05. Alergi Kucing?

34.4K 2.3K 18
                                    

Sudah tiga hari ini Charlotte selalu mendapati mimpi yang sama. Mimpi dimana orang tuanya selalu berharap tubuh lamanya bangun dari koma, juga seorang nenek tua yang selalu menyuruhnya untuk kembali ke tubuh asalnya sebelum terlambat.

Gadis itu kini ke pasar dengan membawa Blacki di keranjangnya. Kucing itu seperti memiliki kebiasaan tidur jika berada di dekat Charlotte. Dan sekarang, kucing itu kini tertidur di atas keranjang Charlotte, membuatnya bisa dilihat orang lain.

Gadis itu berada di dagangan daging. Gadis itu memilih beberapa daging dan meminta penjual itu menimbang berat daging yang dibelinya.

Pedagang itu tertawa pelan. "Aku rasa kau membeli daging yang banyak hari ini." Pemuda penjual daging itu meletakkan daging yang Charlotte ambil di atas timbangan.

"Tentu, aku harus memberi makan kucingku." Charlotte mengusap kembali rambut Blacki.

"Kau benar-benar berubah. Dulu kau sangat membenci kucing karena takut dengan bulunya," ujar pemuda itu -- Edward.

Edward membungkus daging itu dan menyerahkannya pada Charlotte, dan langsung dibayar pas gadis itu.

"Memangnya kenapa dengan bulu kucing?" tanya Charlotte.

Edward tampak bingung lalu kembali tersenyum. "Kau alergi bulu kucing," jawabnya.

Charlotte tersentak kaget, ia kembali menatap Edward dan menatapnya dengan mata berkedip. Sebulan ini, ia sudah sering bertemu dengan Edward di pasar, tapi baru kali ini pemuda itu berbicara banyak dengannya. Biasanya hanya seperti pelanggan dan pembeli saja.

"Apa kau temanku?" tanya Charlotte polos.

Edward menggeleng pelan. "Aku masih ingin hidup tenang," ucapnya. Charlotte benar-benar tidak mengerti.

"Apa aku sering mengganggumu dulu? Atau aku dulu nakal?" tanya Charlotte.

Edward mengangkat satu alisnya. "Semua orang tahu kalau kau gadis lincah yang selalu membuat masalah. Kakakmu saja sering menanggung malu karena ulahmu."

Charlotte menjadi teringat Carmila yang sangat baik padanya. Dan tentang sifat gadis itu dahulu, ia sama sekali tidak mengetahui karena dirinya bukanlah Charlotte asli. Mengingat itu membuatnya semakin merasa bersalah dengan Carmila.

'Entah apa yang dilakukan si Charlotte sampai Carmila yang baik hati bisa menerima itu.' Charlotte mengumpati Charlotte yang asli.

"Tapi setelah semua ini, aku rasa kau berubah jauh. Kau yang sekarang sangat murah senyum, lembut dan tidak urakan-urakan," ujar Edward.

"Pertama kali aku melihatmu setelah berbulan-bulan kau tidak membuat kerusuhan lagi, aku sudah merasakan kau memiliki aura yang lain. Aku sampai merasa kau bukan Charlotte yang dulu karena sekarang kau sungguh berbeda." Edward berkata sambil menatap dalam mata Charlotte.

'Aku memang bukan Charlotte yang dulu,' gadis itu membatin dengan menatap wajah tampan milik Edward. Mata hijau pria itu mampu meneduhkan pandangannya.

"Kalau begitu .. apa kau mau menjadi temanku?" pinta Charlotte. Gadis itu kembali merutuki dirinya saat melihat Edward yang mengerutkan kening.

"Ah tidak. Jika kau tidak mau, aku tidak akan memaksa." Charlotte menyela Edward saat pemuda itu ingin berbicara.

"Aku mau," jawab Edward. Charlotte melotot dibuatnya.

'Astaga.. gara-gara mulut ini, aku harus berteman dengan laki-laki! Sialan!' karena sedari awal gadis itu memang tidak suka bergaul dengan lawan jenis.

Charlotte tersenyum canggung, tidak bisa memberikan ucapan lagi. Gadis itu menunduk dan langsung pergi meninggalkan Edward yang menatapnya heran.

Gadis itu masih memikirkan perkataan Edward. Kalau Charlotte asli memang memiliki alergi terhadap bulu kucing, seharusnya tubuhnya akan menolak kucing meski dirinya ingin sekali menyentuh kucing.

EMPEROR'S DOLL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang