⚠️ FOLLOW SEBELUM DIBACA ⚠️
________
Bagaimana ketika kamu Menikah dengan seseorang yang belum selesai dengan masa lalunya,?
"Kamu sudah Abi jodohkan dengan anak sahabat Abi"
Sejak saat itu, saya mengakui bahwa saya kalah, saya sudah tidak bisa men...
(Allahumma sholli ala sayyidina muhammad wa ala ali sayyidina muhammad)
🦋🦋🦋🦋
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Kamu berhak mendapatkan kebahagiaan daripada rasa kasihan”
Ucapan itu terngiang-ngiang di kepala, suara Aksara muncul di kepalanya berkali-kali. Meera sampai harus meremas rambutnya sendiri demi menyingkirkan suara itu dari sana
Setelah bertemu Aksara tadi, Meera paham satu hal, Pada akhirnya, mau sekeras apapun Azzam berusaha menjauhkan diri dari segala hal tentang perempuan itu, Azzam tetap gagal. Perasaannya masih di sana, masih tinggal di sana.
Jika di banding perempuan itu, aku memang kalah, kalah telak. Tapi di sini aku yang HAK atas Azzam, dia itu suamiku, rasanya aku seperti mencintai sendirian.
Menyakitkan...
Suara derit pintu membuat Meera menolehkan kepala seketika, dirinya yang sedari tadi menopang dagu dengan kedua tangan langsung bangkit demi melihat sosok Azzam yang tengah bergerak menutup pintu di belakang tubuhnya.
“Assalamu’alaikum..”
Azzam Tiba-tiba masuk dengan setelan yang sudah berantakan, jas nya ia lepas dan di taruh di tangan kiri, dua kancing atasnya sudah terlepas dan dengan rambutnya yang sedikit berantakan, Meera yang tadinya malas bicara setelah melihat penampilan Azzam seperti itu ia bangkit dan menghampirinya
“Kenapa, kak?”
Pria itu duduk di tepi ranjang, matanya tampak lelah, Meera dapat melihat itu saat ia masuk ke dalam. Ia baru saja melewati hari yang berat, sepertinya.
“Saya kalah, saya salah, Meera, saya masih tetap sama..” ucapnya. Perempuan itu bingung, ada apa dengan pria itu? Dia sedang kadang kesulitan tentang apa? Meera mulai bingung di sana. Tapi, saat kalimat berikutnya yang Azzam lontarkan, pantas saja ia merasa kalah, pantas saja ia mengatakan bahwa ia salah
Aku menghabiskan waktu sepuluh menitku demi mendengarkan ucapan pria di hadapanku, tapi bukan mendengarkan tentang penyesalan, sayang sekali bukan.
Semua kalimat yang Azzam lontarkan, semua kata yang barusan Azzam katakan membuat Meera mematung seketika, dadanya tiba-tiba sesak. Kata Maaf lagi-lagi aku dengar dari mulutnya, dengan alasan yang sama. Haruskan aku maafkan lagi?
Aku kebingungan, aku bingung sekali harus menanggapi bagaimana lagi, aku lelah. Lagi-lagi aku harus mengalah? Karena perempuan itu aku ikut menutupi kebohongan Azzam di depan orang tuanya, karena perempuan itu aku banyak mengalah, aku yang harus banyak memaklumi, aku yang harus banyak memahami, aku yang harus banyak sabar, padahal disini aku korbannya.