MPLS hari pertama pun selesai, semua murid diperbolehkan untuk pulang, sedangkan anggota OSIS sedang berdiskusi apa saja yang esok akan dilakukan untuk para peserta MPLS.
"Yaudah, menurut gua sih gitu aja ya, karena udah mau Adzan, mending pada pulang." Suruh Ketua OSIS itu kepada para anggotanya.
"Woi, Fan!" Panggil seseorang dari belakang Nalfan sambil menepuk pundak Nalfan.
"Eh anjing, eh Astaghfirullah, ngapa Rik?" Latah Nalfan terkejut mendengar suara temannya yang sedikit berteriak.
"Eh bangsat! dimana anjingnya?!" Riko yang panik mencari cari dimana anjing yang Nalfan maksud.
"Elu anjingnya." Tunjuk Nalfan kepada Riko.
"Monyet."
"Jadi lu kenapa tadi manggil gua?" Tanya Nalfan kepada orang didepannya ini.
"Tadi lu pas jam pertama kemana, kok kaga ikut ngurusin anak anak yang lagi MPLS?"
"Tadi ada satu peserta telat, terus gua hukum dulu, abis itu baru gua balik ngurusin peserta yang lain." Jelas Nalfan.
"Woi, ayo buruan balik, panas nih."
"Pulang sana lu, kembaran lu udah ngereog gitu " Ujar Nalfan melihat kearah kembaran Riko yaitu Ribka.
"Yaudah, gua pulang duluan, iya Rib, macem nenek lampir lu, bacot bener." Riko pun menaiki motornya dan menyerahkan helm kepada Ribka.
"Sialan lu, anak Onsiel." Ribka menggeplak kepala Riko yang sudah terpakai dengan helm.
"Lah, kan lu juga monyet."
Nalfan yang melihat keributan duo R itu hanya menggelengkan kepalanya dan berjalan ketempat motornya parkir.
"Itu cewek tadi bukan sih? samperin kali ya." Gumam Nalfan saat melihat perempuan mirip dengan peserta MPLS yang telat tadi.
"Belum dijemput?" Tanya Nalfan kepada perempuan itu yang sibuk dengan handphone nya.
"Eh sialan!, eh maaf, Kak."
"Ini aku lagi mesen gojek." Sambung perempuan itu.
"Mau bareng aja? mataharinya lagi terik banget loh ini." Tawar Nalfan.
"Engga usah, Kak, gojek aku bentar lagi sam-"
"Hadeh, gausah ngeles, saya tau itu kamu belum dapet gojek kan?" Nalfan dan perempuan itu pun bertatapan, perempuan itu hanya cengengesan karena ia ketahuan jika sedang berbohong.
"Hehe.." Tawa kecil perempuan itu sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu.
"Udah ayo bareng saya aja." Tangan Nalfan terangkat untuk menarik tangan perempuan itu.
"Heh, Nachia! cepetan pake, kok malah bengong." Tegur Nalfan kepada Nachia yang bengong.
"eh iya maaf, Kak." Nachia pun mengambil helm yang ada ditangan Nalfan lalu memakainya.
"Itu helmnya dicetrekin dulu, kamu mau ntar helmnya terbang?"
"Aku ga bisa, Kak." Nalfan yang mendengar itu pun menatap kaget, masa iya ada orang yang engga bisa cetrekin helm? pikirannya.
"Yaudah, sini saya cetrekin." Nachia mendekatkan badannya, Nalfan langsung mencetrekan helm Nachia.
"Dah, cepetan naik."
Dengan tiba-tiba Nalfan langsung menggaskan motornya dengan kencang membuat Nachia terasa ingin melayang.
'Sialan, hampir aja nyawa gue melayang gara gara ini cowok.' Batin Nachia mencengkram erat seragam Nalfan.
"Rumah kamu dimana?" Tanya Nalfan menatap Nachia dari spion motor.
"Kepo amat sih, Kak."
"Lah, kan saya mau nganterin kamu." Malu banget gue, pikir Nachia, ia lupa jika kakak kelas nya ini ingin mengantarnya pulang.
"Eh iya ya, rumah aku dijalan Simarasa I." Jawab Nachia masih menahan malunya.
'Segang sama gua anjir.' Batin Nalfan saat mendengar jawaban Nachia.
"Nomor?"
"16"
'Lah, bukannya itu rumahnya si Tishan?' Batin Nalfan.
"Kamu ada hubungan keluarga sama Tishan?" Tanya Nalfan kepada Nachia yang sibuk memainkan handphone nya.
"Dia adik aku, kok kakak tau namanya Tishan?" Bingung Nachia karena Nalfan tahu nama adiknya.
"Dia sering ikut nongkrong saya sama anak anak yang lain kalo malming." Nalfan pun memberi tahu jika Tishan sering ikut ia dan teman temannya nongkrong, bahkan ia dan Tishan sudah sangat dekat.
'Dunia sempit amat dah, padahal gua sama Tishan udah sedeket itu, tapi gua gatau dia punya kakak cewek secantik ini anjir.' Batin Nalfan mengingat ia dan Tishan sudah sangat dekat sejak lama, ia juga sudah dekat dengan keluarganya, tetapi ia tidak tahu Tishan punya kakak perempuan dan ia kira Tishan anak tunggal.
"Loh? iya kah?" Kaget Nachia mengetahui kakak kelasnya ini ternyata berteman dengan adik nya sendiri.
"Saya gak pernah liat kamu sih kalo lagi main sama Tishan, saya kira Tishan anak tunggal."
"Aku emang jarang dirumah sih, Kak." Nachia memberi alasan kenapa ia tidak pernah terlihat oleh Nalfan saat adiknya sedang main bersama kakak kelasnya ini.
"Oh, pantesan." Setelah itu mereka tidak lanjut berbicara, karena kehabisan topik, Nalfan dan Nachia juga bukan orang yang bisa dengan cepat mendapat topik baru.
"Udah sampe, Na." Ujar Nalfan memberhentikan motornya didepan gerbang rumah Nachia.
"Makasih ya, Kak." Nachia turun dengan hati-hati karena takut terjatuh dari motor Nalfan yang tinggi serta dirinya yang memakai rok.
Nalfan saat melihat Nachia kesusahan turun dari motornya langsung memegang tangan Nachia agar tidak terjatuh.
'Sumpah ini cowok kok act of service banget si anjir.' Batin Nachia memegang erat tangan yang Nalfan ulurkan dan turun dari motor dengan selamat.
Nachia tidak sadar sedari tadi Nalfan menatap wajahnya yang sudah merah seperti kepiting rebus itu.
"Mukanya kok merah gitu, Na?" Bingung Nalfan melihat wajah Nachia yang merah.
"H-hah?!, engga kok, Kak." Nachia menutup pipinya dengan kedua telapak tangannya untuk menutupi wajahnya yang merah itu.
Nalfan yang menyadari Nachia sedang salah tingkah hanya tersenyum tipis lalu disusul dengan tawaan kecil.
"Yaudah, masuk sana, Na."
"Iya, Kak." Nachia membuka gerbang rumahnya lalu berlari kecil kedalam rumah.
Jantungnya berdetak dengan kencang karena kejadian tadi, mukanya semakin memanas, senyumannya tidak hilang dari wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adik Kelasku [Na2]
Romance[BXG] NCH : Kenal sama ketos ngeselin tapi alim banget! dan lumayan ganteng.. NFN : Kenal dekel yang jamet luar biasa! tapi cantik banget astaga! Masyaallah!