Taerae dan Pikirannya Tentang Bibir Gunw.. Ups!

103 10 2
                                    

cw // kiss

Taerae sangat menyukai situasi ini, walaupun awalnya ia bingung, namun ketika sebuah lidah diselipkan ke dalam mulutnya dan tangan besar itu menekan tengkuknya dengan tujuan memperdalam ciuman mereka, Taerae mengerang nikmat.

Ciuman yang awalnya disalurkan dengan perasaan lembut, kini berubah menjadi sedikit ganas, apa lagi saat tangan besar itu turun untuk masuk ke dalam bajunya, bergantian mengusap pinggang dan punggungnya.

“Ngh..” Taerae melenguh dengan kedua tangannya meremas rambut pemuda yang lebih tinggi darinya ini.

“Gunwook..” Dengan nada pelan seakan takut ketahuan Taerae memanggil Gunwook yang sedang menjilati telinganya.

“Kenapa?” tanya si pemuda tinggi dengan nafas yang tidak beraturan. Dari sudut pandang Gunwook, Taerae yang berada di hadapannya ini sangat menggoda, bibir pink tebalnya mengkilap sebab air liur bekas ciuman mereka, matanya yang sayu itu diarahkan langsung padanya, dan jangan lupakan beberapa tanda merah di leher si kecil.

“Cium lagi..” Dengan begitu Gunwook langsung menyatukan kembali bibirnya dengan bibir Taerae.

💤

Taerae mengeluarkan kotak bekal warna kuning lengkap dengan gambar bebeknya. Semalam ia bertukar pesan dengan Gunwook, si tinggi berkata kalau misalnya masih takut dengan Junhyeon, Taerae bisa istirahat di atap lagi.

“Mashu, aku gak istirahat bareng kamu, ya, hari ini.”

“Junhyeon, ya? Kamu masih takut?”

Sebenarnya Taerae sudah tidak terlalu merasa takut dengan Junhyeon, ia hanya ingin istirahat di atap bersama Gunwook. Menghabiskan waktu bersama Gunwook itu menyenangkan.

“Aku udah gak begitu takut, cuma gak mau ketemu aja.”

“Kamu makan dimana? Mau aku temenin?”

Taerae menggeleng, “gak usah. Aku makan di atap.”

“Hati-hati.”

“Aku cuma mau makan, Mashu.” Taerae langsung meninggalkan ruang kelas setelah berpamitan dengan Matthew.

Begitu sampai di atap, Taerae langsung mendapati Gunwook yang sedang melamun menatap langit. Niat jahilnya buyar begitu saja ketika Gunwook langsung menoleh ke arahnya karena si tinggi mendengar suara langkah kaki yang mendekat.

Taerae ikut berdiri di sebelah Gunwook setelah menaruh kotak bekalnya di sofa ujung sana.

“Taerae masih takut sama Junhyeon?” tanya Gunwook saat melihat Junhyeon sedang berjalan menuju lapangan bersama teman-temannya.

“Sedikit.”

“Kamu sering di sini?” tanya Taerae tanpa mengalihkan pandangan pada pemandangan di depannya. Kenapa tidak ada yang bilang padanya kalau melamun di atap sambil watching people itu menyenangkan. Taerae akan lebih sering ke sini setelah ini.

“Setiap hari di sini.”

Tiga hari berada di sekitar Gunwook, Taerae menyadari satu hal. Gunwook tidak menggunakan aku-kamu atau semacam itu saat berbicara. Si tinggi tidak pernah menyebut dirinya Aku dan memanggil namanya untuk Kamu.

“Aku boleh sering-sering ke sini, gak? Aku ngerasa tenang di sini.”

“Tentu, Taerae bebas mau pake atap, gak ada yang larang.”

Taerae menoleh pada Gunwook yang tersenyum manis padanya.

“Mau apa?” tanya Gunwook saat melihat Taerae menggeser dirinya untuk mendekatkan wajah mereka.

Taerae bingung, “mau apa, apa?”

“Taerae mau apa?” Gunwook lebih bingung.

“Mau dimakan..” katanya dengan mata yang memandang minat pada bibir si tinggi, pikirannya melayang mengingat kembali kejadian— “eh, maksudnya, itu.. mau makan!” ubahnya dengan cepat ketika sadar sedang melakukan hal konyol.

Gunwook bisa lihat seluruh wajah Taerae memerah. Si tinggi itu tertawa membuat wajah Taerae semakin merah.

Taerae malu.

Sebab mimpinya semalam berciuman dengan Gunwook yang sialnya Taerae malah menikmatinya. Itu karena Gunwook sudah dua kali mencium— tidak, mengecupnya. Taerae jadi terbayang yang tidak-tidak.

Dan sekarang, dihadapkan dengan Gunwook yang sumpah demi apapun, kenapa pemuda ini terlihat sangat tampan hari ini? Rambutnya berantakan, seragam yang tidak terlalu rapi, dua kancing atasnya terbuka. Dan bibir itu.. rasanya Taerae ingin dengan agresif mencium—

“Taerae?” panggilan Gunwook membuyarkan segala pikiran kotor di kepala kecilnya. “Katanya mau makan?” lanjutnya.

“Makan?” Taerae memang ingin memakan bibir Gunwook..

“Oh! Iya, ayo makan..” Taerae menggelengkan kepalanya, berusaha menghilangkan segala pikiran kotor dan tidak masuk akalnya itu.

Keduanya berjalan menuju sofa, tidak lagi duduk di lantai seperti kemarin. Taerae benar-benar memakan bekalnya, bukan bibir Gunwook.

💤

Suasana kelas ramai. Hari terakhir masuk sekolah setelah itu berganti weekend, energi mereka membara menyambut datangnya weekend. Ada yang merencanakan untuk main bersama, ada juga yang hanya ingin menghabiskan dua hari diatas kasur.

Tadi wali kelas datang mengunjungi, bilang kalau hari ini akan ada rapat dan kemungkinan sekolah dibubarkan lebih cepat.

“Kamu les hari ini?” tanya Matthew setelah selesai membereskan barang-barangnya.

Taerae menggeleng, “hari ini aku gak punya jadwal les,” ucapnya senang. Tadi pagi ia dapat pesan dari grup chat tempat les-nya, guru pembimbingnya itu bilang kalau les hari ini diliburkan karena anaknya sedang sakit.

Taerae jarang sekali mendapatkan banyak waktu kosong seperti ini.

“Beneran? Mau ikut ke rumah sakit, gak? Kemarin kamu bilang mau liat bayi.”

“Mau!”

Kemudian Matthew dengan nada cerianya menceritakan bagaimana kondisi bayi perempuan Kakaknya, dan Taerae yang mendengarkan sibuk membayangkan bagaimana wujud lucu bayi empat belas hari itu.

Sampai keduanya diinterupsi oleh Natty, si bendahara kelas sebelah yang terkenal galak. “Bebek, ada yang nyariin, tuh!” katanya, kemudian lanjut mengobrol dengan Ningning si bendahara kelas yang lebih galak dari gadis Thailand itu.

Taerae melirik Natty sengit, “udah dibilang jangan panggil aku begitu.” Tangannya memukul pelan bahu si gadis.

“Biarin, kamu kan emang kayak bebek, kwek kwek,” ledeknya.

Taerae menatapnya galak, kemudian menghampiri pemuda di luar kelas yang mencarinya.

“Kenapa, ya?”

“Aku disuruh Kak Jeonghyeon buat panggil Kakak. Katanya, dia mau Kak Taerae samperin ke taman.”

“Oke.. makasih, ya.” Walaupun bingung, Taerae tetap mengucapkan terima kasih kepada adik kelasnya itu.

Jeonghyeon siapa? Taerae tidak pernah dengar namanya, bahkan digosip Yujin dan Matthew tidak pernah dibicarakan.

Taerae kembali masuk ke dalam kelas, mengambil ponselnya yang berada di atas meja.

“Siapa?” tanya Matthew.

“Kamu kenal Jeonghyeon?”

“Tadi kamu ngobrol sama Jeonghyeon?”

“Bukan, ada yang bilang Jeonghyeon mau ketemu aku di taman, kamu kenal?”

Matthew mengangguk, ponselnya ditaruh. “Dia anak kelas sebelah, anak kelasnya Natty, tuh. Dia juga yang suka malakin duit orang-orang, kayak preman lah pokoknya. Kamu bener denger namanya Jeonghyeon?”

Taerae mengangguk yakin.

“Aku temenin, deh.”

my lover is sleeping, gunrae.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang