31. Amelia

13.8K 1.2K 124
                                    

Setelah Amelia pergi, Alfred dan Charlotte yang masih di sana kini terlihat canggung. Keduanya diam sembari menatap ke depan satu sama lain.

Angin yang berhembus segar membuat rambut Charlotte berterbangan dengan indah, dan membuat sebagian rambut Alfred yang tadinya tersisir rapi kini berantakan.

"Sebenarnya kenapa kau mau membantuku?" tanya Charlotte memecahkan keheningan.

Alfred diam, tapi kepalanya menoleh menatap Charlotte tepat di mata biru itu, seolah pertanyaan Charlotte terjawab atas tindakannya.

"Apa hubungan ibuku denganmu?" tanya Charlotte. Ia tidak lupa saat Alfred mengetahui nama ibunya.

"Ibumu yang mengasuhku," jawab Alfred singkat.

Charlotte terkejut. Ternyata perkataan Bibi Rose tentang ibunya pernah mengasuh keluarga bangsawan itu benar. Dan sekarang orang itu ada di depannya.

"Dia wanita yang sangat baik. Aku ragu bisa menemukan seseorang sepertinya kembali," ujar Alfred sembari menatap danau.

"Di saat semua orang ragu denganku, dia selalu percaya dan bahkan selalu menemaniku belajar." Alfred menghela napas lelah. Ia terlihat mengusap wajahnya kasar dan menghembuskan napas kasar pula.

"Orang tuamu? Mereka meragukanmu?" tanya Charlotte.

"Mereka selalu meragukanku di saat aku lumpuh."

Charlotte sebisa mungkin memasang wajah tidak terkejut. Ia baru mengetahui fakta itu. Alfred lumpuh, dan itu sama sekali tidak dijelaskan dalam novel.

Charlotte menjadi bingung sampai detik ini. Jika dilihat-lihat, rasanya hidup berjalan sesuai peran masing-masing, namun alur dan kehidupan si tokoh sama sekali tidak berpatok dalam novel.

"Dan saat aku berangsur sembuh, akulah yang jadi meragukan mereka," ujar Alfred.

Charlotte mengangguk dan memilih menghentikan cerita Alfred. Meski tidak tahu pasti, Charlotte bisa merasakan perasaan Alfred di saat semua orang meragukannya.

"Sakit hati yang aku rasakan membuatku membunuh mereka. Tapi aku tidak bisa berbohong kalau aku menyesal membunuh mereka," ujar Alfred.

Charlotte menatap dalam mata indah milik Alfred. Mata leaf itu sedikit berkaca, membuat Charlotte terdiam. Alfred yang ia kira laki-laki kuat dan menjengkelkan juga bisa bersedih ternyata.

"Aku menyesal karena membunuh mereka di kamar. Seharusnya aku membunuh mereka di depan adikku yang selalu diberi kasih sayang itu," ujar Alfred tersenyum dingin.

Hilang sudah. Rasa iba Charlotte menjadi rasa miris pada dirinya sendiri karena terlalu mudah menelan perkataan yang belum sampai pada arti sesungguhnya.

"Andai saja Margareth masih ada, maka dia akan menyayangiku. Tapi sayangnya, dia sudah tiada. Karena..."

Alfred menatap Charlotte dengan tatapan sendu. "... karenamu."

Charlotte membisu, ia mati kutu. Perkataan Alfred benar-benar menyinggungnya. 'Apa Alfred membenciku karena aku penyebab kematian Ibu?' Alfred seakan menyalahkannya atas kematian Margareth.

"Ibumu dulu selalu menyayangiku, Charlotte. Tapi sekarang dia sudah tiada," ujar Alfred. Matanya menatap Charlotte dengan tatapan yang sulit diartikan.

Mendekatkan dirinya ke Charlotte, Alfred memegang kedua pundak gadis itu. "Maukah kau yang menyayangiku sekarang?" tanya Alfred.

***

Charlotte berjalan gontai ke arah rumah. Kakinya terasa berat untuk berjalan barang satu langkah saja. Permintaan Alfred membuatnya bimbang.

EMPEROR'S DOLL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang