BAB 7. DESA WONGGANG

2 3 0
                                    

BAB 7.
DESA WONGGANG.

Tak Punya Nama mendapatkan dirinya sendiri telah berada di tepi hutan yang berada tidak jauh dari suatu desa.

Saat ia akan melangkah menuju desa di depannya, terdengar Elite Dahsyat Merah berkata, "Nanti dulu, Majikan Muda. Jangan pergi dulu!"

"Mengapa?"

"Majikan Muda sebaiknya berpenampilan seperti layaknya Putra Bangsawan atau seperti Anak Saudagar Kaya Raya, bisa juga seperti Putra Kepala Sekte atau seperti Calon Ketua Muda Klan! Hal ini untuk memudahkan di tempat-tempat yang baru cenderung akan dimanusiakan manusia!" Usul Elite Dahsyat Merah.

Sebelum ada reaksi lebih lanjut dari Tak Punya Nama, ia telah dikurung dalam cahaya merah.

Sekejap mata ia telah berganti penampilan dengan jubah putih bersih yang wangi, berikat pinggang kain warna emas, bersepatu panjang kulit putih dan mengenakan mantel merah dengan gambar naga emas terbang.
Sedangkan di dalam mantel terdapat beberapa kantong berisi uang emas.

Sebelumnya ia hanya berpakaian tidur.

Rambutnya yang tebal hitam dan panjang sepunggung telah rapi diikat oleh kain warna emas dengan hiasan batu kristal hijau yang berkilau magis.

Tak Punya Nama hanya diam dan tenang saat ia dilayani oleh Elite Dahsyat Merah, agar berubah penampilannya, "Sudah? Kalau sudah cukup, maka aku akan segera pergi mencari penginapan dan rumah makan di dalam desa itu!"

Saat ia menghampiri gerbang masuk desa ia membaca tulisan di atas gapura benteng, tertulis: "Desa Wonggang!"

Selain dari pada itu, ada dua orang yang berdiri di samping kiri gerbang masuk desa dengan sikap yang mencurigakan.

Matanya menatap licik, dan saat seperti berfikir berat, matanya yang menyipit itu hanya nampak berwarna hitam saja.

"Hmm, pengikut arus kegelapan. Aura daya kegelapan! Getaran Energi Iblis!" Batin Tak Punya Nama menangkap adanya kekuatan iblis.

Tujuh Elite Dahsyat juga merasakan getaran gelombang inti gelap tersebut.

Salah satu dari mereka, yang gemuk berbaju merah darah segera pergi meninggalkan gerbang desa.

"Hm, tentu beri laporan ke kelompoknya, bahwa ada pengunjung baru memasuki desa, walupun hanya seorang bocah kecil? Apakah auraku ditangkap oleh mereka berdua sebagai pembawa energi anti inti gelap? Atau, bahkan mampu mengenal auraku sebagai inti energi pemusnah iblis?" Batin Tak Punya Nama lebin lanjut.

Sedangkan yang kurus kerempeng masih berada di samping gerbang masuk desa, pura-pura berbincang akrab dengan kelompok penjaga keamanan Desa Wonggang.

Ketika Tak Punya Nama sudah berada di tengah desa, ia hanya bisa menemukan sebuah penginapan satu-satunya yang ada di desa, namun memiliki warung makan di dalam, untuk melayani yang menginap dan pengunjung dari luar dalam hal kebutuhan makan dan minum berbayar.

Tak Punya Nama menghampiri Petugas Penginapan, "Ada kamar kosong?"

"Oh? Eh, ada Tuan Muda Bangsawan!"

Tak Punya Nama, "????????"

"Kamar yang dipesan atas nama siapa?" Tanya Petugas Penginapan dengan ramah dan santun.

"Atas nama...Tak Punya Nama!" Jawab Tak Punya Nama dengan tenang dan tersenyum wajar.

"Eh, anu, maaf, maksud saya, siapa nama Tuan Muda Bangsawan ini?" Tanya ulang Petugas Penginapan dengan bingung, heran, gugup.

"Yaitu tadi, namaku adalah Tak Punya Nama! Saya biasa dipanggil dengan nama...Tak Punya Nama!" Jawab Tak Punya Nama dengan wajah serius, sambil menatap tajam kepada Petugas Penginapan yang justru semakin gugup dan nampak gemetar.

"Oh, eh, iya, iya, nama khusus yang unik. Suatu nama gelar kebangsawanan, berangkali?"

Tak Punya Nama, "???????"

"Tunjukkan saja kamarnya!"

"Baik, baik, baik Tuan Muda Bangsawan! Mari Tuan, saya antar ke kamarnya, ditanggung rapi bersih dan nyaman!"

************

Hasil keterangan dari Petugas Penginapan, Tak Punya Nama jadi tahu bahwa Penginapan ini bernama Penginapan Padi Kuning, pemiliknya kebetulan seorang Pendekar Desa yang bernama Pendekar Pedang Cangwu.

Ia merupakan murid dari Perguruan Beladiri Pedang Cahaya yang berada di balik hutan di luar Desa Wonggang.

Penginapan Padi Kuning jadi terkenal karena memiliki nuansa penginapan yang terpercaya nyaman dan aman. Selain memiliki ciri khas menu unggulan terlezat yang termahal.

Sedangkan di seberang Penginapan ada tanah lapang terbuka hijau yang bagian pinggirnya ada pohon-pohon rindang.

Di seberang pohon-pohon rindang ada jalur jalan yang memutari tanah lapang berumput hijau rapi, dan di tepi jalan bagian tepi sebelah sana terdapat gedung besar indah yang mentereng dan memiliki benteng yang tebal dan kokoh, serta adanya petugas jaga, baik di atas benteng maupun di gerbang masuk gedung mewah tersebut.

Gedung besar ini merupakan pusat pengendali segala kegiatan Desa Wonggang, karena di sinilah tempat tinggalnya Kepala Desa, Kepala Keamanan Desa, Kepala Urusan Desa, Kepala Bendahara Desa. Dan semua kepala-kepala itu masih memiliki hubungan darah keluarga besar dari Klan Ginggala.

************

Sejak Tak Punya Nama melewati gerbang masuk Desa Wonggang, sebelah selatan, ia sudah tahu sedang diawasi dan diikuti oleh seseorang yang bukan dua orang yang berdiri mencurigakan di gerbang masuk desa, sudah beda orang, anak buah mereka berdua?

Orang ini sampai ikut masuk Rumah Penginapan untuk pesan kamar di sebelah kamarnya dan saat Tak Punya Nama pergi ke ruang makan untuk pesan makan-minum menu unggulan termahal, pengintai tersebut juga ikut pesan makan-minum dan tempat duduknya tak jauh dari tempat duduk Tak Punya Nama.

ANAK YANG DISEGEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang