Bagian 2. Sang Pemecah Kasus

580 34 69
                                    

Terima kasih telah bersedia membaca cerita saya. Saya tau masih banyak kekurangan di dalamnya. Saya akan berusaha lebih baik di setiap bagian selanjutnya. Happy reading, :)

****

Vanny POV

Ku tatap langit malam ini dari jendela kamar. Cuaca sedang kurang bersahabat. Sudah satu minggu ayah pergi ke luar kota. Membantu kantor kepolisian yang sedang kekurangan tenaga kerja seorang detektif. Brush Grim silvie,nama ayah ku.

Sejak masih muda ayah sudah mengabdikan diri pada negara. itu lah yang beliau katakan, aku sangat menghormatinya. Ketegasannya dalam mendidik dan membesarkan ku adalah salah satu dari kebanggan ku padanya.

Ibu ku? Beliau sudah meninggal sejak aku kecil, ayah tidak pernah memberitaukan penyebabnya. Dan aku tidak ingin membicarakannya, masa lalu biarlah masa lalu. Aku hanya tidak ingin menambah beban di pundak ayah.

Ayah adalah tipe orang yang tidak pernah ragu antara keluarga dan pekerjaan. Bersikap profesional di manapun berada,itu membuatnya menjadi detektif legendaris yang tidak pernah berhenti menjadi berita hangat di setiap kantor kepolisian.

Dan aku anaknya satu satunya, meneruskan bakat beliau. Stevanny silvie,nama ku. Saat ini aku masih duduk di bangku kelas dua Sekolah menengah atas. Tapi, tidak terhitung berapa kasus yang aku pecahkan . Kantor tempat ayah bekerja akan memanggil ku jika ayah dinas keluar seperti sekarang. Dan saat ini aku merasakan firasat akan terjadi kasus tidak lama lagi.

****
Pukul 12.15

Kriiingg... Kriiingg...Kri

Aku dengan segera mengangkat gagang telpon di atas meja sebelah kasur ku. Brisik sekali tengah malam begini, menggangu saja.

"Ha...."

"Vanny! Segera bersiaplah,aku akan sampai di sana lima menit lagi!"

Tut..tut..tut..

Sial, aku bahkan belum sempat bicara. Dengan segera aku berlari ke kamar mandi. Aku yakin, barusan adalah Ray jovan,rekan ayah. Dia akan seperti itu jika terjadi kasus. Sepertinya firasat ku benar terjadi.

****

"Jadi, apa yang terjadi kali ini?" Aku sudah berada di dalam mobil Ray. Aku memanggilnya begitu karna dia belum setua ayah. Masih berumur dua puluhan, dan dia yang meminta ku memanggilnya begitu.

"Kasus pembunuhan,di club malam. Daerah distrik 12. Pak komisaris dan tim lainnya sudah berangkat kesana."

Jelasnya tanpa mengalihkan pandangan dari jalanan. Dia itu orang yang jutek dan agak cuek. Tampang kunyel seperti tidak pernah mandi, rambut acak-acakan. Tapi tampangnya cukup lumayan. Aku cuma bilang lumayan ya.

"Hmm, pembunuhan?" Aku sedikit menarik sudut bibirku. Baguslah, ini akan sedikit menghilangkan rasa bosan ku.

Aku bisa melihat ray melirik ke arah ku, saat aku melihat ke arahnya dengan buru-buru dia membuang muka. Apaan dia itu?

****
Author POV

Setibanya di TKP.

Garis kuning , cahaya blitz kamera, dan suara bisik-bisik memenuhi keseluruhan club. Tidak ada aktivitas seperti club biasanya. Semua orang terlihat murung dan tidak bersemangat. Mungkin mereka takut club ini akan di tutup. Selamanya!

Polisi berada di sana sini mencari petunjuk dan saksi. Vanny sudah biasa melihat ini, dengan santainya dia menuju ke arah mayat korban.

Vanny memandangi mayat wanita itu. Cih, ini sangat mudah, katanya. Pembunuh amatir, cukup pintar, namun kurang rapi.

You Are Mr.Arrogant (on REMAKE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang