6 | Realita

8K 832 12
                                    

"LO!! NGAPAIN LO KESINI?!!"

Kevin membentak gadis di depannya. Tajam Kevin memandang gadis yang telah menghancurkan hatinya, serta harapan adiknya untuk sembuh hanya karena seorang laki-laki lain.

Mata Kevin berapi-api. Giginya mengerat. Sumpah! Demi apapun Ia sangat membenci gadis busuk di depannya ini. Bahkan lebih busuk dari bangkai hewan sekalipun!

"Mendingan lo pergi dari sini! Nggak sudi gue ngelihat tampang kotor lo itu!" Kevin menunjuk-nunjuk muka cewek itu.

Ketika Kevin akan menutup pintunya, dengan cepat gadis itu menahannya. Wajahnya sudah banjir air mata sekarang.

"Kevin! Aku mau ngomong sama kamu!" sentaknya. Suaranya bergetar hebat menahan tangis.

Kevin tertawa sumbang. "Lo mau jelasin apalagi, HAH!! Semua udah jelas, bahkan SANGAT JELAS!! Udahlah, Ren. Jangan ganggu hidup gue sama adek gue lagi," ucap Kevin terdengar sangat menyakitkan. "Dan satu lagi! Nggak usah pakek Aku-kamu. Jijik gue sama lo!"

"Kevin, dengerin aku dulu ...."

"Dengerin apa, hah?! Udah jelas Ren, udah jelas banget. Nggak usah lagi lo tambah beban di hidup gue."

"Please ... aku mohon sama kamu." Gadis itu mulai terisak hebat. Sementara Kevin, justru tersenyum sinis melihatnya. Hatinya sudah sekeras batu sekarang.

Kevin tertawa sinis. "Apa?! Lo tadi bilang apa?!" sentak Kevin. "Seorang RENA DIRGA SUCIPTO mohon mohon sama gue?! Dimana harga diri lo? Nggak cukup lo dulu bilang gue terlalu rendah buat deket-deket sama lo!"

"Ya! Aku udah nggak punya harga diri lagi dan semua itu gara-gara kamu!"

"Masih berani nyalahin gue ternyata."

"Please ..., Kev maafin aku. Aku perlu jelasin semuanya."

Kevin diam tak bergeming. Hatinya bimbang. Walaupun Rena pernah menyakitinya, tak bisa dipungkiri, Rena juga sempat menjadi belahan jiwanya, walaupun itu sudah sangat lama.

Sementara itu ....

"Perumahan Flamboyan Permai, Blok C no. 26." Bunyi bibir Mila lirih sambil membaca pesan LINE dari Prilly, sahabatnya.

Di sinilah Mila berdiri. Di depan pagar besar setinggi 2 meter berwarna hitam yang tertutup rapat. Mila melongo. Bahkan Ia tidak bisa membayangkan bagaimana besar rumah Prilly.

Mila menghampiri pos satpam di depan.

"Permisi, Pak ...."

"Ada apa ya Neng? Panggil bapak pak Jarwo," kata Bapak berkumis tebal beranjak dari duduknya dan menghampiri Mila.

Mila tersenyum. "Ini benar rumahnya Prilly Cantika Latuconsina?" Mila sengaja menyebutkan nama lengkap Prilly, takut salah alamat.

"Wah, bener neng. Ini rumahnya neng Prilly. Neng siapanya ya?" kata Pak Jarwo antusias.

"Saya temannya, Pak."

"Mari-mari saya bukakan gerbangnya." Pak Jarwo pun membukakan gerbangnya.

"Terimakasih, Pak," kata Mila kemudian berjalan masuk ke rumah besar dan mewah bergaya yunani itu.

Mila melongo untuk kesekian kalinya. Bahkan rumah Prilly jauh lebih besar dari rumahnya. Memang orang tua Mila juga bisa dibilang mampu dan kaya, namun dilihat dari Rumah, orang tua Prilly terlihat jauh melebihi itu.

Mila juga melihat mobil Sport putih milik Kak Kevin terparkir di halaman.

Pandangan Mila terfokus pada dua orang di depan pintu. Kak Kevin dan ... entah Mila tidak tahu perempuan itu siapa. Terlihat sekali kalau mereka terlibat debat yang Mila tidak tahu.

Mila mendekati mereka. Dia merasa bahwa dua orang itu belum menyadari kehadirannya.

"Please Kev, maafin aku," kata Gadis itu.

"Lo udah gue bilang kalau—"

"Hai Kak Kevin," sapa Mila sambil tersenyum.

Dua orang itu sontak menoleh ke arah Mila. Raut wajah Kevin berubah saat melihat sahabat Prilly itu, mendadak menjadi sumringah.

"Eh ... lo Mila ya? Udah dateng," sapa Kevin tak kalah ramah. Sementara Rena hanya diam melihat percakapan mereka berdua. Menteka air matanya cepat.

Mila yang melihat itu pura-pura tidak tahu. "Iya, Kak. Prilly nya ada?" tanya Mila.

"Prilly-nya ada kok. Dia di kamar. Lo masuk aja dulu, nanti ada tangga lo naik. Pintu kamar Prilly ada gambar doraemonnya. Masuk aja, kamarnya nggak di kunci," jelas Kevin menyingkir mempersilahkan Mila masuk karena dari tadi dia ada di tengah tengah pintu.

"Mila masuk dulu, Kak. Makasih," kata Mila tersenyum.

"Maaf nggak bisa nemenin lo di dalem. Gue masih ada urusan," kata Kevin pada mila.

Mila tersenyum kemudian masuk rumah, mengikuti instruksi Kevin.

----

Tok tok tok!!!

Mila mengetuk pintu kamar Prilly tidak ada jawaban. Akhirnya dia terpaksa membuka pintunya.

Mila melihat Prilly tertidur. Tanpa sadar, mila tersenyum. Ia baru pertama kali melihat wajah Prilly sedamai ini seperti tanpa beban ketika tertidur. Melihat sahabatnya begitu, Ia merasa bebannya terangkat begitu saja.

Ia berjalan, kemudian duduk di samping ranjang Prilly. Tangannya mengelus pipi Prilly pelan.

"Hmm ... Mila?" Prilly mengeluarkan suara khas orang bangun tidur. Ia berusaha duduk.

Mila tersenyum. "Sorry ... lo jadi bangun deh."

"Nggak papa kali, Mil. Udah waktunya bangun juga. Aku ke kamar mandi dulu ya ... cuci muka," kata Prilly kemudian berjalan ke kamar mandi.

"Gue seneng, Prill. Akhirnya setelah bertahun tahun lo ngajak gue ke rumah lo. Rumah lo bagus tau nggak," ucap Mila setelah melihat Prilly keluar dari kamar mandi.

"Biasa aja kali, Mil. Walaupun ini rumah gede, tapi sepi. Nggak kayak rumah kamu. Kamu kan punya adek, rame jadinya. Kamu juga punya ibu, yang bisa masakin kamu tiap hari," kata Prilly.

Mila terdiam mendengar ucapan Prilly. Ia lupa jika Ibu prilly sudah meninggal.

"Sstt ... udah. Kenapa hadi bahas rumah sih?" kata Mila kemudian disusul tawanya.

Mau tidak mau Prilly tersenyum. "Eh. Aku ada camilan nih. Bentar aku ambil dulu." Prilly kemudian mengambil setoples kue nastar di nakas.

Akhirnya mereka berdua sama-sama duduk bersila di karpet doraemon Prilly. Bercerita tentang apapun alias ngrumpi sampai ....

"Aku mau cerita sama kamu," kata Prilly akhirnya.

"O iya? Apa-apa?" kata Mila antusias. Mila mrmasukkan satu nastar ke mulut dengan pandangan berbinar.

"Janji ... habis ini jangan kaget ataupun sedih ya," kata Prilly.

Mila mengangguk.

Prilly menarik nafas dalam-dalam. "Mila, sebenarnya ... aku sakit."

Tubuh Mila menegang. Perasaannya berubah tidak enak.

"Aku sakit Leukimia. Dan sekarang sudah masuk stadium 2. Hidupku... tidak akan lama lagi," lanjut Prilly berusaha tegar. Air mata mulai keluar dari mata indahnya.

Ples.

Dunia Mila seakan runtuh saat itu juga. Prilly ... sang matahari sekolah yang selalu ceria itu sakit? Mila hanya bisa mematung, melihat Prilly yang mulai terisak.

***

Yeay! Sabtu update!
Part ini dibuat singkat dulu, insyaallah lanjutannya bakalan panjang 😊

-radiata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 30, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Alive : Hidupku UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang