Seseorang hebat atau tidak bukan di tentukan oleh fisik maupun kemampuannya, tetapi seberapa besar orang itu berusaha. Itulah yang namanya hebat. Aku sedang berusaha menjadi seseorang yang seperti itu.
***
Prilly masih diam tak berkutik, mematung berjongkok memegangi obat yang mempertahankan nyawanya selama ini. Pandangannya nanar, kosong. Entah mengapa ketika Ali bertanya, dunianya seakan lenyap seketika.
Sementara itu, Ali yang duduk di atas memandang Prilly bingung. Sesekali matanya menoleh melihat botol obat berisi pil warna putih di genggaman Prilly.
Prill, lo sakit? tanya Ali dalam hati.
Prilly berdiri. Dengan langkah cepat ia memasukkan obat itu ke dalam tas secara asal, menutup resletingnya dan menyampirkan tas itu di bahu kanan.
Prilly berbalik. Tersenyum kikuk pada Ali. "Itu nasinya dihabisin ya, Li. Aku ke kelas dulu." Secepat mungkin Prilly melangkahkan kaki meninggalkan Ali.
Berbohong kepada Ali? Berbohong lagi mengenai keadaannya? Entah mengapa tiba-tiba Ia tidak sanggup. Sudah banyak orang yang menjadi korban kebohongannya. Justru orang orang yang sangat peduli dengannya. Untuk kali ini, Prilly memilih menghindar saja.
Tuhan ... tolong maafkan aku, lirih Prilly.
Sambil berjalan, Ia mendongak menatap nanar langit biru berawan. Setetes air mata mulai jatuh. Aku bahkan tidak tahu cepat atau lambat aku tidak akan memandang langit indah itu lagi ....
Sementara itu, Ali menatap nanar nasi goreng yang masih setengah habis di pangkuannya.
Nafsu makannya entah mengapa seolah berangsur hilang, digantikan rasa khawatir ... dan curiga.
Cewek itu.
Cewek yang bernama Prilly itu sangat aneh. Sikapnya bisa berubah-ubah, tak menentu. Ali semakin bingung. Apa yang disembunyikan Prilly sebenarnya? Apakah segitu pentingnya obat tersebut sampai Prilly menghindari pertanyaan Ali.
Kepalanya menunduk menatap nasi goreng itu, lagi. Perlahan Ia menyuapkan nasi sesendok demi sesendok ke mulutnya. Ia harus menghabiskan nasi goreng ini. Harus, seperti yang dikatakan Prilly beberapa waktu lalu.
Itu nasinya di habisin ya, Li ....
Perkataan gadis itu, entah mungkin sudah lebih dari tiga kali muncul di otaknya. Perkataan yang penuh dengan nada terluka.
***
"Selamat pagi," ucap Bu Siwi saat masuk ke kelas 11 IPA-2.
"Pagi, Ma'am." Semua anak membeo.
Guru itu mulai menjelaskan materi biologinya. Semua anak mmperhetikan dengan seksama ... kecuali Prilly.
Sudah berkali-kali ia menengok ke arah pintu kelas yang tertutup rapat. Tidak ada tanda-tanda seseorang akan masuk. Hampir sepuluh menit jam pelajaran berlangsung, Ali belum ke kelas.
Prilly menengok Bu Siwi dan pintu kelas secara bergantian. Berharap Ali segera kembali. Prilly bersyukur dalam hati. Bukan apa-apa. Bu Siwi adalah guru tersabar dari semua guru yang mengajar di kelasnya. Namun, Bu Siwi justru disegani karena kesabaran dan kedisiplinannya. Prilly tersenyum. Semoga saja Ali tidak mendapat teguran macam-macam nanti.
Brak!!
Semua mata menuju ke arah pintu, termasuk Bu Siwi yang sebelumnya menulis penjelasan materi di papan tulis.
Ali.
Dia mulai berjalan ke mejanya. Ketika melewati meja Prilly yang notabene di depan, Ali meletakkan wadah Doraemon berwarna biru di atas meja Prilly begitu saja.
"Thanks," ucap Ali kemudian berlalu menuju mejanya sendiri.
Prilly tersenyum simpul sembari meletakkan wadah itu di kolong meja. Rasa bahagianya membuncah, sepertinya Ali telah menghabiskannya tanpa sisa. Walaupun Ali mengatakan terimakasih dengan nada yang cenderung dingin dan ketus, Prilly senang. Setidaknya nasi goreng buatannya ludes. Buktinya wadah tersebut enteng.
"Ali? Apa kamu tidak bisa mengetuk pintu dulu sebelum masuk kelas dan tidak membiarkannya terbuka seperti itu?" tegur Bu Siwi agak keras.
Ali diam tak bergeming. Ia menyibukkan diri dengan buku-buku biologinya.
Bu Siwi menghela napas, memilih untuk mengabaikan perilaku Ali yang sebenarnya guru manapun hapal. Ali terkenal seenaknya sendiri di kelas. "Baiklah, kerjakan halaman 105 paket. Sebelumnya kalian harus mencatat apa yang Ibu tulis di papan tulis. Mengerti?"
"Mengerti, Ma'am," jawab semua anak serentak, selain Ali dan Prilly yang sibuk dengan pikirannya masing-masing.
"Saya permisi dulu, ada urusan sebentar. Nanti saya kembali lagi," ucap Bu Siwi meninggalkan kelas kemudian menutup pintunya.
Prilly masih diam tak bergeming sampai ....
"Hey! Lo kenapa sih, Prill? Dari tadi diem aja," tegur sahabatnya, Mila.
Prilly menoleh. "Ah ... nggak. Nggak papa."
"Pusing lo nggak kambuh lagi, kan?" Mila mengering mengamati wajah Prilly seksama. Masih sedikit pucat seperti biasanya walaupun Mila tahu sebenarnya sudah ada lip balm berwarna yang menyamarkan pucat itu.
Diam-diam Prilly menyesal. Bahkan Mila, sahabatnya dari SMP sama sekali tidak tau tentang penyakitnya. Yang Mila tahu, Prilly sering pusing. Itu saja, tidak lebih.
Bahkan Mila sangat peduli padaku dan aku membohonginya? Tuhan ... maafkan aku ..., batin Prilly miris.
Prilly tersenyum. "Enggak kok, Mil."
Mila hanya manggut-manggut kemudian melanjutkan menulis catatannya. Prilly pun begitu. Ia hanya ingin hari ini baik-baik saja.
Sementara itu, di meja paling belakang ....
Sesekali Ali menatap ke arah punggung Prilly. Ia merasakan ada hal janggal.
Pertama, tentang obat itu.
Kedua, tentang Prilly yang menghindari pertanyaannya. Dia kenapa?
Ketiga, tentang perkataan Mila jika Prilly sering pusing. Ya. Ali sempat mendengar sedikit tadi.
Ke empat, Ia merasa sangat familiar dengan obat itu.
Ali merasa sudah bertahu-tahun menjumpai adanya obat itu. Namun, dia tidak ingat obat apa itu sebenarnya.
Ali menghembuskan napas kasar. Sejak kapan lo peduli sama cewek? Lo gila, Li ... lo gila.
Ali membatin jengkel, menepis rasa penasarannya sendiri.
-----------------------------------
Hallo readers ku tersayang... :* :*Thanks a lot for 434 readers, 69 votes, and 17 comment!!
Gimana kelanjutan kisah mereka? Kira kira, kenapa si ganteng Bang Aliando Fernanda Syarief merasa sangat familiar dengan obat itu?
Dont miss for the next part. Karena jawaban dari setiap pertanyaan ada di part selanjutnya.
Thanks readers sayang.. jangan lupa pencet gambar bintang buat vote ya.. jangan lupa loh.. udah aku kasih audio. Siapa tau dapet feel nya..
;)
Makasih.. :* :* :*
****
Itulah, readers. Dulu cerita ini di publish pas masih jaman-jamannya wattpad bisa konek SoundCloud. Jadi, setiap cerita itu kayak ada soundtrack-nya sendiri. Ada yang inget kah?
Dulu, setiap part di cerita ini aku kasih melody piano yang tentunya sangat mendukung betapa sedih dan miris Alive ini. Huhu. Sekarang udah nggak bisa lagi, karena wattpad sudah tidak bekerja sama dengan SoundCloud mulai November 2016. Sedih banget sih sebenernya.
Oiya, tentang cerita ini, gimana menurut kalian? Untuk part ini hampir nggak ada perubahan. Masih nge feel apa enggak ya? Tolong komentarnya dong 😉 Author usahakan jawab setiap komen dari kalian.
-radiata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alive : Hidupku Untukmu
Fanfiction"Aku hanya ingin kau tahu, sangat besar keinginanku untuk hidup terus denganmu. Walau aku telah menyadari, keinginan itu mustahil untuk dikabulkan. Bahkan untuk 1% saja jika Tuhan menghendakinya, aku berharap semoga itu menjadi nyata." - Prilly Cant...