Bab 2: Kakak Kelas yang Aneh

10 4 0
                                    

Anika duduk di hadapan Kak Bayu yang sedang memberikan pidato penyemangat, perempuan itu memaksa dirinya sendiri untuk mendengarkan pidato yang sudah disampaikan berkali-kali. Ia tidak sendiri, sebanyak dua puluh anggota Paskibraka mengelilingi Ketua Paskibraka itu, Anika mendapat posisi di mana ia bisa dengan leluasa melihat pelatih baru.

Dalam diam, Anika terus-terusan ini mencuri-curi pandang ke pelatih baru itu. Beberapa kali mata mereka tak sengaja bertemu. Hal tersebut membuat perempuan itu takut, ia takut mendapat masalah dengan pelatih baru itu.

“Oiya, kalian belum kenalan sama pelatih barunya ya .... Oke, saya kenalkan,”—Bayu melambaikan tangannya—“jadi dia ini anggota organisasi Paskibraka juga, tapi jarang keliatan. Bahasa gampangnya, sok sibuk. Nah, namanya Kak Satria.”

Oh ... namanya Satria, batin Anika.

Satria berjalan menuju ke tengah lingkaran anggota Paskibraka. Sekarang ia berdiri di samping Bayu. Jika dilihat, tinggi Satria jauh dari Sang Ketua Paskibraka. Jauh di bawah Bayu.

Tingginya se-aku, wow .... batin Anika.

“Halo semuanya, mungkin anggota Paskibraka kelas 11 sudah tahu aku siapa. Tapi kelas 10 belum ‘kan?”—tanpa menunggu jawaban dari yang lain, Satria melanjutkan—“perkenalkan aku Dhanurendra Satria Zaim. Bisa dipanggil Satria, salam kenal,” ujar Satria dengan singkat.

“Halo, Kak Satria ...,” ujar anggota Paskibraka kelas 10 dengan kompak.

Tak terasa, sudah waktunya istirahat. Para anggota Paskibraka berpencar untuk mengistirahatkan diri sejenak. Seperti biasa, Anika berjalan kembali ke kelas untuk makan.

Baru beberapa langkah dari lapangan basket, Anika dicegat oleh Satria. Laki-laki itu tersenyum ramah kepada Anika dan memberikan sebotol air isotonik serta sebungkus roti. Perempuan yang dicegat mati kutu, ia bengong tak mengerti maksud dari Satria.

“Kak? Maaf, maksudnya apa ya? Ini buat aku?” tanya Anika dengan takut.

“Enggak,”—wajah Satria menjadi masam, mulutnya mengerucut untuk sejenak—“itu buat Bu Efi guru Kimia.”

“Ohh aku kir—“

“Ya buat kamu lah. Udah ya, aku balik ke lapangan lagi. Byee Anika, itu ... dimakan yaa ...,” ujar Satria yang detik berikutnya berbalik arah.

“Hah?”

Dengan perasaan yang bingung, Anika melanjutkan langkahnya menuju kelas. Benaknya saat ini dipenuhi dengan Satria yang baru saja ia temui. Selama 3 bulan menjadi siswi SMA Harapan Bangsa, Anika tak pernah sekalipun melihat Satria. Seperti kata Bayu, Satria tidak pernah menampakkan batang hidungnya di pertemuan organisasi. 

“Apa dia ngasih ini ke semua anggota Paskibraka yang ikut lomba?”


***


Ternyata tidak. Hanya Anika yang diberi minuman isotonik dan sebungkus roti. Perempuan itu menyadari hal tersebut karena tidak ada satu pun anggota Paskibraka yang kembali membawa minuman isotonik serta roti. Teori Anika itu diperkuat saat dirinya bertanya dengan Syafira—anggota Paskibraka yang juga mengikuti lomba—dan mendapat jawaban ‘tidak’.

Butuh waktu beberapa menit bagi Anika untuk mencerna tujuan dari Satria. Beberapa menit yang membuat perempuan itu hilang fokus.

If You Have Crush On Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang