09: unblocked

35 3 1
                                    

Meskipun hidup di atap yang sama, bukan berarti mereka bisa saling seenaknya dalam mengusik privasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meskipun hidup di atap yang sama, bukan berarti mereka bisa saling seenaknya dalam mengusik privasi. Mereka sadar akan kepentingan masing-masing yang berbeda, dan tidak terlalu penasaran satu sama lain adalah jalan ninjanya. Seperti pagi itu, Gino keluar kamarnya saat kontrakan sudah sepi atau bahkan masih sepi. Dia langsung menuju ke dapur untuk mengambil segelas air dan membasahi kerongkongannya.

Kebetulan waktu itu Gino jadi orang terakhir yang menikmati air dalam dispenser, karena setelahnya galon sudah habis. Inisiatif Gino langsung bergerak, dia berjalan ke arah teras sambil membawa galon kosong tadi. Niatnya akan membeli, tapi di saat yang tepat Dion barusan sampai di halaman kontrakan berboncengan dengan Keenan dan membawa galon yang baru.

"Morning, Tuan Muda" sapa Dion sambil menggotong galon baru itu turun dari motor

"Tumben lo pagi-pagi udah di sini" balas Gino sambil memicingkan mata

"Kelas pagi tadi gue sama Keenan. Sarapan nggak lo? Nyokap gue bawain nasi kuning tuh" ujar Dion

Gino memiringkan tubuhnya ke samping saat Dion akan lewat sambil mendorong galon yang berat itu, lantas disusul Keenan yang sudah selesai mengamankan motornya di teras kontrakan. Baru setelah itu, Gino menyusul keduanya masuk ke dalam.

"Kenapa galon kosongnya nggak dibawa sekalian sih?" tanya Gino sambil menaruh galon kosong kembali ke dapur

"Masih ada isinya tadi. Lagian udah langganan ini sama warung depan, bisa disusulin" balas Keenan

Gino tak ambil pusing lagi, membiarkan galon diurus kedua temannya. Dia langsung ke meja makan untuk melihat bungkusan yang sudah bertengger di atasnya. Benar-benar ada sekotak besar nasi kuning yang masih hangat, lalu ada lauk pelengkap di kotak terpisah. Nikmat sekali, mengenal Dion dan keluarganya benar-benar menjadi berkat tersendiri bagi Gino dan anak-anak kontrakan lainnya.

Namun, melihat semua kebaikan keluarga Dion itu membuat Gino sedikit terusik dengan sikapnya kemarin sore. Dia telah memblokir kontak Valdya sebelum sempat dia simpan atau dia balas lebih dulu pesannya. Jujur saja, Gino terganggu dengan sikap Valdya, tapi bagaimana bisa dia membalas kebaikan keluarga mereka dengan cara seperti itu?

"Nih, gue ambilin piring" ujar Keenan sambil meletakkan tiga tumpukan piring keramik di atas meja

"Dion duluan" balas Gino

"Halah, kayak sama siapa aja lo" sahut Dion yang barusan muncul dari dapur dan bergabung duduk di meja makan

"Lo belum sarapan?" tanya Gino mengganti topik

Dion menggeleng, "Kesiangan tadi, mana supirnya Adek gue mendadak kagak bisa anterin dia pula, aduh chaos deh tadi pagi"

Keenan tertawa pelan, terbayang di benaknya serumit apa suasana pagi tadi di rumah Dion. "Lagian kenapa deh Adek lo nggak dikasih naik mobil sendiri?"

"Dia masih harus bolak-balik rumah sakit seminggu sekali buat terapi, tiap kecapean dikit langsung kesakitan bahkan nggak bisa berdiri. Gimana keluarga gue mau biarin dia nyetir sendiri coba" balas Dion yang mulai membongkar kotak-kotak makanan yang dia bawa tadi dari rumah

Little LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang