part 3

99 7 1
                                    

[FOLLOW SEBELUM MEMBACA]

PASTIKAN KALIAN VOTE DAN KOMEN!!!

PASTIKAN KALIAN VOTE DAN KOMEN!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°
°
°
°
°

Giffari sudah sampai di depan mansion yang mewah dengan warna silver, ia membuka pintu lalu masuk ke dalam mansion dan bertemu dengan adik kesayangannya, zea.

"Tumben abang pulang cepat, ada apa?" tanya zea kepada abangnya.

"Kamu jangan kemana-mana ya, abang mau pergi lagi," pinta giffari.

"Tapi abang baru sampai," zea memeluk giffari erat, menunjukkan rasa sayangnya.

Tiba-tiba, sosok seorang laki-laki dengan suara tegas muncul, "Kamu mau kemana lagi?" suara tersebut jelas dikenali oleh giffari.

Keduanya menoleh ke arah suara itu, "Papa," Ucap giffari.

Zea melepaskan pelukannya, dan giffari mendekati papanya dengan rasa ketakutan, tubuhnya berkeringat.

"G-giffari mau izin pergi lagi, pa," ucap giffari dengan suaranya yang gemetar.

"Ga ada izin, kamu harus bantu papa dulu" tegas sang papa.

"Tapi, giffari punya urusan penting, giffari harus buru-buru pa" giffari berusaha menjelaskan sambil menuju pintu keluar, menunjukkan ketidaksetujuannya terhadap permintaan sang papa.

"GIFFARI!" sang papa menarik tangan giffari dan menamparnya, tentu giffari terkejut dengan tindakan sang papa.

Giffari tersenyum miring, "Kanan aja yang ditampar, kiri juga boleh, ini pipi kiri giffari, pah. silakan tampar," sambil menunjukkan pipi kirinya dengan jari telunjuknya.

Sang papa menatap giffari dengan ekspresi campur aduk antara kejutan dan kebingungan. rasa takut dan tegang terasa menghiasi ruangan saat itu.

Giffari dengan tatapan tajam, menatap papanya sambil tetap tersenyum miring. dia merasa sudah cukup dengan perlakuan kasar sang papa dan ingin menegaskan batasnya.

"Papa, giffari udah dewasa dan punya hak untuk menjalani kehidupannya sendiri," ucap giffari dengan suara mantap.

Sang papa terdiam sejenak, seolah merenungkan kata-kata yang baru saja didengarnya. suasana hening terasa begitu mencekam.

Zea yang selama ini hanya menjadi penonton dalam pertikaian antara abangnya dan papanya, akhirnya angkat bicara, "Pah udah pah, lagian juga abang udah dewasa bukan anak kecil lagi."

Saat itu, suasana ruangan mulai memanas dengan emosi yang berkecamuk di antara mereka. tapi di tengah kekacauan itu, ada benang merah yang mengikat hati mereka sebagai keluarga.

Giffari melangkah ke arah pintu, menatap papanya sekali lagi sebelum mengucapkan kata terakhir, "Giffari akan pergi, tapi giffari akan selalu pulang ke rumah ini. karna inilah rumah giffari, tempat di mana hati giffari berada."

“Ga usah balik kerumah ini lagi, kamu anak pembawa sial” Ucap sang papa.

Zea berlari mengejar giffari “Abang, jangan tinggalin zea disini” ucap zea dengan wajah sedihnya.

Giffari mengusap air mata mata zea dengan tangannya sendiri “Zea jangan nangis, abang gapapa kok."

Giffari tentu peka dengan perasaan adeknya ini “Zea disini dulu yaa, nanti abang pulang bawain makanan kesukaan zea, mau? Giffari bujuk zea agar zea tidak menangis.

Zea hanya menganggguk lalu zea memeluk abangnya itu “Iya zea mau, tapi abang balik kerumah ini lagi yaa”.

Giffari membalas pelukannya dan giffari tidak menyadari ia menangis dengan air mata yang sudah turun “Iyaa zeaaaa, abang bakal balik kerumah ini lagi demi kamu."

Giffari melepaskan pelukannya dan tangannya mengelus kepala adeknya dengan lembut.

“Abang pergi dulu yaa, zea” ucap giffari sambil  melambaikan tangan kepada adeknya itu.

Dengan langkah mantap, giffari melangkah keluar dari mansion, meninggalkan keheningan yang mencekam di ruangan itu. langit malam yang gelap menjadi saksi bisu dari pertarungan batin yang dialami oleh keluarga itu.

















dikomen dong kawan jngn diem' bae

TBC.

GIFFARI ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang