Three

37 32 6
                                    

Dengan rahang mengeras Petra meninggalkan kantin.

"Elisya? Kok bisa kenal?" tanya Arga heran, ia menatap Elisya dari ujung sepatu hingga kepala.

"Kepo," balas Gara datar, sedangkan Farel dan lainnya tertawa melihat wajah kesal Arga.

"Aku mau balik kelas, El," Elisya mendengus dan menarik-narik jemari Gara.

"Ya sana," ketus Gara. Elisya berdecak kesal, ia langsung menarik lengan Gara.

"Ayok! Gak peka banget!" gerutunya. Gara memasang senyum tipis, sangat tipis hingga tak terlihat. Dirinya pun berjalan menuruti keinginan gadis itu untuk diantar ke kelas.

Anggota Vegas melongo di buatnya, bos mereka yang anti wanita itu kini sudah normal?

"Gimana gak meleleh, orang ceweknya perfect, lucu, imut, manja, body bagus, cantik, mulus, ughhh, mantapp," Farel tersenyum manis menatap kepergian Elisya.

"Kalau ada Gara, leher Lo habis Rel," Arga menegur pikiran Farel.

"Akhirnya ada ibu negara kita," gurau Jevran, semua anggota Vegas tertawa. Mereka berdiri dan berjalan meninggalkan kantin, mengekori Elgara dan Elisya. Layaknya pengawal.

"Terima kasih atas pengantarannya," Elisya tersenyum manis hingga lesung di kedua pipinya terbentuk jelas.

Gara menahan keras dirinya untuk tidak mencubit pipi itu, ia juga tidak ingin menampakkan senyumannya pada Elisya.

"Di jawab!!!" pekik Elisya kesal.

Gara memutar bola mata jengah, gadis itu hobi berteriak, membuat telinganya risih.

Gara mendekatkan wajahnya dengan wajah Elisya. Elisya gelagapan, di belakangnya loker, tentu saja ia tidak bisa mundur. Elisya menahan napasnya demi merasakan jantungnya berdegup kencang. Mata tajam Gara seolah menghipnotis dirinya untuk menikmati wajah pria itu. Hidungnya yang mancung, bibir tipis dan pink, alis tebal yang bertaut, rahang tajam, sempurna.

"Jangan teriak lagi atau bibir manis Lo habis,"

"Mesu-"

Gara membekap mulut gadis itu dan melihat sekitarnya. Ia kembali menatap Elisya dengan alis yang mengerut.

"Emm," Elisya berhasil melepaskan dekapan yang membuat napasnya tersengal-sengal.

"Kakak jah-"

"Diem anjir! Sana balik!" potong Gara kesal.

"Gak mau!"

Gara menahan emosinya, ia menghapus jaraknya lagi dengan gadis itu. Kini, Gara sukses mengunci pandangan gadis itu. Gara menikmati detik itu untuk memandang indah wajah sempurna Elisya. Bulu mata lentik dan manik mata hazel itu mencuri perhatiannya, kulit putih bersih dan bibir pink yang menghias wajah bulatnya.

"Heh, malah pacaran, gue kira udah masuk kelas," tegur Jevran yang menuruni tangga.

Gara mundur memberikan peluang gadis itu untuk bernapas. Elisya menatap tajam Gara, ia mencubit perut Gara dan berlari mendahului.

"Ck," Gara berdecak kesal. Ia menatap Jevran dengan sinis. Sedangkan Jevran hanya tertawa kecil.

***

Bel pulang sekolah menggema di ruang kelas. Sorak-sorai siswa kelaparan dan lesu bergemuruh, mereka merapikan buku-buku dan memasukkannya ke dalam tas.

Di lapangan utama, tempat berlalu-lalang siswa yang akan pulang. Anggota inti Vegas menjadi sorotan publik siswa. Terutama Gara yang menjadi ketua umum Vegas, sang pria kutub.

"Haiii, Ell!!!!" sapa Elisya ceria.
Seolah kedatangan harta karun, siswa-siswi di lapangan yang tengah menikmati keindahan Gara gempar.

Batuk bergemuruh menjadi musik, siapa lagi kalau bukan ulah anak buahnya sendiri?

Elisya menyamakan langkah Gara. Elisya menahan tangan pria itu dan berjinjit mendekat.

"Kamu harus antar aku, kalau engga aku sebar kalo kamu mesu-"

Gara langsung membekap mulut gadis itu cepat-cepat. Ia menyeret gadis itu sambil tertawa.

"Ngomong aja lagi," ledek Gara. Elisya mengerucutkan bibirnya setelah Gara melepaskan bekapan dari mulutnya.

Karel tersenyum melihat Gara yang tertawa lepas bersama gadis itu.

"Haii Kak Ell, bole-"

"Jangan panggil Ell, itu sebutan dari aku," potong Elisya pada gadis yang membawa bunga itu. Gara terkejut, ia tersenyum menatap gadis yang masih cemberut itu. Sedangkan gadis yang membawa bunga itu memutar bola matanya kesal. Ia pergi berlalu dengan jalan terhentak.

"Baby Ell jadinya? Kayak angkatan kemaren, wkwk," ledek Farel. Sebelumnya memang ada sebuah geng yang ketua geng nya di panggil El.

"Dia terlalu mes-"

"Diem anjing!" bentak Gara menarik tangan Elisya.

"Gar, dia cewe loh," tegur Arga karena Gara membentak gadis itu. Yang satu ini memang termasuk kategori good boy.

Gara tak menyahut dan tetap menarik paksa gadis itu agar berjalan cepat.

"Lo ini nyebelin!" celoteh Elisya saat mereka telah berada di parkiran.

"Diem," wajah Gara menampakkan keseraman.

Elisya menatap tajam Gara dan berbalik badan, ia meninggalkan area parkiran dan berjalan keluar gerbang.

Gara menoleh dan mendengus kesal.

"Hai, Ell. Gue minta maaf soal tadi, sebagai permintaan maaf Lo boleh pulang bareng gue," Petra dengan senyumnya menghampiri Elisya.

Elisya mengernyit, ia menatap Petra dari ujung kaki hingga ujung kepala. Baju keluar, dasi gak ada, topi dipake kebalik, jelek.

"El gak suka bad boy," tolak Elisya mentah-mentah.

"Lo sukanya Gara kan?"

Elisya diam, ia langsung menggeleng.

Tit..

Klakson motor berbunyi tepat di belakang Elisya.

"Naik," Elisya tersenyum dan mengangguk, ia berjalan dengan ceria meninggalkan Petra. Motor Gara melaju kencang diikuti anggota Vegas di belakang.

"Pelan-pelan, Kak!!" suruh Elisya yang terdengar khawatir.

"Pegangan makanya bego!" ketus Gara.

"Gak ma-"

Gara menarik tangan gadis itu untuk memeluk tubuhnya, ia menambah kecepatan motornya dengan tangan tetap memegang tangan yang melingkar di pinggangnya.

"Gila tu anak," ejek Karel menggelengkan kepalanya saat melihat Gara yang sedang memegang tangan Elisya yang melingkar sempurna di tubuh Gara sendiri.

Kita dan Bandung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang