Kalah, lagi.

1.7K 209 42
                                    

بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

(Allahumma sholli ala sayyidina muhammad wa ala ali sayyidina muhammad)

🦋🦋🦋🦋

Benar firasatku selama ini, ternyata dia masih menyembunyikan sesuatu dariku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Benar firasatku selama ini, ternyata dia masih menyembunyikan sesuatu dariku. Aku melepas cincin itu dari jariku, aku simpan dalam nakas. Untuk apa aku memakai cincin yang memang bukan milikku, tidak ini bukan milikku, ini milik perempuan itu.

Aku mengaku kalah, kalah telak.

Tentang Azzam dan Kaatiya, aku tidak paham dengan mereka. Berhenti bersikap baik dan memberi Azzam perlakuan yang sama. Rasanya belum cukup lama aku merasakan bahagia, belum cukup lama aku menenangkan pikiranku dari bisingnya ucapan-ucapan itu 

Beberapa waktu lalu laki-laki itu menemuiku dengan menaruh harapan banyak, bahkan aku bisa tahu seberapa bersalahnya dia saat itu. Mendengar Azzam mengeluh tentang kebodohannya dia yang sering membuatku terluka dan melihat lelaki itu tampak kehilangan arah saja membuatku dengan mudahnya kembali luluh

Meera menghela napas berat. Pandangannya fokus pada makanan yang belum ia sentuh sama sekali. Makanan itu tidak terlihat begitu menggiurkan, sehingga ia hanya menatap piring yang berisi nasi goreng dengan telur di atasnya. Padahal makanan itu yang sedari pagi Meera inginkan, ia bahkan hanya ingin makan itu yang di masak langsung oleh Azzam. Nafsu makannya hilang tanpa sisa, hingga ia hanya meminum air putih demi membasahi tenggorokannya yang kering dan terasa serak.

******


Ada rasa bersalah yang memuncak kala saya melangkah keluar dari kamar, meninggalkan perempuan yang begitu saya sayangi menangis tersedu lagi-lagi karena ulah saya. Satu hal yang sebenarnya sudah lama saya takuti akhirnya benar-benar berhasil membuat saya kembali hancur

Kepala saya terasa pusing. Tidak, ini belum seberapa. Ada satu lagi hal yang mungkin akan membuatnya jauh lebih terluka dari ini. Rumah itu.

Saya kepalkan tangan saya erat-erat kemudian saya alihkan ke kepala saya, menjambak rambut kuat-kuat sering rasa pusing yang tak kunjung menghilang “Arrghh!”

Azzam berjalan gontai menuju ruang tamu, ia menunduk sedalam mungkin kala melihat Ummi Hanum yang tengah menatapnya dengan tajam “Azzam, ada apa lagi ini? Suara berantem kalian terdengar sampai bawah. Kontrol emosi kamu, berhenti bohongi istri kamu” Ummi menjeda kalimatnya beberapa saat “Sekarang dimana Meera?”

ZAMEERA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang