2. Perpisahan

249 33 1
                                    

SAGARANTA
[On Going]
.
.
.
.
.
.
.
"Dalam cermin kehidupan, mereka selalu berbagi bayangan yang sama, namun ketika perpisahan tiba, hanya satu yang melangkah menuju senja abadi...."

}---✧~~~乁۝ㄏ~~~✧---{

Shing.

Craak.

"Hmm, baguslah. Sup daging rusa untuk malam ini dan besok! Ahaha, hari ini sungguh beruntung."

Anak laki-laki dengan pakaian tanpa lengan itu mencabut pedangnya dari leher rusa yang baru saja dia tebas. Bilah pedangnya langsung dia lap dari darah, menaruhnya ke dalam sarung pedang lalu mulai menarik tubuh rusa itu.

Setelah beberapa menit berjalan ke bagian dalam hutan, akhirnya dia sampai ke halaman sebuah rumah kecil.

"Iceee, hari ini kita dapat tangkapan besar, lho."

Anak laki-laki bermanik aquamarine yang duduk di atas tikar sibuk merakit anak panah. Berbeda dengan kembarannya, dia lebih memilih memakai pakaian lengan panjang yang melindungi kulit dari paparan matahari.

Setelah mendengar teriakan sang kembaran, Ice bergegas mengambil pisau juga tong kayu kecil sebagai wadah daging rusa yang akan dia potong.

"Kau tidak bosan makan ini-ini terus?"

Blaze meletakkan pedangnya di samping kursi depan rumah. Membiarkan Ice yang memotong daging rusa untuk makan malam mereka. Ice mengedikkan bahu, dia tahu kemana arah pembicaraan kembarannya sekarang.

Sudah beberapa kali Blaze membahas tentang pergi keluar dari hutan, menuju pinggiran, mencari desa. Berharap bahwa ada manusia selain mereka agar bisa berbaur dan mengenal dunia luar.

Ice sendiri juga sebenarnya ingin keluar dari hutan. Siapa tahu sebenarnya di luar sana kehidupan sudah modern, seperti kehidupan mereka sebelumnya.

Jadi dia tak perlu lagi hidup susah seperti ini.

"Kalau memang sudah waktunya baru kita akan pergi dari sini."

"Kapan?"

"Jika rumah ini memang sudah tak layak ditinggali."

Satu alasan yang membuat Ice masih ingin tetap berada di rumah tua itu. Kenangan mereka bersama sang paman. Baginya, rumah ini seperti hadiah yang sangat berarti selain busur miliknya.

Masa kecil mereka adalah mimpi buruk. Mereka sama sekali tak mengingat siapa orang tua mereka. Dan itu semua ulah si Baj*ngan yang katanya menculik mereka berdua saat masih kecil.

Hingga pria yang kini mereka anggap paman datang membuat hidup mereka lebih berwarna.

"Aku bosan makanan kita daging dan sup terus. Paman kan pernah cerita soal roti atau kue yang dijual di luar sana. Apa kau tak penasaran, Ice?"

"Nikmati saja selagi kita bisa tetap hidup seperti ini." Balas Ice ketus sambil memotong daging rusa. "Atau kau mulai bosan dengan masakanku? Makanya kau sering mengeluh begini."

"Itu salah satunya."

Blaze yang menjawab langsung mendapat tatapan sinis dari Ice. Dia hanya terkekeh pelan dengan wajah tak berdosa.

"Hei Ice, apa kau ingat bagaimana rasa masakan saudara ke-3 kita? Dalam ingatan samar ku dia sering membuat makanan dan kita selalu senang tiap memakannya."

"Tidak ingat."

"Atau kue saudara ke-2? Dia suka membuat makanan manis."

"Entahlah."

SAGARANTA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang