"Aku sudah sering mengingatkanmu, Abi. Berhenti konsumsi alkohol. Kau tahu minuman itu memiliki interaksi tidak terduga dengan obat - obatan. Vitamin-mu akan menunggu jika kau tidak datang tepat waktu."
Roger selalu memiliki alasan menceramahinya dengan segala jenis kalimat yang terungkap pada masa - masa seperti ini. Jadwal pemeriksaan khusus, yang sialnya tidak dapat diatur ulang, walau Abihirt sudah mencari cara serius menghindari dokter sekaligus sepupu paling akrab. Dia menatap Roger setengah menyipit setelah pria itu menggeser sebotol kapsul vitamin dan melingkari jadwal untuk melakukan transfusi darah.
"Minggu depan kembali lagi ke sini. Mengerti, Abi-oh berhentilah memainkan koleksi mahalku!"
Roger segera bangkit-sedikitpun tidak akan membiarkan Abihirt menyapukan ujung jari pada seri robot mahal miliknya. Dia segera menggeser kaca lemari-menutup dengan hati - hati-lalu mengantongi kunci ke saku jas. Ada pelbagai macam pasien, dan mereka tidak berani sekadar melirik, tetapi yang satu ini adalah pengecualian.
"Biar kuingatkan lagi, jangan konsumi alkohol. Aku harap semalam adalah yang terakhir."
Ntah harus kali ke berapa agar Roger berhenti bicara. Abihirt memijat pelipis frustrasi, akhirnya melangkah ke meja kerja Roger. Dia mengambil botol vitamin itu sembari menarik napas kasar sambil memikirkan jawaban terbaik terhadap ocehan Roger.
"Aku tidak akan minum tanpa alasan, kau tahu itu. Roki memaksaku datang ke klub dengan dalih merayakan hari pernikahanku. Aku tidak bisa menolak."
Roger tiba - tiba berdecak seolah menganggap pernyataan Abihirt sekadar pembelaan diri. "Harusnya kau ke klub cukup dengan pesan segelas air mineral saja," ucap pria itu menambahkan.
Sebuah saran yang membuat Abihirt mendelik sanksi.
"Kau pikir aku anak bawang?"
Abihirt hanya terikat aturan. Tidak lebih. Namun, Roger akan selalu menganggapnya berbeda. Pria itu telah memiliki cara untuk mencari celah dengan mengajukan pertanyaan lainnya.
"Jadi sebenarnya kau datang ke klub untuk menunjukkan siapa yang lebih tahan dengan alkohol? Apa yang kau dapat jika menang?"
Tubuh seorang gadis muda. Tetapi semua itu murni kecelakaan. Salah Barbara yang tak ingin memperkenalkannya kepada Moreau jauh - jauh hari, dan tindakan Roki di luar kendali. Bajingan itu sudah terduga akan sangat puas menyimpan rekaman video ketika Abihirt membawa Moreau pergi menuju pintu keluar klub, kemudian akan mengancam dengan uang.
"Aku mendapat hiburan."
Hanya itu yang mampir di benaknya untuk diungkapkan. Sebelum Roger dapat mengatakan sesuatu lebih serius, Abihirt segera mengambil langkah meninggalkan ruang praktek pria tersebut. Sudah cukup mendengar wejangan tak berpinggir. Ada sisa pekerjaan yang perlu dikerjakan. Barbara mengatakan akan memintai sekretaris wanita itu untuk mengirim surat kontrak perjanjian.
Abihirt merogoh ponsel ketika berjalan ke arah parkiran mobil. Pesan singkat dari Barbara memancing keningnya untuk mengernyit.
[Maaf, Darling. Aku meninggalkan berkas kerja sama kita di kantor pribadiku di rumah. Tadi sudah kuhubungi Moreau untuk membawanya ke kantormu. Dia mungkin sudah dalam perjalanan. Apa kau ada di sana?]
Abihirt hanya menatap seluler genggamnya dengan sorot mata begitu dingin. Kebiasaan Barbara adalah sering kali terburu - buru dan berakhir seperti ini. Barangkali Moreau akan segera sampai. Dia perlu lebih cepat melakukan perjalanan ke kantor.
***
"Moreau?"
Panggilan dari suara dengan kesan familiar memberi Moreau indikasi bahwa sesuatu akan membuat perasaannya tidak nyaman. Dia membeku-berharap pemikiran tersebut tidak benar, berharap bukan itu yang akan terjadi sekarang, yang meninggalkan desakan hebat, dan Moreau perlu berjuang demi mengambil keputusan besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempted by Stepdad
RomansaBetapa Moreau terkejut mendapati pria itu ada di hari pernikahan ibunya sebagai mempelai laki-laki. Seseorang yang dia ketahui: baru saja terlibat ke dalam hubungan satu malam bersamanya di hotel mewah. Dia cukup menyesal ketika datang terlambat ke...