Latihan

39 3 1
                                    

Abihirt menjulang tinggi dari lantai dua di sebuah gedung hanya untuk mengamati betapa elok tubuh langsing dengan lekuk sempurna ... sedang berputar-memainkkan gerakan tangan dan kaki di atas lapisan es yang licin.
Pemandangan serius hampir tidak akan pernah membuat Abihirt meninggalkan rambut cokelat natural, diikat kuncir kuda mengibas ke pelbagai arah mengikuti setiap gerakan yang tercipta. Moreau begitu cantik diperhatikan dari di sudut mana pun. Sebuah gambaran alamiah dari pancaran daun muda itu.
Kadang - kadang, muncul senyum tipis ketika mata biru terang Moreau tersenyum geli ke arah pria yang juga menari bersamanya. Juan Baker mulai mengangkat tubuh-yang mungkin-terasa ringan dengan sangat muda, sehingga Moreau seolah telah menaruh seluruh kepercayaan untuk tidak pernah ragu terhadap apa pun yang akan terjadi. Mereka tampak serasi sebagai figure skating. Menari seperti pasangan dan Abihirt akan berpaling sesaat ... pada adegan wajah yang begitu dekat.
Tidak ada ciuman. Hanya tangan Moreau yang menangkup wajah Juan Baker ketika sudut mata Abihirt mencoba tetap mencari tahu. Senyum hingga tawa Moreau di tengah - tengah kebutuhan dua pasangan nari itu memutari lapisan es menjadi momen paling mencolok.
Abihirt segera tahu mereka akan mengakhiri sesi latihan saat Moreau kembali mengayunkan tubuh setengah tinggi ke udara, sementara Juan menahan salah satu kaki gadis itu dengan pegangan yang begitu mantap dan terlatih.
Untuk beberapa saat Abihirt masih menatap kedekatan serius di bawah sana. Dada Moreau yang bergerak samar, dia tahu betapa napas Moreau sedang menggebu, tetapi pada bagian terakhir, gadis itu harus menengadah-secara tidak langsung mereka melakukan kontak mata. Abihirt tidak berniat memalingkan pandangan, meskipun dia tahu ekspresi terkejut di wajah Moreau luar biasa tak tertolong.
"Turunkan aku, Juan."
Respons Moreau paling pertama ... secara naluri menepuk pundak Juan supaya pria itu membiarkannya berpijak di atas lapisan es. Masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Moreau mengerjap, mengusap kelopak mata, dan ... ternyata Abihirt memang di sana. Menjulang tinggi di posisi yang sama. Sebelah lengan pria itu menyangga di pagar besi. Raut wajah datar meliputi, termasuk juga sikap dingin yang melampaui batas. Iris kelabu di kejauhan mungkin sedang menyiratkan sesuatu, tetapi Moreau tidak bisa memahaminya. Malahan, bertanya - tanya apa yang dilakukan Abihirt, kepada siapa pria itu akan berurusan? Bukankah mereka baru bertemu beberapa waktu lalu?
"Apa yang kau lihat?"
Pertanyaan Juan lantas menarik Moreau kembali ke permukaan. Sekali lagi ... atas kesadaran berbeda, Moreau mengerjap kemudian melekukkan bibir tipis. Dia menatap Juan yang ntah mengapa terlalu cepat bergerak-mengikuti arah pandang Moreau di suatu tempat.
"Apa yang Mr. Lincoln lakukan di sini?"
Pria itu bicara nyaris seperti bergumam.
"Kau mengenalnya?" Moreau langsung melanjutkan. Dia sendiri membutuhkan Barbara sekadar memberikan petunjuk, sementara Juan tampaknya terlalu serius saat mengetahui keberadaan Abihirt di sekitar mereka.
Pria itu berdecak antara histeria atau kehilangan selera. Moreau nyaris tak dapat membedakan keduanya. Dia berjalan di samping Juan, memilih untuk mengabaikan Abihirt jika memang benar, pria itu masih di sana.
Moreau merasa haus, segera menghadapi kebutuhan sekadar merenggut botol minum di loker pribadi. Hal yang nyaris tak jauh berbeda Juan lakukan, tetapi mula - mula pria itu mengeluarkan benda pipih dari ranselnya. Memamerkan seluler genggam tersebut di hadapan Moreau yang mengernyit bingung.
"Kau lihat produk ini ... hampir semua orang memakainya, dan hampir semua orang-mungkin, aku tidak begitu yakin, tahu siapa Mr. Lincoln. Pengusaha muda yang sukses. Kau akan tahu lebih banyak tentangnya jika mencari di go*gle. Di beberapa foto yang kudapat, Mr. Lincoln selalu tampan, yang ternyata jauh sangat - sangat tampan bertemu aslinya."
Tangan Juan mengibas ke udara persis semacam sebuah kebanggaan membicarakan seseorang yang-Moreau sedikit menipiskan bibir saat mengetahui Abihirt sedang melakukan percakapan bersama pemiliki agensi di sana. Dia meringis, lalu menatap Juan serius.
"Sepertinya Mr. Lincoln memiliki urusan bersama ayahmu ...."
Sorot mata Juan berpendar melakukan hal yang sama. Pria itu mengedikkan bahu nyaris tak acuh. "Ayahku juga ayahmu, Moreau. Kita berada di agensi yang sama. Bagaimana kalau kita pergi ke kafetaria? Aku sudah lapar," tambahnya sekadar mengingatkan dan mengajukan ajakan pergi.
Moreau mendengkus. Tanpa sadar mengusap ceruk leher, tetapi sesuatu terasa ganjil segera menyergapnya. Sebelah tangan yang lain segera dipaksa untuk menyentuh anting dengan rantai memanjang yang diliputi hiasan dua kupu - kupu mungil bergelantungan.
Anting itu ada di sana, di telinga sebelah kanan. Tetapi begitu hampa di sisi berlawanan. Moreau mulai panik. Dia tidak bisa kehilangan salah satunya. Anting itu diberikan ayahnya ketika dia berulang tahun yang ke 18. Sesuatu paling berharga sejak kepergiaan pria yang dia cintai satu tahun lalu. Apa yang akan Moreau katakan nanti ketika dia pergi berziarah ke makam ayahnya?
Dengan wajah begitu pucat. Mata biru yang menderang lantas mencari ke pelbagai arah. Moreau harus menemukan sebelah anting tersebut secepatnya. Mungkin warna putih keperakan akan menyatu dengan lapisan es, dan pencarian itu harus dilakukan benar - benar serius.
"Apa yang kau lakukan, Moreau?"
Pertanyaan Juan paling tidak sedikit menarik perhatiannya. Moreau menatap sesaat, kemudian kembali menunduk. Dengan kaki masih dalam balutan sepatu skate, dia menyisir ke tepian, barangkali anting yang dipakai terempas jatuh ketika sedang melakukan gerakan memutar atau saat - saat di mana Moreau memanjat ke tubuh Juan.

~Dihapus Sebagian. Silakan Lanjut Baca di Goodnovel dengan Judul Perjanjian Terlarang~

Tempted by StepdadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang