part 6

60 9 0
                                    

[FOLLOW SEBELUM MEMBACA]

PASTIKAN KALIAN VOTE DAN KOMEN!!!

PASTIKAN KALIAN VOTE DAN KOMEN!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°
°
°
°
°

"Lo mau tau konsekuensinya apa?" giffari mendekat lagi, menempelkan wajahnya ke telinga alena. Napasnya terasa panas dan bau alkohol yang menyengat.

"Lo bakal gue perkosa disini dan lo bakal hamil anak gue, terus nanti gue tinggal deh. Gampang kan?"

Giffari mengeluarkan ponselnya dan menekan tombol hijau.

"Gue giffari dan gue butuh bantuan lo, cepetan lo kesini ada urusan penting." Ia menutup telpon dan kembali menatap alena dengan tatapan dingin.

"Gue udah males ngurusin lo dan sekarang gue punya orang yang lebih jago buat ngurusin lo."

Alena mengerutkan kening, ia gatau siapa orang yang tadi giffari telpon. Ia hanya merasakan hawa dingin yang semakin menusuk tulang, membuat bulu kuduknya berdiri tegak. Ia merasakan ketakutan yang semakin dalam, ketakutan yang ga hanya berasal dari giffari tapi juga dari sosok misterius orang yang tadi di ajak ngobrol lewat ponsel.

“Lu nelpon siapa?” ucap alena dengan wajah ketakutannya.

Giffari tersenyum sinis. "Lo tunggu aja nanti lo juga bakal tau siapa orangnya."

Giffari berbalik dan berjalan menuju kursi yang ada di depannya, ia duduk dan menyaksikan semuanya dengan senang hati.

Saat itu, langkah kaki terdengar mendekat dari ujung lorong dan membuka pintu ruangan tersebut dengan keras. Alena menoleh dan melihat arga berjalan dengan langkah cepat, raut wajahnya dingin dan penuh amarah.

"Arga?" gumam alena dengan matanya yang terbelalak.

Giffari tersenyum puas. "Kenapa len, kaget?"

Alena terdiam, matanya berkaca-kaca. Dia masih merasakan ketakutan yang menusuk tulang, tapi kali ini ada setitik harapan yang muncul di hatinya. Melihat arga datang,  seolah ada secerah cahaya di tengah kegelapan.

"Arga..." ucap alena pelan, suaranya bergetar.  "lu kenapa ada disini?"

Arga langsung menghampiri alena, matanya tajam menatap giffari. "Lo ngapain disini?" Suaranya dingin, menunjukkan amarah yang terpendam.

Giffari terkekeh, senyumnya semakin lebar.  "Eh ada arga, ngapain ga kesini? kangen sama alena yaa atau lo suka sama alena? tapi sayang ga, dia udah gue nikmatin, lo datangnya telat sih."

Arga mengepalkan tangannya dan menatap tajam ke arah giffari, lalu ia matanya kembali lagi tertuju kepada alena.  "Len, lu gapapa kan?"

Alena menggeleng pelan, "Gua takut, arga" Dia menunjuk ke arah giffari, "Dia...  dia mau melecehkan gua."

Andre mencibir dengan mulut pedasnya. "Basi. Gua akan kasih tau semuanya yaa, gua akan kasih tau kebenarannya, kejelekannya, kebusukannya lu yang orang-orang ga tau."

Rachel menutup mulutnya dengan tangannya sendiri "Diem ndre, lo bisa koit sama bos kalo lo ikut campur."

"Hmphhh, lepasin tangan lo yang busuk itu" ucap andre dengan suara yang sangat berisik.

"Diam!" giffari tiba-tiba membentak, membuat semuanya terdiam.

Arga maju selangkah, "Lu mau melecehkan alena?” sampe lu berani nyentuh alena abis lu di tangan gua."

Giffari berdiri menatap arga dengan tatapan menantang. "Lo pikir lo siapa? lo ga berhak ngatur gue!"

"Gua ga peduli gua siapa. Gua bakal ngelindungi alena dan lu harus minggir dari dia!" arga berteriak, suaranya bergetar karna amarah.

"Oh, jadi lo mau ngelindungi alena?  gampang, lo kalahin gue dulu." 

Alena menjerit, "Arga! jangan!"

Arga tidak gentar, "Gua bakal hancurin lu!"

"Oke. Kita liat siapa yang bakal menang!"  giffari mendekat, matanya menyala dengan amarah.

Alena hanya bisa terdiam, menyaksikan pertarungan yang akan terjadi. Dia berharap arga bisa menang, dia berharap arga bisa melindunginya. Tapi di dalam hatinya, dia merasakan ketakutan yang semakin besar. Dia takut arga akan terluka, dia takut arga akan kalah.

"Arga...  tolong...  hati-hati..."  teriak alena pelan, air matanya mengalir deras.



























jangan emosi plis, hehe
next time kita lanjutt

TBC.

GIFFARI ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang