Five

12 16 3
                                    

"Apa Petra suka sama Elisya ya?" seruduk Farel yang langsung membuka topik begitu melihat Gara keluar dari kamar yang ditempati Elisya sementara.

"Iya juga, bisa jadi tuh!" ucap Alex membenarkan.

"Ngga, gue rasa dia gak suka, dia sengaja nyari masalah sama kita, kalau dia suka, dia gak bakal biarin Elisya digodain oleh temannya. Kalian tahu kan gimana posesif dan baiknya Petra waktu dia suka sama Rina? Teman sekelas kita itu," jelas Arga.

"Logis, gue sependapat sama Lo," ucap Gara yang akhirnya di angguki semuanya.

"Anak fisika keren juga," puji Farel, semua tertawa terbahak-bahak.

"Wait, denger suara motor?" sela Alan yang memotong gelak tawa mereka.

Jevran, Alex, dan Farel mengangguk.

Karel berjalan menuju jendela, mengintip siapa pasukan motor itu.

"Suruh anggota umum kesini!" ucap Karel tegas begitu melihat rombongan motor sedang bertengger di depan pagar, salah satu anggota itu membuka pagar markas mereka.

"Buka pintunya, kita serbu di halaman, ada yang dari belakang, samping. Karel, Lo sama anggota umum nanti dari belakang dan samping," Karel mengangguk, ia segera keluar melewati pintu belakang.

"Langsung bos?" tanya Irfan, anggota umum yang sering ke markas.

"Jangan, tanya aja dulu apa maksudnya ke sini,"

Irfan mengangguk-angguk menurut.

Gara menghela napas namun detik berikutnya ia mengernyit, pasukan itu menutupi wajahnya dengan kain hitam.

"Ngapain?" tanya Gara datar pada salah satu rombongan hitam itu yang mungkin ketuanya.

"Seran-" belum saja aba-aba untuk menyerang dari pemberontak itu selesai, Gara langsung menonjok perut pria itu.

Bersamaan, Jevran yang belum mendapat aba-aba dari Gara dengan santainya langsung memeluk salah satu rombongan itu dan menendang junior sang lawan dengan lututnya.

"Argghhhh, sialan!" pria itu berguling-guling dengan tangan memegang selangkangannya.

Jevran terkekang pelan, pendekar satu ini memang hebat. Selanjutnya, Jevran menggunakan kakinya untuk menerjang dua orang sekaligus.

"Lembek Lo!" hina Alex saat ia menjadikan salah satu pinggang pemberontak itu trampolin.

"Ih hidung Lo pesek banget!" cela Farel sipaling rasis dengan santai langsung menonjok hidung pria itu.

"Mana Elis-" Gara menatap tajam pria ya bahkan belum selesai menyebut nama Elisya. Dengan cepat tangan Gara melepas masker kain hitam yang menutupi wajah pria itu.

"Petra!?" Gara refleks meninju keras perut Petra.

"Argghhhh," erang Petra yang langsung mundur beberapa langkah, ia memegangi perutnya dan tersenyum ke arah Gara, menahan rasa sakit diperutnya.

"Cukup!" Gara teriak memerintah, anggota Vegas langsung menghentikan serangannya.

Karel menoleh heran menatap Gara yang berjalan masuk ke rumah. Karel tersenyum getir, ia tahu apa yang dirasakan Gara.

**

Gara membuka matanya, pandangan pertama yang dilihatnya adalah jam beker dan tembok pink. Gara mengernyit, bukannya tadi malam gue... Elisya!
Gara loncat dari kasur dan keluar kamar.

"Elisya masih tidur?" tanya Gara pada Farel dan Alex di ruang tengah, mereka mengangguk dengan wajah bingung. Sedangkan Gara langsung membuka pelan pintu kamar yang ditempati Elisya.

Gara tersenyum begitu melihat Elisya yang masih tertidur. Namun, detik berikutnya senyum itu pudar, Gara heran mengapa gadis itu terlihat gelisah dan keringat mengalir dari pelipisnya. Gara menarik selembar tisu dari kotak putih, ia mengelap dengan pelan dan telaten bulir keringat itu.

Gara menempelkan telapak tangannya di dahi Elisya. Dengan refleks Gara menarik tangannya saat merasakan panas tubuh Elisya.

"E-el, K-kak El-ll," gadis itu memanggil dirinya dengan terbata-bata, ada nada takut dari kalimat itu.

Gara segera menggenggam jemari Elisya dan mengelus puncak kepala gadis itu berusaha memberi ketenangan.

"Sttt, kita ke rumah sakit sekarang ya, badan Lo panas banget," ucap Gara yang langsung mengeluarkan ponsel.

"Rel, siapin mobil buat Elisya ke rumah sakit,"

klik

Gara langsung mematikan teleponnya.

"Ayok, Sya. Pelan-pelan," dengan lemah lembut Gara membantu Elisya untuk berdiri.

Elisya memejamkan kelopak matanya, rasa pusing langsung menyuntik dirinya ketika bangun.

Gara mengulurkan tangannya untuk membantu gadis itu berdiri.

Elisya menggigit bibirnya, pandangannya kabur dan bergerak memutar, bagaimana dia bisa berjalan?

Gara tersenyum dan langsung mengangkat tubuh gadis itu.

Elisya terkejut saat dirinya terasa melayang, namun detik berikutnya gelap, ia hanya mendengar samar-samar Gara berucap pingsan.

"Elisya pingsan," dua kalimat itu sukses membuat para inti Vegas bergerak cepat ke garasi.

Klakson mobil terdengar, Gara keluar rumah dan masuk ke dalam mobil Audi A8.

Kita dan Bandung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang