Byurr..
❝ LIPISA/NAYA!!! ❞
Jgurr..
Tanpa pikir panjang Jeffrey melompat masuk ke sungai, mendekati gadis yang tampak panik di dalam air itu. Tangannya mencoba meraih tangan yang bergerak panik tak beraturan. Gerakan dari sang gadis dan arus air yang cukup deras membuat Jeffrey sedikit kesulitan.
Dari atas Yoga menatap gadis di depannya ini dengan pandangan kecewa.
❝ Lo apa-apaan sih Nay??!! Lo kan tau Lipisa trauma berenang, tolol tau ga kelakuan lo ❞ emosi Yoga, matanya sudah merah, tangannya mengepal erat. Jika Naya adalah seorang pria mungkin ia sudah melayangkan pukulan untuknya.
❝ Ups, ga sengaja yog. Lagian lemah banget tu anak didorong dikit doang jatuh wkwk ❞ alibi gadis itu.
Mendengar ucapan yang keluar dari mulut Naya benar-benar membuat otaknya mendidih. Tangannya sudah terangkat, siap untuk setidaknya menampar sekali mulut gadis didepannya ini.
Hampir saja tangannya menyentuh kulit Naya, suara panik Jeffrey sudah mengalihkan fokus Yoga. Matanya mendapati Lyvie sudah terkulai lemas dalam pelukan Jeffrey yang basah kuyup.
Tangannya dengan cepat mengambil semua barang yang tersisa dan mengikuti Jeffery yang sudah lebih dulu berjalan mendahuluinya.
❝ Tunggu lo di tenda ❞ geramnya pada gadis yang kini tersenyum miring, sebelum akhirnya menyusul kedua temannya yang lain.
☆ ★ ✮ ★
❝Lah? Itu Jani kenapa lari sambil gandeng Yura ma Edgar yo ❞ Theo yang mendengar ikut melihat ke arah yang di tuju Julia.
❝ Saking lapernya kali makanya pengen cepet-capet balik ❞ jawab Theo seadanya, gatau dia mau jawab apalagi.❝ Lah iya, makan apa kita siang ini? Sisa makanan yang dibawain ortu kan udah dihabisin tadi pagi ❞
❝ Emang ga ada sisa makanan sedikitpun lagi jul? ❞
❝ Ada sih, tapi ya gitu ciki-ciki sama paling ada beberapa mie cup. Eh- eh lo pada kenapa ❞ panik Julia saat melihat ketiga temannya nyusruk di depan mereka.
Theo membantu Yura dan Edgar untuk berdiri agar tidak menimpa Jani yang tadi menggandeng mereka berdua. Julia dengan sigap membantu Jani yang sudah ngos ngosan. Ya gimana engga, udah lari, eh pas nyampe malah nyusruk, mana ketimpa dua bagong.
Rinjani mengatur nafasnya terlebih dahulu, tengannya mengelap keringat yang ada di dahinya. Matanya memicing menyelidik ke segala penjuru arah. Masih sama seperti saat mereka pergi tadi.
❝ Lo kenapa sih jan?! ❞ kesal Yura, capek dia diajak lari larian kaya tadi.
❝ Emang kalian ga ngerasa ada yang aneh? After everything? ❞ tanya Rinjani ragu-ragu. Keempatnya sontak menatap aneh pada gadis itu.
❝ Aneh gimana? ❞
❝ Coba kalian ringkas semua kejadian yang kita alami semenjak jauh dari kota, i mean mungkin sejak kita beda pendapat tentang anak yang di bully? ❞ jawaban menggantung yang diberikan justru menambah keheranan bagi keempat orang itu.
❝ Si anjir malah bertele-tele, to the point, please ❞ Yura, gadis yang barusan berbicara kelihatan gregetan dengan Rinjani.
Rinjani memutar matanya malas, dasar ga peka, batinnya.
❝ Maksud gue tuh- ❞ baru akan menjelaskan, Julia tiba-tiba menyela.
❝ Lah-lah ini kenapa lagi, kok lari-larian kaya si Jani tadi ❞ tanya kepada tim Mora yang baru saja sampai ke tenda disusul kepulangan tim Jihan juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hear me Out | 97L
Teen FictionSemua dimulai sejak mereka merasa ada yang janggal pada perjalanan berlibur. ⊰. 97 Line ⊰. Fiksi Penggemar ⊰. Non Original Character ⊰. Content Warning: Harsh Words