Taerae dan Pertemuan Tiga Kali Berturut-turut

116 11 5
                                    

Ternyata mengisi kembali energinya untuk pelajaran sejarah ini selama tiga puluh menit masih kurang bagi Taerae. Entah energinya yang mudah terserap penghuni kelas atau Pak Wek yang membawa energi negatif baginya. Taerae yakin alasan kuatnya adalah opsi yang kedua.

"Cuci muka sana.." Matthew takut sekali kalau tiba-tiba Pak Wek menyebut namanya dan bertanya mengapa Taerae tertidur saat jam pelajarannya sedang berlangsung dengan ekspresi wajah yang tidak bersahabat.

Alis tertekuk, mata memicing dan tidak lupa spidol di tangannya diarahkan untuk menunjuk targetnya.

Taerae akan terlelap jika Matthew tidak menyenggol kakinya kencang. Akibat makan nasi dan sup hangat di jam istirahat tadi membuat Taerae jadi mengantuk.

"Pak, saya izin ke toilet." Setelah Taerae meninggalkan kelas, Matthew bernafas lega.

Taerae semakin yakin kalau Pak Wek ini membawa energi negatif di sekitarnya. Buktinya, saat ia keluar kelas rasa kantuknya hilang entah kemana. Kalau seperti ini terus, Taerae tidak bisa menemukan solusi supaya tidak mengantuk saat pelajaran sejarah. Karena sumbernya ada pada gurunya itu.

Kalau guru pengajarnya ganti, baru masalahnya langsung terselesaikan.

Taerae tetap memutuskan untuk cuci muka seperti perintah Matthew. Saat akan memasuki toilet, tiba-tiba pintu terbuka dan seseorang tersungkur di hadapannya.

Dirinya benar-benar terkejut.

"Kim Taerae?" Terlebih salah satu dari mereka menyebut namanya lengkap dengan seringai nakal menghiasi wajahnya.

Taerae mengenalnya. Pemuda ini sering menjadi bahan gosip Yujin dan Matthew karena hampir setiap hari ada saja tingkah lakunya. Kum Junhyeon.

Dan yang tersungkur di hadapannya ini, Gunwook?

"Wow, kita kepergok sama siswa pinter, nih. Heh, bangun." Kakinya menendang punggung Gunwook. "Lo sengaja cari perhatian sama dia, kan, homo?"

Junhyeon semakin melebarkan senyumnya saat Taerae menatapnya. "Kenapa? Kasian?"

Taerae tidak menjawab, ia arahkan pandangannya pada pemuda yang berada tepat di depan kakinya. Kemudian melangkahkan kakinya menjauh dari toilet, tidak jadi cuci muka seperti perintah Matthew. Persetan kantuknya akan datang lagi, Taerae takut tidak bisa menahan dirinya untuk membantu Gunwook.

💤

Karena sekarang itu hari Rabu, jadi Taerae mendapatkan jadwal piketnya hari ini.

Pada pukul empat tepat ia baru selesai. Matthew sudah pulang duluan, Taerae bilang tidak apa-apa untuk meninggalkannya disini karena si pemuda Kanada itu mendadak ada urusan di rumahnya. Biasanya mereka saling tunggu bahkan ketika salah satu dari mereka memiliki jadwal piket.

"Yang bener, bego! Begitu doang gak becus, lo."

Taerae menjadi yang terakhir di kelas, teman sekelasnya meminta dirinya yang mengunci pintu dan memberikan kuncinya pada penjaga sekolah. Baru satu langkah menjauh dari kelasnya, taerae mendengar suara gaduh dari kelas sebelah. 11-3.

"Tolol, lo! Bisa apa sih lo selain nge-homo, hah?!" Taerae bukan tipe orang pemberani karena dirinya tidak pandai bela diri. Tapi, entah kenapa hari ini ia begitu berani melangkah ke depan kelas 11-3 itu, hanya berdiam diri menatap orang-orang yang ada di dalam sana tanpa berkata apa pun.

Berbekal sapu dan seroknya, jaga-jaga semisal salah satu dari mereka mengajak bertarung.

"Anjing, masih ada orang ternyata." Yang memiliki tahi lalat di bawah mata sebelah kiri yang berbicara, Taerae tidak kenal. "Gak seru, ah, kalo masih ada orang. Cabut aja, bro," lanjutnya.

Tiga dari empat orang di sana kemudian meninggalkan ruang kelas dari pintu belakang, menyisakan satu orang yang masih terdiam menunduk di kursinya.

Taerae memajukan langkahnya, menghampiri si pemuda yang ia tebak namanya Gunwook.

Sapu dan seroknya Taerae letakkan di dekat pintu, tangannya menepuk pelan bahu lebar itu. "kamu, oke?" tanyanya.

Yang ditanya hanya mengangguk, ekspresinya masih datar.

"Gak pulang?" tanyanya lagi.

Gunwook melirik ke arahnya. Demi Tuhan, Taerae bisa melihat dengan jelas sorot matanya yang begitu sedih, air mukanya tampak begitu lelah. Taerae menangkup wajah Gunwook yang banyak lebam dan luka itu dengan kedua tangan kecilnya ketika air mata pemuda di hadapannya ini dengan lancang menetes.

Padahal Taerae tidak pernah bertemu dengan si pemuda tinggi selama ini. Tapi hari ini, Taerae sudah tiga kali bertemu Gunwook dengan situasi yang sama. Ditindas.

Sore itu, di ruang kelas 11-3, hanya terdapat Gunwook yang menangis dengan Taerae mendekapnya. Ruang kelas yang sebelumnya diisi dengan caci maki dan umpatan, kini hanya terdengar isak tangis seorang pemuda yang begitu pilu.

Keduanya berakhir di halte bus. Setelah Gunwook menyudahi tangisnya, Taerae meminta pada Gunwook untuk diantar ke ruang guru untuk menaruh alat kebersihan milik kelasnya. Kemudian ia juga meminta Gunwook untuk mengantarnya lagi ke posko penjaga sekolah untuk memberikan kunci kelas.

"Oh, iya, kenalin aku Kim Taerae." Tangan kecilnya disodorkan, bermaksud untuk mengajak berkenalan.

Gunwook menerima jabat tangannya, tangan besar itu terlihat seakan melahap habis tangan kecil Taerae. "Park Gunwook," jawabnya.

Ternyata benar dia yang namanya Gunwook.

"Eum.. sibuk, gak? Mau ikut jalan-jalan?" Taerae sebenarnya ada jadwal les hari ini, ia juga spontan memberikan ajakan itu pada Gunwook. Tapi siapa sangka kalau Gunwook mengiyakan ajakannya?

Tidak apa-apa, deh, Taerae juga tidak pernah bermain sehabis pulang sekolah. Pikirnya, sekali-kali bolos tidak apa-apa. Jadi, ketika bus datang, keduanya langsung beranjak.

Ada satu hal yang Taerae lupakan. Beberapa kalimat teman-temannya di kantin siang hari tadi, yang berkata untuk tidak ikut berurusan dalam hal ini. Taerae benar-benar lupa.

Atau malah sengaja melupakannya?

my lover is sleeping, gunrae.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang