~ Diary Azzam~ Chapter 12.

29 1 5
                                    

"Kendalikan, jika tidak ingin sampai menyakiti diri atau orang lain."

...

.
.
.

Happy Reading.

Suara ketukan pintu sedikit mengusik tidur seorang remaja laki-laki yang tidak lain adalah Azzam. Kedua netra indah Azzam perlahan mengerjab pelan menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam mata. Setelah nyawanya sudah sepenuhnya sadar, dia turun dari tempat tidur dan menuju pintu kamar untuk membukanya.

Pertama kali pintu dibuka, Azzam dapat melihat jelas raut wajah sendu Liana. Kedua mata Liana memancarkan raut wajah khawatir bercampur kerinduan yang sangat dalam. Wanita cantik itu tersenyum tipis lalu mengangguk, Azzam yang mengerti langsung mempersilahkan Liana masuk ke dalam kamarnya.

Kedua orang itu, duduk di tepi ranjang tempat tidur. Tidak ada yang membuka percakapan terlebih dahulu, mereka hanya diam dan saling menatap satu sama lain.

"Tiga hari, kamu tidak pulang ke rumah. Apakah ada sesuatu sayang?" sampai akhirnya pertanyaan dari Liana memecah keheningan yang tadi sempat menyelimuti keduanya.

"Tidak, Bunda. Azzam baik-baik saja, aku hanya menginap di rumah Rayan," balas Azzam dengan nada tenang.

Liana tersenyum tipis saat melihat raut wajah Azzam. Bayi kecil yang dulu ia rawat dan ia anggap sebagai anak kandungnya ini, rupanya sedang berbohong, dasar nakal!

"Bunda tahu, kamu berbohong anak nakal!" ucap Liana dengan nada gurauan.

"Bunda! Ishh... Iya Azzam bohong. Azzam... Tiga hari yang lalu dirawat di rumah sakit," lirih Azzam. Telak! Dia memang tidak bisa berbohong dengan Liana. Bundanya itu, pasti dapat melihat celah dari perkataannya.

"See? Kamu memang tidak bisa berbohong." Liana tersenyum kemenangan, "jadi, kamu melanggar apa yang tidak seharusnya kamu lakukan?"

Azzam menghela napas pelan, dalam hati meruntuki kebodohannya. Dia memang ceroboh, tetapi sudah terlanjur ketahuan. Mungkin lebih baik memang jujur saja. Bohong pun percuma.

"Azzam ikut olahraga, materinya lari jarak pendek dan aku ikut lari."

Sejujurnya darah Liana mendidih mendengar jawaban Azzam, tetapi tidak mungkin ia akan memarahi Azzam. Liana hanya menghela napas lelah sembari mengelus pelan rambut Azzam dengan tangan kanannya. Mendengar isakkan lirih dari Azzam, perlahan Liana merengkuh tubuh remaja laki-laki itu ke dalam pelukannya.

Kedua tangan Azzam meremat kuat baju bagian belakang milik Liana, seolah menyalurkan rasa sakit yang saat kini kembali menghantam dada dan tenggorokannya. Obat sialan! Percuma dia tadi susah payah menelannya, tidak berguna sama sekali! Tuhan... Apakah waktuku tinggal sebentar lagi di dunia?

"Zam? Are you okay?" tanya Liana dengan pelan, karena ia merasakan cengkeraman tangan Azzam semakin kuat meremat baju yang ia kenakan.

"No, I'm not okay Bun. I'm tired, Azzam pengin pulang."

Liana melepaskan pelukannya dari Azzam, kedua mata milik wanita itu menatap nyalang ke arah Azzam. Tatapan mata yang sebelumnya lembut, berubah menjadi datar dan penuh amarah. Itu... Bukan Liana, bukan bunda Azzam.

"Mau mati? Mau tinggalin saya dan orang-orang yang sayang sama kamu? Otak kamu di mana? Mati itu takdir! Tidak usah sok tahu kapan kamu akan mati."

Alina Veronica, alter ego Liana Zahira. Liana sudah memiliki alter ego yang dibentuk oleh kesadarannya sendiri sejak kecil. Bukan tanpa sebab, ia membentuk karakter lain dalam dirinya untuk suatu hal. Sebagai penyeimbang emosi dikala perasaan muak, kecewa, amarah, takut kehilangan sesuatu, dan takut ditinggal orang lain.

Sudah lama Alina tidak menghasutnya semenjak ia merawat Azzam dari umur Azzam waktu itu satu tahun lebih. Tetapi, karena ucapan yang terlontar dari mulut Azzam membuat Alina geram. Alina menyampaikan emosi amarahnya, membuat Liana mau tidak mau meledakkan emosi yang membakar dirinya. Liana kalut, emosinya terguncang.

"B-bunda Lina?" tanya Azzam dengan terbata, Azzam memang sudah mengetahui bahwa Liana mempunyai alter ego.

"Yes, baby. It's me, Alina," jawab wanita cantik itu dengan seringai di bibirnya.

"M-maaf, Azzam minta maaf," badan Azzam sedikit ketakutan melihat seringai itu, sisi lain Liana yang tidak diketahui orang lain, selain dirinya hanya Azzam yang mengetahui.
.
.
.

Bersambung...

Lama juga nggak up ya...

Sampai jumpa next chapter ~

Semangat dan jangan lupa bahagia!!!👋🏻💕

Noted: Jangan ditiru kata-kata kasar dalam cerita ini ya? Tolong buang yang negatif dan ambil yang dapat bermanfaat.

See you next time all♡´

Bye.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Diary AzzamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang