4. Zamrud

218 32 11
                                    

SAGARANTA
[On Going]
.
.
.
.
.
.
.
"Pertemuan adalah takdir yang terencana. Namun banyak dari mereka yang menyepelekannya, menganggap itu hal biasa..."

}---✧~~~乁۝ㄏ~~~✧---{

Pagi berganti siang. Siang berganti sore. Hingga malam tiba, mereka berdua masih tetap berada di dekat benteng kota. Tak berniat untuk kembali ke wilayah pinggiran.

Suhu tubuh Blaze juga perlahan pulih. Meski katanya hanya sedikit pusing, setidaknya kini dia sudah 80% sembuh dari racun.

Mereka bersiap untuk menyelinap masuk. Ice sudah mengelilingi sebagian benteng, mengawasi seperti apa penjagaan di tiap sisi. Tidak terlalu ketat. Di tempat mereka saja saat ini terkadang hanya ada dua prajurit yang lewat tiap sejam.

Mereka punya banyak kesempatan untuk masuk diam-diam.

Dengan cara memanjat.

Ya, memanjat. Tentu bukan dengan menaiki tembok bata itu. Ada pohon besar yang lebih aman untuk mereka naiki agar sampai ke atas benteng.

Ice mengeratkan tali yang mengikat tas karung di punggungnya. Begitupun dengan Blaze. Mereka bersiap menaiki pohon besar juga tinggi yang menjadi harapan besar mereka.

Blaze naik lebih dulu diikuti sang adik. Memanjat pohon besar begini bukan lagi hal yang sulit bagi mereka. Sangat mudah malah. Tangan dan kaki mereka mencengkram dan memijak kulit kayu dengan kuat, tak khawatir akan jatuh.

Pohon ini juga bukan pohon yang batangnya menjulang ke atas, tegak. Tidak.

Sebagian batangnya naik miring, memudahkan mereka untuk terus naik tanpa takut jatuh terperosok ke bawah karena gravitasi.

Ujung batang kokoh yang mengarah ke atas benteng menjadi tujuan utama mereka. Hingga saat kaki berhasil menapakinya, bersiap melompat menuju lantai benteng bagian atas, mereka terkesiap saat mendapat teguran dari salah satu prajurit.

"HEI, SIAPA KALIAN?!"

Sial sekali. Mereka ketahuan sebelum sempat melompat.

Prajurit yang berada di atas benteng tadi lantas berlari cepat dengan membawa lentera minyak, serta tombak yang menghiasi punggungnya.

Tak ada cara lain. Mereka harus kabur, masuk ke dalam kota.

Blaze tanpa pikir panjang menarik tangan Ice untuk melompat ke atas benteng. Tak menghiraukan prajurit yang berlari ke arah mereka. Matanya dengan cepat mencari pijakan untuk mendarat dari atas sana.

Lagi-lagi, belum sempat Ice memperbaiki posisi berdirinya, tangannya langsung saja ditarik untuk melompat turun.

Bugh.

Beruntungnya ada tumpukan jerami yang bisa menjadi tempat mendarat yang aman. Blaze spontan saja melompat saat melihat jerami itu, tak sempat berpikir apa itu aman untuk mereka pijaki.

Ice menggerutu kesal, dia belum sempat berpikir lancar saat tiba-tiba ditarik ke sana sini. Membuat jantungnya hampir copot saat melompat tanpa persiapan.

"Kau gila!"

"Ayo, tak ada waktu untuk protes."

Tangan Ice kembali ditarik kuat. Blaze tak memberinya jeda waktu, tak peduli bagaimana posisi kembarannya saat mendarat tadi. Yang terpenting mereka kabur terlebih dulu.

Prajurit tadi berseru memanggil rekannya yang lain. Tatapan matanya masih terpusat pada dua anak laki-laki yang sudah berhasil memasuki wilayah kota.

Kota Artanovia.

SAGARANTA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang