ZAYN
Hanya keheningan yang menyelimuti antara aku maupun George. Kami berdua duduk di bangku taman yang letaknya tak jauh dari rumah. Aku masih kaget dengan kejadian tadi—kejadian dimana George menangkap basah perlakuanku pada Zaylee tadi.
“Tadi itu sungguh tidak wajar, kurasa kau melakukannya bukan karena alasan bahwa kau adalah sepupunya. Kau melakukannya dengan alasan lain, yang entah apa maksudnya.”
Aku tertegun dengan ucapan George dan menegak ludahku susah payah. “Kau benar, George.”
Seketika, George menoleh padaku dengan alis yang nyaris bertaut. Bola matanya melebar tak percaya dan tersirat emosi di dalam sana.
“Kau sungguh tidak normal, Zayn.” jawab George sambil mengacak rambutnya frustasi.
“Aku mengaguminya sejak dia masih berumur tiga tahun. Sungguh, George, dia sangat cantik melebihi siapapun. Aku bahkan tak bisa menerima takdir kalau dia adalah sepupu, sedarahku sendiri. Dan aku—”
“Berhenti, Malik. Kau membuatku ingin muntah.”
Kontan, aku menghentikan ucapanku dan kembali menatap cakrawala nun jauh di sana.
“Kau tidak bisa terus-terusan begini. Zaylee pasti akan sangat terkejut dan frustasi jika mengetahui kalau sepupunya yang bahkan delapan tahun lebih tua darinya—mengaguminya sejak kecil. Zayn, carilah gadis yang bisa kau kencani atau mungkin bisa kau tiduri barang satu malam saja.”
Aku terkekeh dengan ucapannya tentang tiduri gadis manapun. Oh, aku bukan pria brengsek yang sembarang meniduri gadis.
“Tetap tidak bisa, hatiku sudah tertutup untuk gadis manapun.”
George mengacak rambutnya dengan frustasi kembali dan kini menatapku dalam-dalam.
“Lalu hal apa yang akan kau lakukan selanjutnya?”
Aku hanya menekuk bibirku ke bawah dan mengedikkan kedua bahuku. Sialan, aku bahkan tidak tahu apa yang akan kulakukan selanjutnya.
“Memacarinya? Menidurinya? Atau bahkan menikahinya?”
Aku menunduk dan merenungkan pertanyaan George barusan. Itu tidak akan pernah terjadi dalam hidupku maupun Zaylee—dan aku bertaruh Connor pasti akan memutilasiku. Tapi sungguh, perasaan yang terpendam selama sembilan tahun ini bukanlah perasaan yang dapat kuhilangkan dengan mudah. Namun, hal apa yang bisa kuharapkan?
“Jika kau butuh bantuanku untuk menghilangkan semua perasaan terlarangmu, aku bisa membantumu. Zayn, dia butuh kebebasan untuk menikmati masa remajanya dengan normal. Aku berharap kalau kau takkan melakukan hal bodoh yang dapat membuatnya depresi.” ucap George sambil menepuk bahuku pelan. Aku menatap wajah sahabatku itu dalam-dalam. Dia melemparkan senyumannya padaku.
“Aku tidak bisa, dan mungkin takkan pernah bisa.” jawabku lirih. Malik, kau seperti pecundang.
“Kau bisa, bro.”
*****
“Aku tidak mau duduk sebelahan dengannya!”
“Aku juga tidak mau!”
George menatapku dan menggelengkan kepalanya melihat pertengkaran kedua bocah ini sedari tadi. Sungguh, mereka bisa membuat kepalaku pecah.

KAMU SEDANG MEMBACA
He Is My Cousin
RomanceZayn sangat tergila-gila kepada sepupunya sendiri sehingga beberapa anggota keluarganya menganggap pria itu tidak normal. Hal itu menjadikan alasan para gadis untuk berhenti mengagumi Zayn dan menyayangkan kenyataan bahwa pria itu ternyata mencintai...