Taerae dan Tuduhan Junhyeon

98 11 2
                                    

Hari ini Taerae merasa sangat lelah. Menghabiskan waktu keliling kota bersama Gunwook kemarin ternyata lebih menguras energinya, karena Taerae tidak pernah melakukan kegiatan langsung  bermain sehabis pulang sekolah seperti yang mereka lakukan kemarin, pergi les lebih baik menurutnya. Tetapi Taerae senang menghabiskan waktu bersama Gunwook, si pemuda tinggi itu banyak tersenyum dan Taerae menyadari kalau Gunwook cukup tampan.

Keduanya banyak mengunjungi tempat yang tidak begitu banyak orang di sana, Gunwook yang merekomendasikan. Dan kunjungan terakhir keduanya berakhir di salah satu street food terkenal di tengah kota.

“Lemes banget, sih.” Matthew dengan sengaja menyenggol pundak Taerae, membuat si Juli itu langsung terhuyung ke samping. “Rae!” Dengan sigap, Matthew langsung menangkap tangan teman kecilnya itu.

“Kamu sakit?” tanya Matthew kemudian didapatnya gelengan kepala dari Taerae.

“Kurang tidur aja.”

Sekarang kelas Taerae, 11-2, akan belajar di luar. Lumayan membuat Taerae tidak begitu merasa mengantuk, menghirup udara di luar memberikannya sedikit energi.

“Di bawah pohon itu aja.” Matthew menunjuk satu pohon besar yang mampu menutupi mereka dari terik matahari.

“Nyaman banget..” Kepalanya tidak lagi terkena sinar matahari, ditambah semilir angin sejuk membuat Taerae lebih ingin tidur dibanding mengerjakan tugasnya.

“Jangan tidurrr!” Matthew mengguncang tubuh kecil Taerae ketika ia lihat temannya itu memejamkan mata.

“Haha, iya, iyaaa..”

Tiga puluh menit berlalu, bel pergantian mata pelajaran berbunyi. Tapi untuk mata pelajaran kelasnya kali ini berlangsung empat jam, masih ada tiga puluh menit lagi kemudian jam istirahat tiba.

Ada kelas sebelah yang turun ke lapangan, jadwal pelajaran olahraga. Taerae teralihkan perhatiannya pada pemuda tinggi yang jalan paling terakhir. Park Gunwook.

Ternyata Taerae benar-benar tidak begitu menaruh perhatian pada lingkungan sekitarnya, baru menyadari Park Gunwook itu salah satu murid dari kelas 11-3.

“Sebenarnya aku kagum, Gunwook itu proporsi badannya bagus banget, aku pernah gak sengaja nabrak dia. Kamu tau, badannya itu keras banget.” Taerae mendengarkan Matthew sembari memperhatikan pemuda yang mereka jadikan bahan pembicaraan di ujung sana.

“Tapi aku gak ngerti, padahal dia bisa aja ngelawan, para penindasnya itu bahkan gak lebih besar dari dia. Apa karena dia gak bisa bela diri?” lanjutnya.

Gunwook bisa. Taerae juga baru tahu kemarin kalau ternyata Gunwook bisa bela diri. Taerae pun sama seperti Matthew, merasa bingung mengapa pemuda itu tidak melawan?

“Mungkin..”

Gunwook ketika berada di sekolah sangat berbeda dengan Gunwook yang mengelilingi kota bersamanya kemarin. Tidak ada senyum di wajahnya saat ini, sedangkan kemarin, Gunwook bahkan tertawa lepas padanya.

“Berhenti liatin dia, nanti muncul rumor kamu naksir, loh.”

Oh, apa selama itu Taerae menatap Gunwook?

“Aku dapet dari Yujin kalo Junhyeon dilaporin ke konseling gara-gara terlalu berlebihan nindas Gunwook kemarin. Aku gak begitu tau dia ngapain aja sama Gunwook, tapi katanya kejadiannya di kamar mandi pas habis istirahat. Aku ingat kamu kemarin kesana buat cuci muka, kamu beneran di sana?”

Taerae mengangguk, “iya, aku langsung pergi soalnya aku takut sama Junhyeon.”

Matthew tertawa geli, “apa yang kamu takutin dari Junhyeon? Sekali gertak aja dia langsung mundur tau, Rae.”

“Dia nyebut nama aku pake senyum yang sumpah demi Tuhan itu serem banget, kayak gini, ‘Kim Taerae?’ aku langsung merinding. Ekspresi mukanya itu bisa bikin aku gemetaran. Dan aku, tuh, gak bisa ngegertak kayak kamu, Mashu.”

“Kasih aja dia kata-kata jahat yang sering keluar dari mulut kamu itu.”

“Gimana kalo nanti dia marah terus aku ikut ditindas kayak Gunwook kemarin?”

“Kamu liat dia lagi nindas Gunwook?”

“Bahkan kejadiannya di depan mata aku.”

“Kamu yang laporin Junhyeon juga?”

Kringgg!

“Bagi yang sudah selesai bisa langsung kumpulkan ke depan, jika belum silahkan lanjutkan di kelas dan kumpulkan di meja saya saat pulang sekolah nanti.”

“Aku belum selesai, kamu udah?” Taerae menatap buku Matthew yang sudah ditutup.

“Nih.”

Thank you, bro.”

Keduanya kemudian beranjak, sebelum melangkahkan kakinya, Taerae menyempatkan menengok ke arah lapangan. Kemudian tersenyum ketika mendapati Gunwook sedang menatap ke arahnya.

“Siapa yang pilih duduk di sini, sih? Ini terlalu di tengah tau,” protes Matthew saat melihat Yujin dan Hao sudah menempati satu meja di kantin.

“Yujin.”

Taerae dan Hao hanya tertawa mendengar Matthew protes ke Yujin. Duduk terlalu di tengah seperti ini membuatnya harus berjalan lebih jauh menuju tempat para pedagang.

Belum ada yang memutuskan untuk memesan makan, keempatnya masih menunggu antrian hingga lumayan sepi.

Brak!

Tiba-tiba meja digebrak. Kali ini bukan Gunwook si pemuda tinggi yang menjadi pusat perhatian, tapi Taerae si pemuda kecil lah yang dipusatkan perhatian orang-orang.

Kerah bajunya ditarik, membuatnya harus berdiri di hadapan Junhyeon.

“Punya masalah apa lo sama dia, hah?” Hao mendorong Junhyeon menjauh dari Taerae, kemudian ia tarik Taerae untuk berdiri di belakangnya. Perbandingan besar tubuh Taerae dan Junhyeon bisa dibilang lumayan jauh, Hao takut Taerae-nya itu langsung jatuh bahkan ketika Junhyeon hanya mendorongnya pelan.

“Gue gak punya urusan sama lo, gue cuma mau ngomong sama si anak paling pinter ini.” Tangan Junhyeon menarik kasar pergelangan tangan Taerae dari belakang tubuh Hao.

“A-aw..” Taerae meringis pelan.

“Jangan kasar bisa?” Matthew tidak pernah memperlakukan Taerae kasar, mencubitnya saja ia tidak pernah, walaupun orangtua Taerae sendiri beberapa kali bersikap kasar pada anaknya.

“Kenapa dilindungin segitunya kayak cewek, deh? Gue cuma mau tanya, lo yang laporin gue ke konseling, kan? Secara cuma ada lo kemarin.”

“Enggak.”

“Jawab yang bener, bangsat!”

“Aku nggak.”

“Kim Taerae—

“Dia bilang enggak, lo gak ngerti bahasa manusia, ya?”

Atensi semua orang tertuju pada meja tengah milik Taerae dan teman-temannya. Pemandangan yang sangat jarang mereka lihat, Taerae si anak berprestasi itu berinteraksi selain dengan teman-temannya. Tapi itu bukan interaksi yang baik.

Termasuk Gunwook. Ia melihat semua itu, kemudian langkahnya kembali dibawa untuk meninggalkan kantin.

my lover is sleeping, gunrae.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang