaimana kondisi Eza?" Tanya sean

"Tadi Cindy masuk, dia ajak bicara Eza dan direspon. Tapi setelahnya sudah tidak ada respon apapun lagi dari Eza. Cindy nangis terus, bagaimana ini yan?" Tanya Reenand balik

"Oh, sudah ada respon ya. Kemungkinan dia sudah sadar dialam bawah sadarnya, tapi sukma nya susah buat masuk ke jiwa nya lagi. Tunggu aja, semoga ada keajaiban" jawab Sean

"Terimakasih, Sean."

"Tunggu, saya akan menuju resepsionis." Ucap dewa.



Dewa sampai. Dia berdiri didepan meja resepsionis rumah sakit tersebut dan membayar seluruh biaya pengobatan Eza.

"Sus, semua totalnya berapa? Mau saya bayar sekarang" ucap dewa

"Jika keseluruhan, bisa mencapai 769 juta, pak. Soalnya keadaan tuan Eza cukup parah"

"Yasudah. Silahkan diproses. Saya tunggu" kata dewa


Dewa selesai membayar semuanya. Kini ia beralih menuju dimana sang anak berada.

"Semuanya sudah selesai. Kita pulang dulu ya nand" ucap dewa merangkul Sean.

"Kalau ada apa-apa, telfon saya saja. Saya siap membantu" ujar Sean

"Terimakasih banyak, pak dewa, Sean. Saya berhutang budi sama kalian"

Mereka berdua mengangguk. Akhirnya meninggalkan Reenand dan Cindy disana.













iya, nih up lagi. Author nya lagi semangat soalnya, hihii

HIDUPKU UNTUKMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang