Taerae dan Pemuda Asing Tinggi

190 16 1
                                    

attention. sebelumnya aku udah kasih warning tentang isi cerita ini di deskripsi. aku mau kasih tau lagi kalau cerita ini mengandung beberapa adegan disturbing, violence, bullying, suicide. read at your own risk, guys.

happy reading!

• • •

Taerae menghela nafas. Masa liburannya sudah berakhir sejak seminggu kemarin, dan kini ia harus kembali pada masa-masa monotonnya lagi, bangun pagi, berangkat sekolah, pulang sore, pergi les, tidur. Kapan waktu mainnya? Taerae juga mempertanyakan itu.

Saat ini pelajaran sejarah sedang berlangsung, Taerae sangat ingin menaruh kepalanya di meja, karena demi apa pun rasa kantuknya sudah bukan main. Tapi mengingat Pak Wek ini suka tiba-tiba menembak pertanyaan, Taerae jadi mengurungkan niatnya. Ia tidak ingin gelapan tidak bisa menjawab pertanyaan, karena habis itu pasti diberi kata-kata busuk andalan beliau.

"Cuci muka sana, kalo kayak gitu terus malah ketauan ngantuknya," ucap Matthew teman sebangkunya dengan nada sepelan mungkin.

Taerae menggeleng, "gak mau, nanti kena angin malah makin ngantuk," balasnya sambil bersusah payah menahan diri untuk tidak menguap.

Kurang dari sepuluh menit lagi jam pelajaran habis, kemudian bel istirahat pun berbunyi nyaring. Walaupun setelah istirahat pelajaran ini masih disambung, setidaknya ada waktu tiga puluh menit untuk Taerae mengisi kembali energinya sebelum kembali bertempur dengan pelajaran yang paling ia hindari.

Dan setelah tujuh menit berakhir, bel istirahat berbunyi. Taerae langsung menjatuhkan kepalanya ke meja begitu Pak Wek meninggalkan ruang kelas.

"Kamu mau ikut ke kantin apa mau tidur?" tanya Matthew sembari merapikan buku dan alat tulisnya.

"Mau ke kantin, tapi aku ngantuk banget.."

Bukan hanya Taerae saja yang  selalu mendapat kantuk berat setiap mata pelajaran ini, beberapa teman sekelasnya pun sama, bahkan Matthew juga. Tapi pemuda Kanada itu dikalahkan dengan rasa lapar, jadi perlahan kantuknya pun menghilang.

"Ayo cepet bangun kalo mau ikut."

"Iya, iya."

Kehidupan sekolah Taerae tidak ada yang menarik, walaupun Taerae termasuk jajaran siswa berprestasi, tapi Taerae tidak begitu pandai dalam bergaul. Jadi temannya hanya Matthew, Hao, dan Yujin saja.

Yujin itu anak kelas sepuluh, Taerae bisa berteman dengan bocah itu karena Matthew. Pemuda kelahiran Mei itu bilang, selain lucu, Yujin ini penggosip handal. Walaupun baru kelas sepuluh, Matthew tampak kagum dengan kumpulan gosip panas yang Yujin ketahui.

Jadi, waktu mereka berdua sedang menuju toilet untuk berganti pakaian olahraga, Matthew tiba-tiba mencegat bocah enam belas tahun yang baru saja keluar dari salah satu bilik toilet kemudian berkata, "aku dengar kamu pinter cari gosip. Mau temenan sama kami, gak?"

Taerae angkat tangan saat itu.

Sedangkan Hao, Taerae bisa berteman dengan kakak kelas itu karena mereka satu ekstrakurikuler. Musik.

Tapi ada satu hal yang tiba-tiba menarik perhatian taerae setelah ia menyeruput jus jeruk milik matthew tanpa izin.

"Asem banget!" pekiknya.

"Lagian kenapa kamu minum?" Matthew buru-buru memberikan air putih milik Yujin pada teman sebangkunya itu.

"Kak?" protes Yujin. Masalahnya hari ini Yujin terlanjur memasuki banyak bubuk cabai ke makan siangnya karena kepalanya terasa sangat pusing dari sehabis pelajaran olahraga.

Hao tertawa kecil melihat ekspresi Yujin yang tidak terima sambil menahan pedas. "Gak papa, nanti aku beliin yang baru," ucapnya sambil mengusap pundak pemuda lebih muda dua tahun darinya.

"Oh! Hehe.. maaf, ya, kecil. Aku agak panik tadi, soalnya Taerae gak suka banget sama yang asem-asem. Nanti aku ganti."

Yujin mengangguk, kemudian terdengar bisik-bisik dari sekitar mereka. Taerae pikir mereka berempat lah yang menjadi topik pembicaraan, tapi ternyata bukan.

"Eh, babu! Cepetan dikit, kek, jalannya!" Seorang pemuda yang duduk di pojok kantin yang berteriak, memanggil pemuda tinggi— yang menarik perhatian taerae, yang baru saja memasuki kantin.

Setelahnya hampir seisi kantin tertawa, ada juga yang apatis, memilih untuk tidak ikut terlibat.

Taerae tidak pernah ada di situasi seperti ini, melihat seseorang dibully. Lingkungan sekitar Taerae itu walaupun isinya persaingan tapi tidak pernah ada penindasan. Jadi ia sangat bingung dihadapkan situasi seperti ini untuk pertama kalinya.

"Itu kenapa?"

"Biarin aja, gak usah ikut campur."

Sudah dibilang kalau Taerae itu kurang pandai bergaul. Ditambah dengan kegiatannya yang padat, Taerae tidak memiliki waktu untuk mendengarkan gosip walaupun ada dua temannya yang gossip hunter.

"Kok dibiarin? Itu dia dibully, kan?" Taerae agak kurang suka kalau Matthew bersikap apatis terhadap korban penindasan.

"Kak, jangan langsung ngerasa kasian. Kabarnya waktu itu ada juga yang bantuin dia pas masih kelas sepuluh, tapi malah ikutan jadi sasaran bully mereka, anaknya sampe gak tahan terus pindah sekolah," ucap Yujin.

"Aku cuma gak mau kamu jadi korban juga," sambung Matthew.

Hari-hari Taerae itu hanya diisi dengan materi dan soal latihan. Banyak memberi prestasi pada sekolah membuat Taerae banyak dikenal siswa dan siswi, tapi tidak membuat Taerae banyak mengenal banyak orang di sekolah ini, termasuk si pemuda tinggi itu.

"Sebentar, dia udah dari kelas sepuluh dibully? kenapa?" tanya Taerae dengan ekspresi tidak percaya. Punya salah apa si pemuda tinggi sampai-sampai harus diperlakukan tidak menyenangkan seperti itu.

Matthew menyeruput tandas jus jeruknya, kemudian menjawab, "dari kabarnya, sih, gara-gara Gunwook ini gay.."

Yujin memukul-mukul pelan meja, "katanya.. ada yang pernah denger, ini tuh gara-gara Kak Gunwook penerima beasiswa. Gak masuk akal, kan? Mungkin karena rata-rata murid disini kalangan menengah ke atas semua, jadi pas ada yang kurang mampu, langsung jadi bahan bully gitu. We never know.."

Taerae sakit kepala mendengarnya.

Dua tahun menempuh pendidikan di sini, baru kali ini Taerae melihat adegan penindasan dengan mata kepalanya sendiri.

Taerae sangat benci melihatnya.

"Jangan ikut campur."

Bahkan Hao pun ikut mengantisipasinya. Apa separah itu konsekuensi yang akan diterimanya jika dirinya melangkahkan kakinya menuju pojok kantin sana?

my lover is sleeping, gunrae.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang