Tiba dihari keberangkatan 15 remaja menuju dewasa ini untuk pergi berlibur. Kini sebuah mobil travel dan satu mobil pick up sudah terparkir rapi siap untuk digunakan. Kedelapan remaja dan 3 lelaki dewasa disana mulai mengangkuti barang bawaan kedalam pick up tertutup, soalnya kata ayah Adhitama takut hujan atau bercecer tanpa sengaja ya pokoknya buat jaga jaga aja.
❝ Yah, ma, bang, adek sama temen-temen pergi dulu, doain kita selamat sampai tujuan yaa ❞ Lyvie jadi orang pembuka untuk berpamitan pada keluarganya, menyalimi ayah, mama, dan ketiga kakak laki-lakinya, diikuti serempak oleh keempat belas remaja disana.
❝ Hati-hati ya kalian, inget selalu buat jaga ucapan dan perilaku, jangan sembarangan! Kita gatau disana ada apa aja, berdoa selalu, saling menjaga satu sama lain, jangan egois, ingat kepulangan kalian sangat ditunggu oleh keluarga dirumah ❞ ucap ayah memberi nasehat kepada 15 remaja disana yang dibalas anggukan paham tanda mengerti dan memahami apa yang dikatakan oleh sang tertua disini saat ini.
❝ Dah dah gih naik kalian, ntar kelamaan malah kemaleman nyampenya, belum lagi macet noh jalan raya ❞ bukan niat Lingga mengusir, hanya saja makin lama yang ada dia tidak rela nanti melepas sang adik yang akan berlibur tanpa dirinya itu.
❝ Mora bagian samping pengemudi aja tuh biar ngga mabuk darat banget ❞ Julia angkat bicara, soalnya pernah saat study tour kalau tidak salah, Rosamora ini selalu mabuk darat parah kalo naik mobil gedean yang diisi banyak orang. Jadi, buat persiapan awal dia nyuruh mora duduk didepan aja.
❝ Yang lain merasa kurang bisa duduk dibelakang masuk duluan isi bangku depan biar ntar sisanya diisi yang ngga mabuk darat ❞ lanjutnya, sebagai yang tertua kedua diantara mereka, Julia hafal betul banyak dari mereka yang mabuk darat kalo naik mobil banyakan gini. Sering terjadi soalnya.
Setelah selesai menyalimi kedua orang tua lyvie dan ketiga kakaknya itu, Mora segera menempatkan diri diposisinya, diikuti oleh Yura, Rinjani, Naya, dan Jihan yang menyusul. Perjalanan liburan ini mereka ngga pakai jasa supir, sengaja soalnya mereka liburan 10 hari, pasti bakal banyak banget kegiatan yang mereka lakuin disana jadi kayanya lebih efisien kalo bawa sendiri aja pikir mereka.
Yoga, selaku pengusul liburan bersama ini mengusulkan diri pertama untuk mengemudikan mobil travel, lalu jika nanti merasa lelah bisa minta gantian sama Jeico dan Mahesa yang sengaja duduknya di taruh di dekat pintu supaya kalo gantian nyetir ngga perlu susah payah atur tempat duduk lagi.
Melihat teman-temannya sudah pada masuk kedalam mobil, Lyvie yang masih berada di pelukan sang ibu juga bergegas masuk kedalam mobil, tadinya begitu sebelum kini kembali ditahan oleh mamanya itu.
❝ Adek harus janji ya sama mama, inget kata-kata mama ayah, kabarin orang rumah selalu, jaga diri kamu sama temen-temen, ucapan sama tingkah laku juga dijaga, hormat selalu dimanapun kamu berada ya! Teru- ❞ ucapan sang ibu terputus kala Lyvie mencium cepat pipi mamanya itu, tersenyum manis menyakinkan bahwa ia akan mendengarkan dan menjalankan nasehat sang ibu.
❝ iyaa mamakuu sayangkuu, adek ngga bakal lupa, nanti adek kabarin terus deh tiap jam kalo perlu biar mama ngga khawatir gini ❞ keliatannya bercanda, padahal Lyvie benar akan melakukan itu seandainya mamanya ini memang sangat mengkhawatirkan dirinya dan teman-temannya.
Setelah kembali berpelukan dengan kelurga, Lyvie yang sudah tinggal sendiri diluar mengeratkan pegangannya pada backpack kecil tempat barang wajib tersimpan, segera masuk kedalam mobil yang sudah diisi oleh teman-temannya. Tak lupa tangannya melambai tanda salam perpisahan sementara dan bibirnya mengembang sempurna.
Tinn... Tin...
Klason mobil sudah berbunyi, mobil sudah bergerak keluar pagar kediaman Adhitama. Kelima anggota Adhitama menatap lurus kemobil itu dengan berbagai isi hati yang bergejolak. Semoga kalian selamat sampai tujuan dan kembali kepelukan keluarga masing-masing, Kami menunggu kepulangan kalian.
☆ ★ ✮ ★
Berbeda dengan suasana dikediaman Adhitama yang tak rela melepas kepergian sang bungsu. Suasana dimobil travel ini justru sangat bersuka ria. Sudah dua jam perjalanan mereka lalui, sudah banyak pula lagu yang mereka putar, sudah banyak suara yang mereka habiskan, dan juga banyak keringat yang mereka keluarkan. Hingga kini satu persatu dari mereka mulai terlelap sebab lelah.
Lyvie duduk di kursi solo tepat dibelakang Mahesa, tidak merasakan kantuk sama sekali. Dengan earphone yang tersumpal ditelinga kanan dan kirinya ia menatap keluar jendela, sesekali bersenandung pelan mengikuti irama yang didengarnya. Jujur saja dia sangat suka perasaan ini, perasaan saat dia menikmati alunan lagu-lagu favoritnya dengan menatap kearah jalan yang ia lalui sambil sesekali memejamkan mata sejenak.
Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama saat dirasa ada yang menyentuh pundaknya pelan. Ia menoleh mendapati Yiel yang kini sudah berdiri dihadapannya. Lyvie mencabut earphonennya dan membenarkan duduknya. Tatapannya terpaut pada Yiel seakan bertanya kenapa?.
❝ Mau tuker tempat duduk sama Edgar? Dia kayanya mulai mabuk darat tuh pucet banget mukanya ❞ mendengar perkataan Yiel, Lyvie menoleh kebelakang tempat dimana Edgar duduk, bener aja muka cowo itu udah pucet banget. Dia berdiri dari tempat duduknya mempersilahkan Edgar untuk berganti tempat duduk dengannya.
Yiel kembali duduk, guna mempermudah Edgar untuk berpindah tempat duduk. Waktu Edgar udah duduk, Lyvie ngasih air mineral botol dari dalem kotak- yang emang udah disiapin dari awal buat perjalanan. ❝ Minum dulu gar, biar agak enakan. Baru abis itu minum antimo ❞ Setelah memberi air minum untuk Edgar, Lyvie mendudukkan dirinya diantara Jeffrey yang tertidur dan Yiel.
Ia hampir saja memasang wajah kecewanya saat menikmati perjalanan yang ia sukai harus berakhir. Tapi diurungkan karena ingat pesan mamanya, tidak boleh egois, toh Edgar sudah mengalah untuknya selama dua jam perjalanan dengan duduk di kursi paling belakang agar dirinya bisa duduk di kursi yang ia tempati tadi padahal lelaki itu tidak biasa duduk dibelakang sehingga mabuk darat, gentleman, pikirnya.
Jadi, posisi tempat duduk mereka akhirnya jadi kaya gini :
❝ Tidur aja sa, ntar kalo ada apa apa gue bangunin ❞ Yiel menepuk pundak kanannya, mengarahkan kepala Lyvie untuk bersandar kepundaknya. Tentu dengan senang hati dituruti sang gadis, hingga tanpa sadar ia mulai terlelap dalam sandaran pundak Yiel.
Yiel pun turut ikut menyusul teman-temannya ke alam bawah sadar itu, membiarkan didepan sana Yoga yang mengemudikan mobil ditemani Mora yang terlihat bersemangat saat menceritakan tentang entah apa itu, mungkin saja Mora mencoba membantu Yoga agar tak merasa mengantuk saat mengemudikan mobil mereka.
TBC
ᝰ.ᐟtolong support aku dengan vote dan komen, aku tau kalian pasti bisa menghargai karya orang lain. big thanks for u guys 𖹭ֶָ̤̮֢⚘.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hear me Out | 97L
Teen FictionSemua dimulai sejak mereka merasa ada yang janggal pada perjalanan berlibur. ⊰. 97 Line ⊰. Fiksi Penggemar ⊰. Non Original Character ⊰. Content Warning: Harsh Words