Taerae dan Berita Kejutan Jeonghyeon

94 9 0
                                    

attention. it's just fictional story, karakter yang ada di sini semua cuma keperluan cerita. jadi jangan sangkut-pautin sama kehidupan asli tokoh.

cw // violence, bullying, profanities, harsword.

• • •

Betapa terkejutnya Taerae dan Matthew saat melihat Jeonghyeon memukul perut Gunwook dengan sangat kencang hingga pemuda tinggi itu jatuh tersungkur dan terbatuk.

Pemuda yang memiliki tahi lalat di bawah mata sebelah kiri itu tertawa senang saat melihat korbannya tergeletak tidak berdaya. Belum merasa puas, Jeonghyeon menginjak kepala Gunwook dengan kakinya.

“Lo, tuh— oh!” Kepalanya dimiringkan, senyumnya melebar. Pemuda September itu berjongkok, lalu tangannya menarik kasar rambut Gunwook, memaksa mengarahkan pandangan pemuda tinggi itu pada Taerae dan Matthew yang baru datang. “Liat, pahlawan lo udah dateng, tuh.”

“Taerae, sini!” panggilnya.

Taerae yang mendengar namanya dipanggil langsung menoleh ke Matthew, ada sedikit rasa takut untuk menghampiri karena Junhyeon juga ada di sana.

Jeonghyeon yang melihat Taerae tidak merespon ucapannya dengan segera menarik kerah belakang Gunwook, memaksanya untuk berdiri setelah Junhyeon menendang kakinya kencang.

Bugh!

“Lo tuli? Mau lo yang jalan sendiri kesini apa perlu gue tarik? Oh, atau lo cuma mau liatin temen lo ini gue pukulin?” Sengaja Jeonghyeon menekan kata teman itu.

Dengan langkah gemetar Taerae menghampiri, diikuti Matthew di belakangnya.

“Kalian gak mau saling sapa? Kan kemarin akrab banget ngobrolnya gue liat-liat.”

“Jangan berlebihan, Jeong, takutnya nanti lo dilaporin ke konseling,” ucap Junhyeon dengan nada sedikit meledek saat melihat Jeonghyeon akan memukul Gunwook lagi.

Jeonghyeon menghentikan gerakannya, “ternyata lo yang ngadu ke konseling?” Jeonghyeon mendekatkan dirinya pada Taerae, membuat si Juli itu semakin bergeser pada teman Kanadanya.

“Bukan.”

“Mana ada maling ngaku, Kim Taerae.” Tangan Jeonghyeon menepuk-nepuk kepala Taerae. Ada perasaan senang melihat ekspresi ketakutan dari wajah Taerae.

Gunwook bangkit dari duduknya. “Bukan dia.” Dengan susah payah Gunwook berbicara sambil menahan rasa sakit di seluruh tubuhnya.

“Lo bisa ngomong?” ledek Junhyeon. “Kalo bukan dia terus siapa? Elo, ya?”

“Iya. Emang gue yang laporin lo ke konseling, bukan dia,” ucapnya tegas.

Ini pertama kalinya Taerae mendengar Gunwook bicara dengan nada marah.

Suara tepuk tangan mengalihkan perhatian mereka, kini semuanya menatap Jeonghyeon yang tersenyum senang.

“Kenapa segitunya lo belain dia? Kalian beneran temenan, ya? Apa pacaran?” katanya sambil tertawa.

“Ternyata lo juga homo, ya, Taerae?”

Terdengar bisik-bisik disekitar mereka, yang awalnya hanya ada beberapa murid yang mengintip penasaran, kini banyak yang terang-terangan menonton mereka, bahkan sekarang dengan berani membicarakannya.

“Terus lo mau apa?” Matthew muak dengan situasi ini.

Matthew sudah mengetahui kalau temannya ini dekat dengan seseorang yang sudah berapa kali ia larang untuk didekati. Park Gunwook. Kemarin saat mencari Taerae yang kabur dari kantin karena Junhyeon penyebabnya, Matthew menemukan temannya itu sedang menangis dengan Gunwook yang memeluknya. Pintu atap tidak tertutup dengan rapat saat itu.

Ini yang Matthew takuti.

Matthew bukan tanpa alasan melarang Taerae dekat dengan Gunwook, Matthew tidak membatasi pergaulan Taerae, memang Matthew siapa? Tapi untuk Park Gunwook ini, kalau bisa Matthew bersujud memohon pada teman kecilnya untuk tidak membuat interaksi sekecil apa pun dengan pemuda tinggi itu.

Tapi nasi sudah menjadi bubur.

“Wow! Lo gak jijik sama temen lo yang homo itu? Apa behaviour orang pinter sama semua? Lo temenan sama dia karena sama, ya? Jangan-jangan udah pernah tidur bareng.. Gimana, sepongannya enak, gak?”

Tanpa memperdulikan Taerae yang menahan ujung seragamnya supaya tidak terpancing emosi, Matthew melayangkan satu pukulan yang begitu kencang pada wajah Jeonghyeon. Emosinya benar-benar berada di puncak begitu mendengar kata-kata Jeonghyeon yang merendahkan dirinya dan Taerae.

“Tau apa lo, brengsek? Kelakuan lo, tuh, lebih menjijikkan dari homo sialan yang barusan lo bilang, bangsat!” Matthew tidak henti melayang pukulannya pada Jeonghyeon.

“Matthew, Matt!” Kewalahan Taerae menghentikan Matthew yang membabi-buta memukuli Jeonghyeon.

Maniknya mengitar, mencari seseorang yang ia kenal diantara banyaknya orang yang mengerubungi. “Kak Hao!”

Bugh!

Seperti pada hari pertama di pertemuan keduanya dengan Gunwook. Kini didapatnya Gunwook yang tersungkur lagi di hadapannya. Mulut pemuda tinggi itu tidak berhenti meringis kesakitan karena Junhyeon baru saja memukulnya dengan balok kayu.

Balok kayu itu dilempar dan kedua tangannya diangkat. “Gue gak bermaksud, tujuan gue bukan dia,” sanggahnya ketika melihat Taerae hampir menangis.

“Jadi maksudnya lo bakal mukul Matthew?!”

Taerae mengabaikan keadaan chaos di depannya, fokusnya hanya pada pemuda yang mengambil perhatiannya selama tiga hari belakangan ini. Taerae langsung berjongkok begitu melihat Gunwook yang terbatuk sampai mengeluarkan darah, tangannya ingin memapah si tinggi untuk berdiri tapi Gunwook menepisnya.

“Pergi, jangan ikut campur lagi,” ucapnya pelan.

Air mata si Juli menetes. Beda dengan kemarin, kali ini Gunwook tidak mendekapnya, kali ini Gunwook tidak mengusap air matanya, kali ini Gunwook tidak menenangkannya. Kali ini hanya ada Gunwook yang mengabaikannya, berusaha untuk bangkit sendiri, penampilan yang begitu kacau.

“Gunwook..”

Kepala Taerae sakit. Tidak adakah seseorang yang ingin melaporkan semua ini agar ada guru yang memergoki kelakuan mereka?

my lover is sleeping, gunrae.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang