🍭 20 🍭

316 56 17
                                    

Tidak terasa, masa SMA Dyandra akan segera berakhir. Dyandra tidak menyangka, perasaan baru dua tahun yang lalu ia berpindah ke Indonesia dan masuk ke SMA Tadika Mesra namun tinggal beberapa bulan lagi ia akan meninggalkan sekokahan ini, terasa cepat sekali.

"Wih, ada live music-nya tuh!" Kailas berseru ketika melihat beberapa band indie naik ke panggung yang tersedia di cafe.

Hari ini adalah hari terakhir Tray Out yang di laksanakan di sekolah, banyak para siswa yang memilih tidak langsung pulang dan memilih mampir ke cafe yang dekat dengan sekolah, guna menjernihkan pikiran.

"Enaknya nyanyi apa ya?" Ini Chandra.

"Nggak usah nyanyi lah, Chan. Ntar polusi suara para pengunjung cafe pada pergi, sial nanti cafenya gara-gara suara lo." Jawab Byanca asal, mana ada suara Chandra menjadi polusi? Sejak kapan? Chandra dan teman-temannya ini masuk ke club music sekolah, Chandra kadang juga menyambi menjadi vocalis.

Chandra berdecak. "Kok nggak usah? Lo nggak tahu kalau gue nyanyi--" ucapan Chandra terpotong karena tiba-tiba Duandra memasukan kentang goreng kedalam mulut Chandra.

Cafe lumayan rame, sepertinya bukan dari kelas IPA2 saja. Ada beberapa anak IPS yang juga terlihat nongkrong di sini. Tidak lama setelahnya, suara riuh terdengar, Dyandra bisa melihat beberapa anak IPA 1 memasuki cafe, dan salah satunya ada Rose di sana.

Kebetulan meja yang kosong letaknya berada di sebelah meja anak IPA 2, mau tidak mau mereka menjadi satu dengan anak-anak IPA 1.

Untuk beberapa saat Dyandra melihat Rose menatap Chandra seperti biasa, namun Chandra malah sibuk memainkan game yang ada di ponselnya, tidak lama setelahnya Rose beralih menatap Dyandra. Dyandra memilih langsung memutus kontak mata dan acuh.

Anak-anak IPA 1 sempat menyapa ke arah Dyandra dan teman-temannya, seperti biasa, tidak ada kecanggungan di sana, semua obrolan mengalir begitu saja. Obrolan-obrolan seputar setelah ini mereka mau melanjutkan ke mana? Kuliah di mana? Memilih kerja atau kuliah, dll.

Chandra tidak banyak bicara, satu tangannya telulur di belakang kursi Dyandra, sesekali Dyandea bisa merasakan elusan lembut di bahunya. Sementara tangan Chandra yang satunya masih fokus menscroll HPnya.

"Kalau kamu, Dy? Jadi lanjut kuliah di Korea?" Ini suara Senan yang tiba-tiba bertanya kepada Dyandra.

Dyandra menatap Senan, sementara Chandra yang mendengar nama Dyandra disebut, mendadak jempolnya yang tengah mensecroll instagram terhenti, wajahnya ikut mendongak menatap Senan.

Dyandra sempat melirik Chadra sebentar kemudian kembali melihat ke arah Senan sambil mengangguk. "Iya. Kamu?" Dyandra balik bertanya.

"Aku... Oxford, maybe." Jawab Senan, santai. "Kalau kamu, Chan?" Senan ganti bertanya kepada Chandra.

"Stanford." Jawab Chandra singkat, Senan mengangguk.

Beberapa siswa dari kelas IPA 1 mendadak terkejut dengan pernyataan Chandra. Mereka pikir Chandra akan mengikuti Dyandra sampai ke Korea juga, melihat bagaimana kedua sejoli itu tidak pernah sekalipun terpisahkan. Di mana ada Dyandra di situ pula ada Chandra.

Tidak beda jauh dengan Reaksi Rose.

Dyandra memang sudah membicarakan perihal ini dengan Chandra, selalu.
Chandra bukan tipikal lelaki yang akan menghambat masa depan pasangannya. Jika memang itu yang terbaik untuk Dyandra, Chandra rela berjauhan untuk watu sementara saja.

Sangat berat. Terlebih sudah ada dua tahun ini mereka berdua selalu bersama-sama, tidak pernah tidak seharipun mereka tidak saling melihat satu sama lain.

"Kalian LDR? Nggak takut kalau pasangan kalian aneh-aneh selama jauh. Emmm... gimana ya jelasinnya..." Jenni, salah satu anak IPA 1 tiba-tiba menyuarakan pertanyaanya.

Love, Hate RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang