"Makasii jelek," Elisya melambaikan tangannya pada Gara yang menatap datar dirinya.
"Hati-hati," Gara mendengar teriakan gadis itu setelah dirinya meleset pergi. Gara mendengus, ia menyadari keanehan dirinya.
"Lo benar tinggal sini?" tanya Arga saat melihat Elgara di ruang tidur kamar Vegas. Pria itu tengah membereskan salah satu kamar yang akan di tempati dirinya di markas Vegas
Sebenarnya salah jika disebut markas, karena pada dasarnya markas dideskripsikan dengan bangunan sederhana yang penuh warna hitam dengan spanduk geng itu. Namun, berbeda dengan Vegas. Karena markas Vegas turun-temurun sudah besar dan bersih. Layaknya rumah biasa dan sedikit mewah.Papa Farel lah yang memberikan dan membalik nama sertifikat rumah itu menjadi milik Gara, karena dirinya yang dipercayakan sebagai ketua umum Vegas di gen selanjutnya.
Gara sebenarnya kurang percaya diri begitu Papa Farel, Om Reno. Mengatakan dirinya yang paling santai dan dewasa diantara member lainnya.
---
Malam ini, semua anggota Vegas berkumpul di markas, sudah memang rutinitas mereka berkumpul.
"Kayaknya Lo lagi deket ya sama adkel," sosor Jevran yang melihat Gara baru keluar dari kamarnya.
"Hm, kenapa?" tanya Gara yang langsung duduk di sofa.
Siulan terdengar dari mulut Arga, dan dilanjutkan oleh Farel.
"Kenalin dong bawa sini," goda Farel, sepupunya ini memang tukang rusuh.
"Bukan cewek, kenal doang," sergah Gara tak suka.
"Sabi buat gue," ucap Karel dengan senyumnya.
"Terus Elsa Lo buang?" ketus Alan.
Alan adalah anggota inti Vegas yang bersekolah di SMA Harapan Bunda, bersama Alex."Elsa number one," ucapnya santai.
Yang lain hanya menggelengkan kepala kompak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita dan Bandung
Teen FictionElgara Pradipta Sanjaya, sang ketua umum Vegas. Salah satu gang terbesar di daerah Bandung. "Beban Lo beban! bukan cewek gue!" Tukas Elgara emosi, ia membentak gadis cantik di depannya ini. Elisya tersentak, ia tak berani menatap mata Elgara yang m...