Setelah ditenangi oleh teman-temannya, kondisi Jihan dan Yura sudah lebih baik dari sebelumnya, walaupun sesekali masih terdengar suara sesenggukan yang terdengar dari kedua gadis yang sedang mereka kerumuni ini.
❝ Jadi? Kalian berdua ini kenapa? ❞ dirasa temannya sudah tenang untuk bercerita, Rinjani yang ada dihadapan keduanya langsung bertanya. Jihan menatap Yura yang juga menatapnya. Paham akan kode mata Yura yang seakan menyuruhnya saja yang bercerita. Jihan menghela nafas dalam.
❝ T-tadi gue sama Y-yura kan bilang mau ke toilet yang kemarin itukan, terus pas di pertigaan sebelum toilet, gue sama yura tiba-tiba liat anak kecil lari ketakutan keluar dari belokan depan pertigaan, yaudah gue sama yura samperin buat liat ada apa kan- ❞ Jihan mengambil nafas dalam sebelum kembali berbicara.
❝ -pas masuk ke dalem belokan itu gue sama yura liat, liat- ❞ Julia yang berada di sebelah Jihan mengelus pelan punggung temannya itu berusaha menenangkan.
❝ a-ada perempuan yang badan sama bajunya ngeluarin darah lagi di cekik sama laki-laki, yura reflek teriak waktu itu trus dua orang itu liat ke arah kita dan kalian tau? M-mereka berdua senyum serem gitu kearah kita bedua. Logika aja kalo orang ada diposisi perempuan itu pasti nangis kesakitan atau ketakutan tapi ini senyum lebar banget jatuhnya jadi serem m-mana matanya melotot gitu. Ga pake lama g-gue tarik aja Yura buat balik ke tenda ❞ jelas Jihan meski sedikit sesegukan.
Mereka yang disana langsung kaget, bahkan beberapa sampe ada yang nutup mulutnya saking terkejutnya. Kok bisa?.
❝ Terus lo bedua ada dikejar atau gimana gitu ngga? ❞ sontak keduanya menggeleng serempak, membuat teman-temannya bernafas lega. Setidaknya kedua teman mereka ini masih selamat.
❝ Mau lapor pak lurah soal kejadian ini? ❞ tanya Winarta, yang langsung ditolak mentah-mentah oleh Edgar.
❝ Gabisa langsung main lapor win, kalo pun mau lapor kita harus bawa saksi atau minimal bukti. Kalian ada liat orang lain atau bukti ngga? ❞ kedua cewe itu kembali menggeleng. Tiba-tiba Yura teringat sesuatu.
❝ Anak kecil yang lari ketakutan tadi bisa jadi saksi ji ❞ ujarnya pada Jihan. Jihan mengerutkan dahinya seakan mencoba mengingat sesuatu.
❝ Oh inget, anak laki-laki rambut kriwil, di dahinya ada tahi lalat, kulitnya sawo mateng, kira-kira masih kelas 3 sd, tadi pake baju abu abu kalo ngga salah ❞ ucap Jihan yang berusaha mengingat ciri-ciri anak yang mereka lihat tadi.
❝ Yuk lah cari, mumpung masih jam segini pasti belum ganti baju, lagian kayaknya tu anak ga sekolah soalnya keliaran jam segini ❞ Mahesa sudah siap berdiri jika saja tidak tertahan ucapan dari Yoga.
❝ Kok ciri-ciri yang lo sebutin mirip salah satu anak di desa yang kemarin kita berhenti buat nanya jalan ji? ❞ Yoga mengerutkan alisnya bingung, ia jelas hafal perawakan yang baru saja dilihat kemarin.
❝ Tuhkan bukan gue aja yang ngerasa ciri-ciri yang disebutin Jihan mirip sama anak desa kemarin ❞ timpal Rosa tak mau kalah. Pasalnya ia ingat jelas, anak yang dideskripsiin sama Jihan sama persis dengan anak yang mereka lihat kemarin. Jihan dan Yura mengernyitkan dahi terheran.
❝ Hah? Kalian liatnya dimana? ❞ ini Rinjani yang bertanya, pasalnya kemarin ia tidak melihat anak yang ciri-cirinya sama kaya yang dibilang Jihan.
❝ Itu loh janii yang kemarin di tunjuk Jeico, kan ada tuh anak yang dibully sama sekelompok anak desa lainnya. Nah anak yang disebutin jihan tadi salah satu dari yang ngebully ❞ jelas Rosa yang diangguki semangat oleh Yoga. Makin bingunglah Rinjani denger penjelasan dari temannya itu.
❝ Mirip doang kali, gue gada liat anak kaya gitu diantara lima anak yang ngebully itu ❞ kekehnya. Rinjani sangat yakin apa yang dia lihat. Naya dan Mahesa menyetujui ucapan dari Rinjani, membuat Rosa langsung menatap mereka aneh.
❝ Kalian berdua liat anak itu juga pas berhenti di desa sebelah kemarin? ❞ tanya Edgar, yang dijawab gelengan oleh Jihan dan Yura.
❝ Apasih kok ngga liat? Jelas-jelas dia paling tengah diantara tujuh anak yang ngebully ❞
❝ Tunggu, jadi yang bener lima anak apa tujuh anak ❞
❝ Lima/Tujuh! ❞ ucap mereka serentak, membuat Edgar yang bertanya langsung bingung, yang bener yang mana? Soalnya kemarin dia ga sempet liat.
❝ Duh salah hitung kali lo jan, cuma lima anak yang ngebully. Gue ngga mungkin salah itung ❞ ujar Rosa memojokan. Rinjani yang tak terima langsung menyaut.
❝ Lo kalo ros yang salah liat. Jelas banget gue hitung waktu itu ada tujuh orang. Kalian tujuh juga kan? ❞ tanyanya pada Mahesa dan Naya yang dijawab anggukan dari keduanya. Yura dan Jihan tak mau ketinggalan ikut menyetujui ucapan Rinjani.
❝ Yoga, Jeko, Winar, Jeffrey, Jul, lo pada liatnya lima anak juga kan? ❞ kelima orang yang ditanya langsung ngangguk mengiyakan pertanyaan tannya itu.
❝ Jadi yang bener lima atau tujuh? Kalian liat berapa? ❞ tanya Edgar, lagi.
❝ Lima/Tujuh! ❞ jawab mereka serempak lagi terkecuali Edgar, Theo, Lyvie dan juga Yiel.
Edgar makin pusing, akhirnya di memutarkan badannya kearah temannya yang terlihat diam saja dengan raut wajah kebingungan.
❝ Kalian liat berapa orang? ❞ tanyanya sambil menunjuk ketiga temannya yang belum menjawab.
❝ Liat orang dimana? ❞ Edgar makin bingung mendengar penuturan dari temannya itu.
❝ Itu loh lipisaa yang kemarin lo nanya terus gue tunjuk ke arah anak yang lagi dibully ❞ Jeffrey jadi gemas dengan teman masa kecilnya itu. Yang diberi jawaban justru menatapnya bingung.
❝ Apaan sih yang lo tunjuk itu kemarin kan cuma lapangan rumput jepriii ❞
❝ Lah? Emang ada lapangan disitu? bukannya cuma ladang pohon pinang ❞ ujaran tiba-tiba dari Theo yang menimpali perkataan Lyvie membuat keempat belas temannya itu menoleh kearahnya dengan tatapan bingung.
❝ Makin ngawur malah gue nanyain kalian ❞ pusing Edgar. Niatnya mencari jawaban terbanyak menurut vote malah dibikin makin bingung sama jawaban yang berbeda dari perkataan kedua temannya.
❝ El, lo liat apa? ❞ tiba-tiba Jeffrey bertanya pada Yiel yang berada di sebrangnya. Yiel yang ditatap menghela nafas pelan sebelum menjawab pertanyaan teman yang besar bersama dengannya itu.
❝ Gue gada liat apa-apa kemarin, kan gue tidur ❞ ucapannya itu justru memberi tanda tanya pada cowo berdimple itu. Jeffrey ga salah liat kok, waktu noleh ke Lyvie yang nepuk pundaknya saat itu, dia liat cowo yang jadi teman main semasa kecilnya itu juga sedang melihat apa yang mereka lihat.
Winarta yang berada disebelah Jeffrey juga menatap aneh pemuda itu. Winarta tau cowo itu berbohong, orang dia sempat menggeser sedikit badan temannya itu agar bisa melihat apa yang sedang ditunjuk oleh Jeico saat itu.
Lain dengan Jeffrey dan Winarta, Lyvie justru menatapnya seolah menuntut jawaban. Dapat gadis itu liat disampingnya, cowo itu mengedikkan bahu tak acuh sebagai jawaban. Otaknya reflek langsung berfikir cepat tentang semua pernyataan yang diucapkan teman-temannya.
TBC
ᝰ.ᐟtolong support aku dengan vote dan komen, aku tau kalian pasti tau cara ngehargain karya orang lain. big thanks for u guys 𖹭ֶָ̤̮֢⚘.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hear me Out | 97L
Teen FictionSemua dimulai sejak mereka merasa ada yang janggal pada perjalanan berlibur. ⊰. 97 Line ⊰. Fiksi Penggemar ⊰. Non Original Character ⊰. Content Warning: Harsh Words