~ Diary Azzam~ Chapter 11

78 8 10
                                    

"Tidak ada orang yang ingin hidupnya bergantung pada obat. Tapi, obat seperti nyawa kedua bagiku. Dan, Aku benci itu"

.
.
.

Happy Reading.

Azzam menutup pintu kamar dan menguncinya dari dalam. Remaja itu berjalan lunglai menuju tempat tidurnya. Dia duduk di pinggir ranjang sambil menatap nanar obat dalam genggaman tangan. Remaja itu mengembuskan napas lelah. Ingin sekali rasanya dapat terbebas dari obat-obatan yang saat ini digenggam oleh tangannya. Namun, obat tersebut sudah menjadi penyambung nyawa.

Obat yang telah diresepkan Andra untuk Azzam minum dengan rutin. Dokter muda itu meresepkan empat macam obat untuk Azzam, yang terdiri atas; Jenis obat penghambat Kolinesterasi yaitu, Pyridostigmine dan neostigmine untuk meningkatkan kekuatan dan pergerakan otot. Jenis obat Kortikosteroid yaitu, Prednisone untuk menghambat sistem kekebalan tubuh dalam memproduksi antibodi. Dan yang terakhir, Imunosupresan (obat penekan imun) untuk membantu mengurangi peradangan dan mengurangi produksi antibodi abnormal tubuh.

"Abang, Azzam pengin pulang."

"Tidak, kamu masih butuh perawatan, Zam," jawab Andra mencoba memberikan pengertian kepada Azzam agar remaja itu mengerti.

"Aku mohon". Azzam menatap Andra dengan wajah memelas, "Azzam janji, kali ini bakal minum obat dengan rutin."

"Baiklah, jika itu mau kamu. Tapi, ingat janjimu itu! Abang tau kamu tidak meminum obat dengan rutin, dan sering kali sengaja tidak meminum obat." balas Andra dengan nada yang sedikit menyindir.

"Maaf," ucap Azzam dengan raut wajah bersalahnya.

"Zam, Abang tau kamu lelah harus bergantung kepada obat untuk bertahan hidup. Walaupun kamu muak, ini adalah salah satu bentuk ikhtiar demi kesembuhan kamu. Bagaimana hasil akhirnya nanti, itu Allah yang menentukan."

"Tapi, Abang tau, kemungkinan Azzam bisa sembuh itu kecil, benar kan?"

"Sudahlah, pikiranmu sedang kacau. Jangan dibahas lagi. Ini empat obat yang harus Kamu minum. Ingat! diminum secara rutin!" ucap Andra sambil menyerahkan empat bungkus obat yang berbeda kepada Azzam.

"Iya." balas Azzam dengan lesu.

Manusia mana yang ingin bergantung pada obat untuk bertahan hidup? Tentu saja tidak ada yang mau. Tidak ingin terlalu larut memikirkan itu, Azzam membuka satu per satu bungkus obat tersebut dan mengambil masing-masing satu butir obat.

Remaja itu mengambil segelas air putih yang sudah tersedia di atas nakas. Azzam mulai menelan obat tersebut secara bergantian. Rasa pahit menjalar di rongga mulutnya. Hampir saja, Azzam memuntahkan kembali obat tersebut, tetapi remaja itu berusaha agar obat tersebut dapat tertelan.

Kedua sudut mata milik Azzam mengeluarkan liquid bening setelah berhasil menelan obat. Karena tenggorokannya sedikit sakit. Selain kekuatan otot yang lemah, penderita Myasthenia Gravis juga dapat merasakan kesulitan saat menelan. Dan saat ini, Azzam mulai merasakan meski belum terlalu parah. Namun tetap saja menyakitkan.

Azzam kembali meletakkan gelas yang sudah kosong ke atas nakas. Remaja itu memposisikan diri di atas tempat tidur dengan nyaman. kedua tangan Azzam menarik selimut untuk menutupi tubuhnya sampai ke leher. Dia ingin mengistirahatkan tubuh setelah perdebatan tadi saat baru saja pulang ke rumah.

Perlahan tapi pasti, rasa kantuk mulai menyerang. Selain karena tubuh Azzam yang masih lelah, efek kantuk itu juga akibat dari obat. Setelah membaca doa sebelum tidur dalam hati, kedua netra milik Azzam mulai terpejam memasuki alam mimpi.

Meski kecil kemungkinan suatu penyakit untuk dapat sembuh, sebagai manusia memang harus ikhtiar, berusaha demi kesembuhan. Setelah berikhtiar, bertawakal. Berserah diri kepada Allah. Bagaimanapun juga, Allah lah Sang Maha Pemilik jiwa dari raga yang kita tempati.

Ucapan Andra untuk Azzam memang ada benarnya, walaupun muak dan benci hidup bergantung pada obat, harus tetap dijalani. Meski mengucap kata tidak semudah saat menjalaninya. Sebagai seorang Dokter, Andra tau apa yang dirasakan oleh Azzam. Dia akan tetap berjuang demi Azzam dapat sembuh. Tugasnya hanya berusaha, kembali lagi hasil akhirnya, Allah yang mempunyai kuasa.

Jika Allah memberikan sebuah penyakit bagi salah satu Hamba-Nya, pasti akan ada obatnya. Dibalik penyakit yang selalu menggerogoti adalah bagian dari pengugur sebuah dosa. Fase lelah dan ingin menyerah seperti yang Azzam rasakan tidak salah. Akan ada saatnya fase itu menghampiri.

Orang lain memang tidak dapat merasakan bagaimana menanggung rasa sakit itu. Namun, kata penyemangat sangat dibutuhkan. Dan semoga Azzam masih mau berjuang demi kesembuhan. Memang tidak bisa menjanjikan, hanya ada dua pilihan, sembuh lalu bahagia atau sembuh untuk selama-lamanya.

Bukan pasrah dengan keadaan, namun terkadang, sembuh bukan hanya tentang 'terbebas' dari rasa sakit itu sendiri. Banyak arti lain dari kata 'sembuh'. Mana yang akan Azzam dapatkan, itu masih menjadi rahasia. Dan apapun hasilnya, itu yang terbaik bagi Azzam.

Tidak semua harus berakhir bahagia. Jangan menebaknya, karena semua masih dapat berubah. Ikuti suka dukanya sampai pada akhir cerita.
.
.
.

Bersambung...

Sampai jumpa next chapter~

Semangat dan jangan lupa bahagia!!!👋🏻💕

Bye.

Diary AzzamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang