"Kevin!"
Sebenarnya percuma saja bagi George untuk memanggil adiknya yang gila game itu beribu kali pun. Kamarnya selalu terdengar sedang ada perang karena Kevin tidak pernah mau bermain game tanpa ada suara. Untungnya, George tidak pernah memberikan kunci kamar agar Kevin tidak bisa mengunci pintunya.
"Kev, hey!" panggilnya lagi setelah menghampiri Kevin yang sedang bergelut dengan dunia gamenya di xbox. "Astaga kamarmu seperti neraka," ucapnya setelah duduk di sebelah Kevin. George meraih sambungan kabel yang mana menjadi hal penting bagi Kevin. "Mau aku cabut dan semua game-mu tidak tersimpan atau dengarkan aku sebentar?"
Kevin mendelik jengkel pada kakaknya dan dengan sangat terpaksa memberhentikan aktivitasnya sejenak. "Kau punya waktu dua menit."
George mencubit lengan adiknya gemas karena dia tidak suka kebiasaannya yang selalu membatas waktu untuk berbicara. "Aku serius. Ini untuk kebaikanmu, kebaikan kita."
Kevin memutar bola matanya malas.
"Hey siapa yang mengajarkanmu untuk berbuat tidak sopan seperti itu padaku?" tanya George tidak terima karena adiknya baru saja memutar bola mata padanya.
"Dua puluh detik."
"Hitung saja sepuasmu," ucapnya jengkel. "Dengar, kau harus mencermati omonganku dengan baik, tidak boleh menyela sebelum aku selesai, tidak boleh berprasangka aku sudah gila karena ini semua benar-benar nyata."
Kevin tertawa kecil. "Go ahead, sir."
"Aku tidak mau kau dan Zaylee berteman."
Kevin sekarang tertawa cekikikan atas ucapan kakaknya. "Siapa yang mau berteman dengan anak manja itu?"
"Watch your words, Kevin. Ucapan burukmu bisa berbalik kenyataan."
"Oke, oke." jawab Kevin menahan tawa.
"Aku tidak mau kalau sampai telingaku mendengar bahwa kau menjalin hubungan spesial dengan Zaylee. Aku tidak pernah mau,"
Sementara George berbicara dengan serius dan tegas, Kevin malah menertawakannya dalam hati karena menurutnya, kakaknya ini terlalu over sampai berasumsi hal-hal yang menurutnya tidak mungkin terjadi.
Tapi dalam sisi berpikirnya yang lain, Kevin heran apa yang telah Zaylee perbuat sehingga kakaknya tidak memperbolehkan Kevin untuk berteman saja dengan Zaylee.
"Aku ingin adikku tidak peduli pada apapun. Termasuk pada gadis di sebelah rumahmu ini. Tidak apa-apa bersikap kejam untuk kebaikan dirimu sendiri,"
Kevin sekarang agak gelisah dan mulai bisa serius untuk mencerna kata-kata kakaknya.
"Tapi dia sepupu sahabatmu? Apa yang sudah dia perbuat?"
George memutar bola matanya kesal. "Apa aku sudah mengizinkanmu untuk berbicara?"
Kevin mendelik jengkel selagi berpikir apa isi kepala kakaknya itu sampai dia mengajari adiknya berbuat hal egois seperti itu.
"George, dengar. Aku... aku memang tidak suka pada gadis itu tapi aku tidak akan tega untuk membiarkannya kesusahan selagi aku masih bisa membantu."
Sebuah senyuman terulas dari bibir George karena dia cukup bangga setelah mengetahui ternyata adiknya tidak seberengsek yang dia pikirkan. Dia ingin mengatakan betapa dia bangga pada Kevin namun hal itu tidak dibutuhkan saat ini. Dia harus benar-benar mencuci otak Kevin agar hidupnya tidak diluputi kegelisahan.

KAMU SEDANG MEMBACA
He Is My Cousin
RomanceZayn sangat tergila-gila kepada sepupunya sendiri sehingga beberapa anggota keluarganya menganggap pria itu tidak normal. Hal itu menjadikan alasan para gadis untuk berhenti mengagumi Zayn dan menyayangkan kenyataan bahwa pria itu ternyata mencintai...