~ Diary Azzam ~ Chapter 009.

110 16 39
                                    

"Dari mereka kita belajar mensyukuri apa yang sudah kita miliki. Menunduklah ke bawah, karena diatas langit, masih ada langit. Begitu seterusnya"
- Zara and Friend's

.
.
.

Happy Reading.

Pagi ini cukup bersahabat bagi para penduduk bumi. Sang Bagaskara memancarkan sinar hangatnya untuk meredam dinginnya udara yang masih terasa meski waktu sudah menunjukkan pukul sembilan lewat tigapuluh menit.

Empat remaja perempuan membuka pintu mobil yang sudah terparkir di depan sebuah bangunan sederhana. Mereka turun dari mobil sambil menenteng paper bag di tangan mereka masing-masing. Isi dari paper bag tersebut adalah buku yang nantinya akan diberikan kepada anak-anak untuk dibaca.

Di depan bangunan tersebut terdapat papan nama bertuliskan, " Rumah Baca Cahaya Ilmu". Ke empat remaja cantik itu adalah Zara beserta ketiga sahabatnya bernama, Kania Erlia Nauli, Kiara Ersia Nouli dan Melody Iris Violetta.

Rumah baca tersebut didirikan atas inisiatif dari ke empat remaja itu. Dengan modal dari masing-masing orang tua mereka. Rumah baca tersebut diperuntukkan bagi anak-anak jalanan yang kurang mampu. Rata-rata dari mereka ingin merasakan seperti layaknya anak-anak yang lain. Mendapatkan Pendidikan Formal, yaitu bangku sekolah.

Namun keadaan yang memaksa mereka tidak bisa mengecap bagaimana rasanya sekolah. Dari situlah, inisiatif mereka muncul untuk mendirikan sebuah rumah baca secara gratis. Setidaknya, mereka masih memperoleh ilmu pengetahuan dari buku yang dibaca.

Tidak hanya memberikan buku bacaan saja, Zara beserta sahabatnya juga mengajari anak-anak membaca, berhitung, menulis dan sebagainya sesuai dengan apa yang diajarkan di sekolah bagi seumuran mereka.

Usia anak-anak yang singgah di rumah baca milik Zara dan ketiga sahabatnya berumur lima tahun sampai paling besar adalah duabelas tahun. Didirikannya rumah baca tersebut tentu sangat membantu mereka untuk menimba ilmu.

Orang tua dari anak-anak itu sangat berterima kepada orang tua Zara dan orang tua dari ketiga sahabat Zara yang sudah mengizinkan anak mereka untuk mendirikan sebuah rumah baca.

"Asalamualaikum, Adik-adik!" ucap ke empat remaja itu.

"Waalaikumsalam, Kakak cantik!" balas mereka sambil berlari ke arah Zara dan ketiga sahabatnya.

Ke empat remaja cantik itu terkekeh pelan melihat Adik-adik mereka sangat antusias saat mereka datang. Terlihat dari raut wajah mereka yang tampak bahagia dan berseri-seri.

"Coba tebak, Kakak bawa apa?" tanya Zara sambil mengangkat dua paper bag yang berada di kedua tangannya.

"BUKU!" jawab mereka serempak.

"Seratus buat kalian!" ucap si kembar Kania dan Kiara.

"Adik-adik Kakak memang pintar" imbuh Melody sambil tersenyum.

Mereka semua langsung menggandeng tangan Zara beserta ketiga sahabatnya untuk masuk ke dalam. Inilah yang mereka nantikan, ke empat Kakak cantik mereka akan menjadi guru dan mengajari mereka membaca, menulis, berhitung, dan lain sebagainya.

Zara, si kembar dan Melody mendudukkan diri di karpet. Di dalam ruangan rumah baca tersebut terdapat rak buku yang ditata sedemikian rupa untuk menata semua buku pelajaran ataupun buku cerita. Selain itu, terdapat sepuluh meja berbentuk bundar yang digunakan anak-anak untuk belajar. Serta terdapat pula empat buah papan tulis yang digunakan Zara dan ketiga sahabatnya untuk mengajar mereka.

Diary AzzamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang