🍭 3 🍭

188 51 13
                                    

Pukul 15:00 WIB, Dyandra dan Chandra sudah berada di parkiran motor sekolah.

Seperti biasa, Dyandra akan pulang bersama Chandra. Aneh memang, katanya sudah putus, katanya mantan, tetapi mereka masih sering terlihat pulang dan pergi bersama, kekantin bersama bahkan jalan bersama.

Tumben sekali Chandra membawa vespa-nya, bukan mobilnya. Dyandra mengendus kesal sambil menatap vespa itu, bukan karena Dyandra pemilih atau alergi menaiki roda dua, tapi karena--

"Kangen nggak gue bonceng naik Aleira?" Tanya Chandra sambil menaik turunkan alisnya menggoda.

Dyandra berdecak sambil memutar kedua bola matanya malas.

"Kalau gue sih kangen udah lama nggak naikin Aleira."

Mata Dyandra mendelik menatap horor ke arah Chandra, sedetik kemudian tangan Dyandra memukul punggung Chandra dengan brutal. Namun Chandra tidak berusaha menghindar malah tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi serta reaksi Dyandra.

Bagaimana Dyandra tidak murka. Aleira adalah nama tengah Dyandra. Dyandra Princessa Aleira Gouw. Sejak dulu Chandra memang sengaja menamai vespanya dengan nama Aleira, Dyandra sudah tidak terkejut lagi, tapi yang bikin kesal Dyandra yaitu perkataan ambigu yang di lontarkan Chandra.

"Lo lagi berpikiran mesum ya, Bee. Padahal kan emang bener, udah lama gue nggak naikin Aleira." Ujar Chandra sambil menekan kata naikin dengan sengaja.

"Gimana gue nggak mikir mesum, perkataan lo ambigu banget ya anjir! Dasar bocah prik!" Jawab Dyandra ngegas.

Chandra kembali terkekeh, "tapi lebih enak naikin Aleira yang as-- aaw ahh ouhh yeah babe fasther!!!" Ucapan Chandra terhenti karena cubitan Dyandra yang tidak main-main. Namun kekesalan Dyandra semakin menjadi-jadi saat ucapan Chandra malah terdengar seperti desahan yang menjijikan.

Tolol!

"Ngomong sekali lagi coba, gue pergi nih!!" Ancam Dyandra sudah dengan ancang-ancang mau meninggalkan parkiran motor, tapi dengan cepat Chandra menarik lengan Dyandra kemudian mengangkat tubuh Dyandra dengan mudahnya untuk di dudukan di atas vespanya.

"Kalau minta di gedong bilang aja sih, Dy. Nggak usah gengsi." Ujarnya sambil mengacak-acak rambut Dyandra, kemudian Chandra memasangkan helm di kepala Dyandra.

Dyandra masih dengan mode sinis menatap Chandra sambil bersedekap dada. Tidak ambil pusing, Chandra segera menaiki vespanya, di sepanjang jalan, sesekali Chandra melirik dari sepion motornya saat mendapati wajah kesal Dyandra yang terlihat semakin menggemaskan.

🍭

Dyandra duduk manis di belakang Chandra sambil berguman tidak jelas dengan usaha kerasnya untuk mengabaikan pikirannya serta jantungnya yang tengah berdebar.

Kenapa fuckboy satu ini musti wangi banget sih?!!

Sebisa mungkin Dyandra berusaha biasa saja, agar tidak salah tingkah apa lagi jika sampai bersemu. Oh, big no! Jangan sampai Chandra tahu dan menjadi besar kepala, berpikir jika Dyandra masih baper kepadanya.

"Dy, mampir beli makan dulu mau nggak?"

Dyandra yang mendengar itu seketika mencodongkan tubuhnya kedepan, mendekat ke arah Chandra. "Ke warung mana lagi?" Tanyanya yang terdengar antusias.

Chandra yang mendengar itu tersenyum geli. Siapa sangka, gadis yang mempunyai nama tengah tuan putri a.k.a Princessa itu sangat antusias ketika di ajak membeli makan di warung.

Bagaimana tidak, Chandra sangat mengenal keluarga Gouw, di rumahnya saja, Dyandra mempunyai koki pribadi yang selalu memastikan gizi dan nutrisi keluarga Gouw seimbang dan terpenuhi selain itu terjamin kehigenisnya.

Love, Hate RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang