Valdya memang polos dan sedikit kurang peduli dengan sekitar, tapi bukan berarti dia bodoh mengenai perasaan. Rasa yang asing kemarin Valdya definisikan sebagai rasa kagum semata dengan tatapan bening nan hangat itu, tapi dia tak menyangka akan jadi sangat kepikiran sampai susah konsentrasi begini.
Layar iPad yang menunjukkan informasi tentang perkuliahan itu hanya Valdya tatap, dia memang membaca, tapi tidak menangkap isi yang dirinya baca. Sampai akhirnya Valdya kesal sendiri dan memutuskan untuk bangkit dari kasurnya dan keluar dari kamar. Tujuannya tentu saja adalah kamar Dion.
Dion yang sedang asyik dengan gitarnya di balkon kamar seketika terperanjat kaget saat Valdya tiba-tiba muncul dan mengisi kursi kosong di sampingnya. Beruntung tidak sampai mengenai gelas di meja, bisa-bisa malam itu rumah akan jadi ramai dengan omelan Anggun.
"Ketuk dulu dong, Dek!" tegur Dion sambil mengusap dadanya
"I did, tapi Abang nggak dengar" sahut Valdya
Dion menghela nafas berat sambil menyamankan posisinya lagi, jemarinya mulai memetik senar lagi seolah kedatangan sang adik bukanlah berarti apa-apa.
"Abang" panggil Valdya
"Hm" sahut Dion seadanya
"What's his name?"
Jemari Dion berhenti bergerak, kepalanya langsung menoleh ke sang adik sambil mengernyit.
"His? Who?"
"Teman Abang yang tadi ketemu di supermarket"
"Oh, si Gino. Kenapa?" jawab Dion santai
"Oh, dia kuliah jurusan apa?" tanya Valdya lagi
"Ilkom" jawab Dion sekenanya
"Oh" Valdya mengangguk-angguk
"Kenapa sih nanya-nanya?"
Valdya menggeleng sambil mengedikkan bahunya, "Just curious"
Dion tidak melepaskan tatapannya pada Valdya, tatapan penuh curiga dan keanehan. Pasalnya, setahu Dion, Valdya jarang sekali peduli dengan orang lain yang tidak dia kenal. Sejak kecil, saat Dion bercerita tentang teman-temannya pun Valdya tidak begitu tertarik. Kali ini tumben sekali.
"Kenapa melihat aku begitu?" tanya Valdya
"Kamu kenapa nanya-nanyain teman Abang? Biasanya juga nggak peduli" jawab Dion
"Kan aku cuma penasaran" balas Valdya membela diri
"Tetep aja aneh. Dia satu jurusan sama kamu nanti, tapi dia udah semester tujuh. Kamu jangan aneh-aneh ya sama dia!"
"Aku tidak aneh"
Dion melepaskan pandangan dari sang adik tatkala Valdya hanya menunjukkan tatapan polosnya. Valdya mungkin memang banyak takutnya, tapi bukan Valdya kalau terus betah dalam ketakutan. Dion sengaja mewanti-wanti sejak awal, karena dia benar-benar tidak mau terjadi hal yang tidak diinginkan, baik pada Valdya maupun pada sahabatnya Gino.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Light
FanfictionBagi siapapun yang mengandalkan tubuh untuk beraktivitas, pasti cedera menjadi mimpi buruk. Itu pula yang terjadi pada ballerina profesional bernama Valdya Evangelista, membuatnya terpaksa harus mengubur mimpinya dalam-dalam dan pulang ke negara kel...