Bab 1: Kebosanan yang Memuakkan

24 6 0
                                    

Suara langkah kaki berirama, terdengar nyaring dari lapangan basket SMA Harapan Bangsa. Dua puluh orang, baik laki-laki maupun perempuan sedang bermandikan keringat. Melaksanakan formasi-formasi yang telah dibuat dan dipikirkan bersama. Suara lantang seorang danton menjadi petunjuk dua puluh orang tersebut. Mereka rela berlatih keras, meninggalkan kegiatan belajar dan mendedikasikan tenaga yang ada untuk melakukan formasi yang dirasa cukup untuk memenangkan lomba Paskibraka kota.

Di antara mereka semua, terdapat perempuan yang kontras dengan siswa-siswi lainnya. Ia yang bermandikan keringat paling banyak, membuat kulitnya mengkilap karena banyaknya keringat. Dengan napas yang tidak terlalu teratur, ia menyamakan langkah dan gerakannya dengan anggota Paskibraka yang lain. Wajahnya menampilkan raut muak. Perempuan itu ialah Anika Angelina Sagara.

“Baik! Kalian semua sudah bekerja keras! Kita break setengah jam!” ujar kakak kelas 12 yang menjabat sebagai ketua organisasi Paskibraka di SMA Harapan Bangsa.

Semua anggota Paskibraka yang mengikuti lomba secara kompak menepi dari lapangan dan mencari tempat yang teduh. Detik berikutnya, botol-botol mineral disambar dan diteguk dengan tidak sabar. Sembari mereka beristirahat, Sang Ketua Paskibraka berdiri di hadapan dua puluh orang dan memberikan dua jempolnya.

“Kalian, saya yakin pasti bisa memenangkan lomba Paskibraka kota ini. Yang kalian butuhkan adalah latihan yang keras dan menjaga kekompakan antar anggota,” ujar Sang Ketua dengan senyum yang terus terpancar.

“Siap, Kak Bayu!”

Setelah diijinkan meninggalkan lapangan, Anika—perempuan yang menampilkan raut muak sepanjang latihan—melangkah menuju kelasnya X-9. Tak butuh waktu lama untuk sampai di kelasnya, sebab sangat dekat dengan lapangan basket.

Bersamaan dengan Anika yang hendak masuk kelas, keluarlah para siswa-siswi yang perutnya sudah kerongkongan. Memaksa Anika untuk menyingkir sejenak dari pintu kelas.

“Loh? Anika? Ngapain di depan kelas gitu?” tanya Ian(dibaca Iyan)—siswa yang menjadi teman sebangkunya selama dua bulan ini.

“Hmmm, aku capek banget, Yan,” ujar Anika sembari melangkah ke kursinya.

“Mau nitip sesuatu di kantin?” tanya Ian sekali lagi.

“Enggak, aku bawa bekal.”

“Oke,” balas Ian.

Kini hanya tersisa Anika dan beberapa siswa lainnya di kelas. Perempuan itu menyandarkan kepalanya di atas meja. Hanya ada dua kata yang saat ini bersarang di kepalanya. Lelah dan Bosan. Tak pernah terpikirkan olehnya jika kehidupan sekolahnya akan diisi dengan kegiatan Paskibraka. Perempuan itu hanya iseng saat mengikuti organisasi Paskibraka.

Ada rasa sesal saat ia masuk ke organisasi yang dibanggakan oleh SMA Harapan Bangsa itu, kegiatan yang dilakukan hanyalah latihan dan latihan, yang sangat membosankan. Anika merasa bisa gila jika ia bosan setengah mati.

“Arghh!” teriak Anika.

“Kenapa sih?” tanya Amber—teman seorganisasi Paskibraka yang tidak diikutsertakan dalam lomba kota.

“Ah ... aku jadi iri sama kamu, Amber. Kamu nggak ikut latihan yang bikin bosen dan lelah itu. Masa tiap hari latihan? Bisa gila lama-lama,” keluh Anika.

“Aku udah bilang ‘kan dari awal, nggak usah terima tawaran lomba itu. Udah pasti capek, bosen, muak, aduh ... campur aduk jadi satu,” balas Amber.

“Haaa ... aku nyesel ....”

“Udah nggak usah ngeluh, mending makan. Istirahatnya cuma setengah jam kan?” tanya Amber.

If You Have Crush On Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang