🍭 19 🍭

282 48 17
                                    

Mobil Chandra melaju dengan kecepatan penuh, sementara dirinya berusaha menenangkan degub jantungnya yang berdebar kencang.

Perasaannya tidak bisa tenang saat Dyandra hanya menyuruhnya untuk segera pulang, tidak ada perkataan apapun lagi selain itu, alngkah baiknya jika gadis itu mengumpat, memaki atau meneriakinya saja. Chandra mengusir kemungkinan-kemungkinan terburuk yang menempel di otaknya. Dan sekarang, ia merutuki betapa jauhnya kelab dengan rumah Dyandra, kenapa sedari tadi ia merasa tidak sampai-sampai pada tujuan.

Saat tiba di depan rumah gerbang rumah Dyandra, Chandra langsung memarkirkan mobilnya di tepi jalan, karena tidak mau repot-repot membangungkan satpam rumah Dyandra. Chandra sudah biasa meloncati pagar Dyandra tengah malah, sama seperti saat ini yang ia lakukan.

Dari luar, Chandra bisa melihat kamar Dyandra yang masih menyala terang, Chandra menjadi semakin yakin jika gadis itu sengaja menunggunya. Chandra sudah biasa masuk rumah Dyandra, menjadi sangat mudah saat Brigitta jarang di rumah karena harus mengurus pekerjaanya. Langkah kaki Chandra berubah menjadi lambat saat tiba di depan pintu kamar Dyandra.

Chandra berdiri di depan pintu kamar Dyandra dengan perasaan resah luar biasa. Bagaimana sekarang? Ia tengah merasa kedapatan selingkuh padahal ia tidak melakukannya, Chandra hanya takut jika Dyandra tidak mempercayainya lagi, susah-susah mendapat maafnya, kali ini malah terulang lagi?

Chandra menyugar rambutnya dengan perasaan gelisah, mempertimbangkan apa yang harus ia lakukan terlebih dahulu setelah ini. Apa setelah ini Chandra akan langsung di putuskan dan di usir dari rumahnya dan bahkan lebih parah di usir dari hatinya?

Demi Tuhan, Chandra tidak pernah mau jika sampai ini terjadi.

Mencoba meraup napas sebanyak-banyaknya sebelum akhirnya Chandra memberanikan diri mengetuk pintu kamar Dyandra. Tidak lama setelahnya, pintu kamar iru terbuka, Dyandra berdiri di sana memakai kaos over size berwarna putih di padukan dengan hot pants.

Chandra mengumpat keras, merutuki pikiran kotornya. Kenapa Dyandra harus memakai pakaian seperti ini saat tahu jika dirinya akan datang, apa sengaja? Bagaimana bisa saat di situasi seperti ini matanya tidak bisa untuk tidak berhenti mengikuti pergerakan langkah Dyandra yang memamerkan pahanya, apa lagi saat melihat bokong milik Dyandra, salah satu tubuh Dyandra yang tidak bisa di bilang imut. Shit!

"Ngapain lo berdiri di sana, nggak mau masuk?" Dyandra menoleh, menaikan sebelah alisnya saat melihat posisi Chandra masih berdiri kaku di depan pintu.

Chandra mengambil nafas sebanyak-banyaknya sebelum melangkah masuk ke kamar Dyandra.
Entah kenapa atmosfir kamar Dyandra kali ini berbeda dari biasanya, serasa Chandra adalah terdakwa memasuki ruang sidang yang siap di adili.

"Kok lama banget datengnya?" Dyandra kembali bersuara, dan pertanyaan itu membuat Chandra mengerutkan dahinya. Dyandra mendudukan tubuhnya di sofa yang ada di kamarnya sambil menyilangkan kakinya, sehingga tertampang jelas paha milik Dyandra yang sangat mengundang.

Dyandra memberi kode agar Chandra duduk mendekat. Chandra menurut tanpa membantah. Mendadak otaknya blank, seperti orang dungu, ia tidak tahu harus mulai menjelaskan dari mana.

"Ada yang perlu lo jelaskan sama gue?"

Kali ini Chandra menatap serius ke arah Dyandra. "Tolong jangan salah paham, foto yang lo lihat, itu semua ulah Kristian dan itu nggak bener, lo boleh tanya Kailas, Jimmy atau siapapun orang yang ada di sana kalau gue bahkan nggak nyentuh Rose sedikit pun, Dy. Gue berani bersum--"

"Shut up!" Potong Dyandra cepat, dengan mempertahankan wajahnya yang datarnya yang sulit di tebak.

"Nggak, gue nggak mau diem sebelum lo percaya, gue nggak mau lo salah paham lagi, Dy. Tolong, bisa gila gue lama-lama kalau lo kayak gini." Ujar Chandra yang terdengar frustasi sambil menunduk mengacak-acak rambutnya.

Love, Hate RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang