ep.04

301 40 4
                                    

Hari ini suasana hati Harlin begitu berbunga-bunga, walaupun dia tetap malu jika berhadapan dengan Jeno. Tidak apa-apa, ini akan berlalu nanti. Bosan di rumah terus, Harlin memutuskan untuk pergi berbelanja ke supermarket sendirian, berbekal informasi dari Jeno tadi pagi. Harlin pergi naik taksi meminimalisir agar tidak tersesat.

Di sebelah tangannya ponsel menyala memperlihatkan bahan-bahan masakan yang akan di coba Harlin untuk makan malam nanti. Puas dia melihat Jeno begitu lahap makan kemarin malam. Kegiatan Harlin terganggu kala wajah seseorang tiba-tiba muncul dihadapannya.

Kaget, tentu saja. Wajah tak terlalu asing ini membuat alis Harlin menyerengit. Otaknya seperti sudah memerintahkan dirinya untuk memakin seorang pria yang sok akrab dan sok kegantengan ini.

"Kenapa kamu tidak membalas dan menjawab telpon ku kemarin? Padahal aku kangen banget sama kamu."

"Oh, aku sibuk." Balas Harlin tak minat.

"Beneran sibuk apa sibuk dengan pria itu?"

"Pria siapa yang kau maksud?"

"Siapa lagi kalau bukan yang tinggal denganmu."

"Terus urusannya dengan kau apa? Dia kan suami saya." Heran juga Harlin dengan pria ini.

"Apa-apaan! Kita sudah akan tunangan, jangan sebut-sebut dia suami lagi!" Pria itu menaikkan nada suaranya karena tidak terima.

"Sebelum bicara coba kau ngaca dulu sana, sudah merasa hebat sekali berbicara begitu. Kau tidak punya hak atas saya."

"Kita sudah sepakat ya Harlin, jangan main-main." Geram pria itu dengan ekspresi yang tak lagi ramah.

Harlin yang merasa tak terintimidasi pun balik menatap. Sudut bibirnya tertarik siap memberikan perlawanan.

"Apa Anda malu mau mengganggu istri orang?! Sudah saya katakan, saya punya suami, jadi berhenti mengikuti saya! Anda terlihat menakutkan asal Anda tahu!" Pekik Harlin lantang. Gerak-geriknya pun memperlihatkan kalau dia tengah marah sekaligus ketakutan.

Apa akibatnya, jelas saja orang-orang yang berada di supermarket itu mendatangi sumber suara.

"Ada apa ini?" Pegawai wanita di sana menghampiri Harlin.

"Pria ini selalu mengikuti saya, memaksa saya untuk menikah dengannya, padahal saya sudah katakan kalau saya sudah menikah. Menakutkan sekali." Jelas Harlin dengan suaranya yang terdengar serak seperti orang akan menangis.

"Jangan begitu dong, Pak. Banyak perempuan lain, jangan mengganggu istri orang. Ini sudah masuk ranah kejahatan." Kata salah seorang pengunjung supermarket.

"Betul itu. Kalau dilaporkan Anda bisa kena pidana." Yang lain ikut berbicara.

Takut semakin terpojok pria itu memutuskan untuk segera pergi dari sana. Bisa gawat kalau dia di viral kan, bisa-bisa nama baiknya tercoreng.

Melihat pria itu buru-buru pergi, dalam hati Harlin berseru senang. Setidaknya hari ini dia bisa lepas dari pria yang tidak mau dia kenal.

"Sebaiknya Mbak minta jemput suaminya saja, jangan pulang sendirian, bahaya kalau saja pria tadi masih mengincar."

"Iya benar itu, lebih baik jaga-jaga."

"Saya memang sudah berencana minta jemput saja. Terima kasih semuanya sudah datang membantu saya." Ucap Harlin setulus hatinya.

"Jangan sungkan, kita memang perlu saling tolong menolong."

Setelah ditinggal sendiri Harlin langsung menelpon Jeno. Tidak berekspetasi lebih kalau ternyata langsung diangkat.

Cegil, it's me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang